Nicholas’s Pov
Sudah begitu lama Alice tidak membuka suara, membuatku semakin yakin bahwa ada yang salah dari diri Alice. Baru aku hendak bersuara, Alice yang terdiam mulai membuka suaranya.
“Nicholas. Ada sebuah rahasia yang ingin kuberikan kepadamu. Kamu sudah tahu aku selalu dikurung di dalam rumah. Dan hal itu bukanlah tanpa alasan.” Jawab Alice dengan kaki yang melangkah ke arah sofa.
“Lalu apa alasannya?” Genggaman pada belati di belakang punggungku mulai mengendur.
“Semua itu keluargaku lakukan agar bisa memaksaku mempelajari sihir. Aku sangat tidak ingin mempelajarinya. Bagiku, aku ini adalah malaikat yang harus tetap suci di mata Tuhan. Aku tidak mau menjadi makhluk rendahan yang akan membuat Tuhan berpaling kepadaku. Dan itu membuahkan hasil, aku selalu bersembunyi atau bahkan kabur secara diam – diam. Aku hingga hari ini masih suci.”
Mendegarkan ceritanya itu membuatku merasa lebih bersimpati kepadanya. Seperti dirinya, sejak kecil aku selalu menolak mempelajari sihir. Namun, aku juga mengerti posisiku sebagai seorang Pangeran. Dengan cara apapun tentu aku harus menjadi kuat, keturunan kerajaan yang tidak berguna pada akhirnya hanya akan dibuang atau mati.
Alice terlihat agak sedih, aku segera mendudukan diriku disampingnya. Belati sudah Kembali kusimpan di ikat pinggang, “Jangan sedih, aku juga sama sepertimu.”
Alice menatapku heran, “kamu tidak mau belajar sihir? Tapi kamu seorang pangeran.”
Aku tersenyum sendu, mataku beralih ke lantai. “Aku sangat ingin menjadi seperti malaikat putih. Mereka suci dan disayangi oleh Tuhan. Namun, seperti yang kamu tahu, aku adalah seorang Pangeran. Suka ataupun tidak, pada akhirnya aku harus mempelajari sihir tersebut.”
Tanganku menggenggam kedua tangannya, “Kamu hebat. Kamu sangat hebat Alice sampai bisa mempertahankan kesucianmu. Dan seperti katamu, aku sekarang menjadi makhluk rendahan yang dibenci oleh Tuhan. Apakah sekarang kamu ikut membenciku.”
Alice ikut menggenggam tanganku, “Tidak. Aku tahu kamu adalah orang baik. Kamu bahkan menggunakan sihir untuk melindungiku.”
“Lalu, apakah ketika kamu tersesat di Hutan Clasier. Kamu ingin mencari perbatasan menuju Crestel?”
Alice hanya mengangguk kecil sebagai jawaban.
Aku tertegun, tidakkah dia begitu berani, “Alice, kamu memang hebat. Namun, kamu tidak boleh keluar perbatasan seperti itu. Meskipun kamu tidak jahat, prajurit Kerajaan Crestel pasti akan segera memusnahkanmu.
Dia menghela nafas, lalu tersenyum, “Aku tahu, dan beruntung aku tidak berhasil menemukannya.”
Sesaat kemudian, aku mendengarkan lonceng istana berbunyi. Dan nampaknya, untuk kesekian kalinya aku akan terlambat pulang ke Istana. Aku melihat Alice sekali lagi dan merasa agak enggan untuk pergi. Namun, Aku harus Kembali untuk membawakan makanan serta beberapa pakaian bersih untuknya.
“Alice, Sepertinya aku harus segera Kembali. Aku janji akan Kembali kesini untuk membawakanmu makanan serta pakaian.”
Alice mengangguk, “Terima kasih banyak. Aku merasa bersalah telah merepotkan seorang pangeran.”
Aku segera berdiri dan tersenyum lebar, “Bila untukmu, aku tidak akan pernah merasa repot. Dan tolong jangan panggil aku pangeran.”
***
Alice’s Pov
Beruntung terkadang aku suka melihat teater manusia dengan teropong ku hingga terkadang aku suka mempraktekkannya dan sekarang aku bisa berakting sebaik mungkin dihadapan Nicholas. Sebenarnya aku tidak ingin tinggal di rumah seluas ini sendirian ditambah lokasinya yang ada didekat hutan beruntungnya aku ada kristal cahaya yang membuat rumah ini terang sehingga aku tidak harus terlalu resah dengan gelap ditambah dengan perisai milik Nicholas yang membuatku merasa lebih aman.
Kurasa rumah ini seperti memiliki sebuah kekuatan yang tersembunyi. Entahlah aku tidak terlalu paham. Dilihat dari pondasinya rumah ini masih kokoh dan perabotan yang ada didalamnya pun masih tertata dengan rapih meski sudah ada debu dan sarang laba laba yang menghiasi seluruh perabotan disini, Kulihat sebuah lukisan besar terpampang didinding ruang tamu, nampak seorang wanita anggun yang memakai pakaian serba hitam berambut hitam jelaga sepinggang, kulitnya putih pucat dan memiliki mata beriris hitam. Sepertinya dia adalah seorang penyihir karena tidak ada sayap dipunggungnya. Aku agak penasaran dengan pemilik rumah ini, sebelumnya Nicholas belum sempat menceritakan sejarah rumah ini kepadaku.
Ketika memperhatikan lukisan itu dengan dalam, aku melihat tulisan kecil di bagian bawahnya, “Ferdha Agrestia.” Bisikku kepada diriku sendiri
Pasti rumah ini adalah miliknya. Tapi mengapa rumah sebesar ini tidak dihuni oleh siapapun. Memangnya dia tidak memiliki anak atau cucu yang bisa merawat rumah sebesar ini, rumah yang sepertinya terdiri dari puluhan kamar tidur, taman yang luas, Mungkinkah Ferdha tinggal disini sendirian. Sedari awal pun aku tidak melihat lukisan keluarga disini, hanya lukisan wanita bernama Ferdha saja yang terpampang di seluruh dinding. Sebenarnya siapa Ferdha itu, jika nicholas kembali aku pasti akan menanyakan hal ini kepadanya.
Cukup membosankan menunggu Nicholas Kembali. Sudah empat jam dia tidak Kembali. Sepertinya dia masih punya urusan di istana atau mungkin dia memang tidak berniat Kembali karena takut direpotkan olehku lagi. Entahlah, sedari tadi aku hanya sekedar membersihkan sekitar dan membaca buku buku tebal yang ada di rak buku ruang tamu. Terdapat banyak buku yang mencangkup sejarah Asdante, sebelumnya aku ingin mencari tahu tentang Ferdha dengan mengutak ngatik rak buku dengan harapan mungkin saja aku bisa menemukan sebuah buku bigrafi hidupnya tapi ternyata hasilnya nihil. terlalu lama menunggu Nicholas hingga akhirnya aku tertidur disofa ruang tamu.
***
Author’s Pov
Kebingungan.
Itulah yang dirasakan oleh sang raja. Seluruh prajurit kerajaan sudah dikerahkan olehnya untuk menemukan Putri semata wayangnya, tapi tidak satupun prajurit yang berhasil menemukan Alice, putrinya bagaikan ditelan oleh bumi bahkan jejak nya pun tidak ada
Apa yang sebenarnya terjadi padanya?” Ucap raja steven.
“Dia tidak pernah mengingkari janjinya untuk pulang sebelum matahari tenggelam.” kata Ratu Esline.
Seorang prajurit kemudian masuk ke ruang singgasana kerajaan.
“Maafkan hamba paduka raja kami semua sudah mencari Putri Alice hingga ke seluruh penjuru negeri Crestel tapi tidak satupun yang mengetahui Tuan Putri pergi kemana.” Ucapnya.
Raja terlihat agak lelah, “Mungkin ada wilayah yang terlewati.”
“Carilah Putriku sekali lagi, dia tidak mungkin menghilang begitu saja.” Tambah Ratu Esline.
“Baik, Paduka Raja, Yang Mulia Ratu.”
Kerajaan Crestel benar – benar kalut. Putri mereka bahkan menghilang sehari sebelum pernikahan berlangsung. Membuat spekulasi tak benar yang menyebar hingga ke seluruh penjuru Crestel bahwa sang Putri kabur dari pernikahan. Mau tak mau Raja Steven harus menunda pernikahan sampai Alice ditemukan serta mencoreng nama baik keluarganya.
***
Nicholas’s Pov
Akhirnya aku bisa keluar dari istana, ini semua karena Harry. Dia sangat menyusahkan. Sebenarnya saat ingin ke kota untuk membeli gaun dan makanan untuk Alice. Aku teringat kalau aku tidak membawa uang sama sekali hingga akhirnya aku terpaksa harus kembali ke istana, tapi sesampainya aku disana. Ternyata Harry memergokiku pulang dan melarikan diri dari belajar bersama Guruku Nyonya Kanya. Seperti biasa aku kembali dihukum, hanya saja bukan dikurung, bukan pula membersihkan istana atau lainnya. Melainkan aku disuruh mengerjakan seratus soal yang mencangkup pelajaran matematika, sejarah dan alam. Dan semua soal itu hampir bisa membuat otakku terbakar karena berfikir terlalu keras.
Sesampainya aku dirumah Ferdha dengan menjinjing belanjaan yang lumayan banyak untuk Alice. Ternyata Alice sedang tertidur di sofa ruang tamu, kulihat di meja dekat sofa itu terdapat sekitar lima Buku sejarah tentang Asdante dan sihir. kulihat debu dan sarang laba - laba mulai berkurang, ruang tamu sudah cukup bersih. Pasti Alice sudah membersihkannya. Tapi memang tak mungkin untuk membersihkan rumah sebesar ini seorang diri aku merapelkan sebuah mantera yang bisa membuat ruangan menjadi bersih dalam sekejab.
Cahaya Hijau Kembali berpendar melingkupi seluruh rumah, debu serta kotoran pun langsung menghilang dalam sekejab. Sebelumnya, aku memang lupa untuk menggunakan mantra ini sebelum pergi.
Aku mengalihkan pandanganku ke Alice wajahnya yang sedang tidur memang sangat rupawan, kupikir dibanding menjadi malaikat hitam lebih baik dia menjadi malaikat putih. Apalagi dia juga tidak memiliki kekuatan sihir, dia masih menjadi makhluk yang suci.
Aku putuskan untuk menggendongnya kekamar yang ada didekat ruang tamu, kuangkat tubuhnya yang langsing itu kedalam kamar dan meletakannya ditempat tidur.
“Seandainya, jika hanya seandainya dia adalah seorang Putri Istana, dia pasti akan sangat dipuja oleh parasnya yang cantik.” Ucapku pada diriku sendiri.
Jujur saja, aku sangat mengagumi dirinya sejak pertama kali bertemu, manik mata kebiruan itu seakan tengah menarik kesadaranku hanya untuk terus memperhatikannya. Lagi dan lagi, seakan tatapannya telah menghipnotisnya untuk tidak berpaling.
***
Author’s Pov
Sudah begitu lama, Alice tertidur. Sepertinya, peristiwa – peristiwa aneh yang kini sedang mendatanginya membuatnya merasa lelah. Nicholas pun sejak awal tetap setia menemani Alice seraya memandangi wajah wanita yang begitu mempesona itu. Dibandingkan harus membaca buku – buku yang selalu disodorkan oleh Harry, Nicholas lebih memilih untuk menatap wajah Alice seharian.
Beberapa saat kemudian, kelopak mata yang sebelumnya tertutup rapat perlahan mulai membuka, Alice berusaha untuk menjernihkan pandangannya yang masih terasa buram. Dia pun menyadari bahwa dia tertidur di ruang yang berbeda. Sebelum ia menyadari adanya Nicholas di penghujung tempat tidur, pria itu sudah menyapanya terlebih dulu.
“Pagi, Beauty.” Ucap Nicholas kepada Alice, meskipun dia tidak tahu jika sekarang pagi, siang atau malam karena tidak ada cahaya matahari.
Alice menengok ke arah sumber suara itu, matanya terbelalak melihat nicholas yang ada di sampingnya, “Nicholas, apa yang kamu lakukan disini? kapan kamu datang? kenapa kamu tidak membangunkan aku?” Alice langsung mengeluarkan rentetan pertanyaan tatkala kesadarannya sudah Kembali, dia pun segera bangkit dari posisi berbaring dan duduk.
Nicholas tertawa kecil, “Bukankah kamu terlalu banyak bertanya? Aku sudah ada disini sejak beberapa jam yang lalu untuk membawakanmu makanan dan pakaian, tapi kamu tidur lelap sekali. Aku tidak tega untuk membangunkanmu.”
Alice langsung menangkupkan kedua tangannya didepan wajah dan berkata, “Maafkan aku, begitu tidak sopannya aku dihadapan pangeran.”
Mendengar ucapannya, Nicholas menjadi tidak senang, “Kamu selalu begini, aku sudah bilang kepadamu untuk menghilangkan panggilan sopan diantara kita, lagipula sepertinya kita seumuran.”
Baru Alice hendak membalas lagi, ada suara yang terdengar dari perutnya. Membuat dia menjadi sangat malu. Untuk seorang Putri kerajaan bersikap sangat tidak sopan sejak awal dihadapan Pangeran, membuat Alice tak tahu lagi harus meletakkan wajahnya dimana.
Nicholas yang memperhatikan ekspresi malu Alice segera tertawa, “Kau lapar, Alice?”
“Maaf.” Ujar Alice seraya menundukan wajahnya.
Nicholas kemudian berdiri dan menuju ke pintu keluar, “Ayo, keluar. Aku membawakanmu makanan.”
Alice yang sudah malu tidak menjawab dan hanya mengikuti Nicholas ke ruang tengah rumah ini. Ketika melihat begitu banyak makanan yang dibawa Nicholas, matanya langsung berbinar. Ada banyak buah serta sayuran yang bisa disimpan, dan beberapa makanan matang untuk disantapnya sekarang.
“Tidakkah ini terlalu banyak?”
Nicholas menggeleng, “Kurasa tidak, bahan makanan ini bisa untuk persediaanmu satu minggu. Tidak masalah, bahkan bila kau mau lebih banyak, aku bisa membelikannya lagi untukmu.”
“Tidak. Tidak. Ini sudah sangat banyak, terima kasih Nicholas.”
“Apapun untukmu, Beauty.” ucap Nicholas yang membuat Alice sedikit kaget atas perkataan nya yang memanggil nya dengan sebutan beauty angel wajahnya pun merah merona dan menunduk karena malu kepada Nicholas.
Tanpa prakata lagi, Alice langsung melahap makanan yang sudah dipersiapkan oleh Nicholas, daging panggang, buah, roti dan masih banyak lagi
“Pelan – pelan saja.” Kata Nicholas terkekeh pelan seraya menuangkan air mineral ke gelas untuk Alice.
Sejak keluar dari istana Clester Alice memang belum makan sehingga dia bisa sampai memakan makanan sebanyak itu. Selesai dengan makanan nya dia pun tersenyum manis kepada nicholas
'senyuman itu bisa bisa membuatku terbunuh' ucap nicholas didalam hati
“Terima kasih karena sudah bersusah payah membawakan semua ini Nicky.” ucap Alice.
Alice dan Nicholas sepertinya sudah mulai lebih merasa nyaman satu sama lain, bahkan sudah tidak ada lagi perasaan canggung seperti perasaan saat pertama kali mereka bertemu.
“Nicky? tidakkah nama itu terlalu feminim untukku?” Ucap nicholas tanda tidak setuju atas panggilan yang diberikan Alice untuknya.
“Tidakkah nama itu terdengar manis? Lagipula kamu juga memberikan nama panggilan untukku tanpa persetujuanku.” Bela Alice.
Nicholas hanya berdengus sebal mendengar pernyataan Alice tapi hatinya mulai luluh ketika melihat senyuman yang ada diwajah Alice, “Baiklah, Terserah kau saja, Beauty.” kata Nicholas dengan pasrah.
'Kau lucu jika sedang kesal' umpat Alice dalam hati.
Mereka sekarang sedang duduk santai di ruang tamu dengan menikmati teh yang dibuat oleh Alice dan beberapa kue kering, mereka saling bertukar cerita dan bersenda gurau. keduanya seperti sedang melepaskan beban yang ada dipikiran masing masing dengan tertawa bersama
“Jadi kamu bukan anak tunggal?” Tanya Alice, tangan rampingnya meletakkan cangkir teh yang telah ia minum.
Nicholas mengangguk, “Ya, Aku mempunyai saudara laki – laki yang lebih tua dariku, namanya Harry Cromwell, dialah pangeran mahkota yang akan menggantikan ayah suatu hari nanti.”
“Kupikir kamu yang akan menjadi raja nanti, Nicky.”
Mendengar hal itu langsung membuat Nicholas tertawa, “Tidak. Tidak mungkin. Raja sepertiku bisa membuat kerajaan malu. Lagipula, Jika aku menjadi raja maka kamu harus menjadi ratuku Beauty.” goda Nicholas.
Alice hanya bersemu merah mendengar pernyataan Nicholas akan hal itu, tapi seketika saja ucapan tentang ratu tadi mengingatkannya akan kerajaannya sendiri. Bagaimana jika dia tidak bisa kembali ke Crestel, maka tidak ada yang bisa menggantikan ayahnya memimpin kerajaan. Dia menatap punggung tangan kanannya, bahkan sekarang tanda kerajaan itu juga menghilang
“Apa aku pantas menjadi Ratu?” bisik Alice pelan lebih kepada dirinya sendiri.
“Tentu saja wanita secantik dan seberani dirimu akan sangat pantas menjadi ratu.” balas Nicholas yang hampir membuat Alice terkejut. Tentu saja Alice terkejut, suara sekecil itu bisa didengar oleh Nicholas.
“Bagaimana kau –” Hendak Alice bertanya, namun perkataannya sudah dipotong oleh Nicholas.
“Aku bisa mendengar suara hingga ratusan meter dan mendengar suara sekecil apapun sejak aku kecil. Aku menganggap ini seperti anugrah Tuhan.” Kata Nicholas yang pasti akan menanyakan hal itu.
“Hebat sekali. Apa semua orang tahu kau memiliki kekuatan ini?” Puji Alice.
Nicholas, “Tidak, hanya Harry dan kamu yang tahu?”
Alice kemudian menatap Nicholas dengan tatapan tak percaya, “Kenapa kamu memberitahuku?”
Nicholas menggigit apel merah di tangannya lalu menjawab, “Entahlah, aku hanya merasa kamu bisa dipercaya.”
Alice hanya tersenyum kecil mendengar hal itu. Dia pun juga tidak tahu apakah ia merupakan orang yang bisa dipercaya atau tidak, seorang pembohong sepertinya memangnya pantas untuk mengatakan kalau dia adalah orang yang bisa dipercaya.
Pemikirannya langsung terhenti tatkala Nicholas Kembali bersuara, “Oh ya, Alice kamu bilang kamu belum pernah keluar rumah kan? dan artinya kamu juga belum pernah pergi ke pusat kota di asdante kan, Luxura.” Tanya Nicholas.
Alice, “Luxura? Ya, aku belum pernah kesana. Apakah disana menyenangkan?”
“Tentu! Sangat menyenangkan, ada banyak bola – bola kristal cahaya di kota Luxura, jalanannya dipenuhi dengan cahya dan ada banyak pedagang makanan disana. Aku bisa mengantarmu keliling bila kamu mau?”
Kedua mata Alice langsung berbinar, sudah lama sekali dia tidak pernah merasakan berkeliling di kota semenjak sudah beranjak remaja. Rasanya ia ingin Kembali merasakan perasaan senang ketika bermain – main.
“Aku mau. Kota itu terdengar menyenangkan.”
“Baiklah, besok aku akan mengantarmu kesana. Setelah selesai dengan urusanku, aku akan langsung kemari.”
“Jadi sekarang kamu akan perg?” ucap Alice kecewa, dia hanya tidak nyaman sendirian di rumah seluas ini.
“Aku pasti akan membuat Harry kalang kabut jika aku tidak kembali sekarang. Tenanglah, besok pasti akan Kembali.” jelas Nicholas.
“Baiklah. Kalau begitu sampai jumpa besok, Nicky.”
Nicholas tersenyum kepadanya lalu bangkit berdiri dan membuka pintu menuju keluar, ia kemudian membuka lebar sayapnya dan mengepakkan sepasang sayapnya itu untuk Kembali ke Istana.