2. Bukan Qobul dan Habil

1318 Words
Jika Qobil membunuh saudara kandungnya yang bernama Habil hanya karena dibutakan oleh rasa cinta dan iri. Justru Ammar menerima ikut karena Shaqila memilih Azra. Tambahkan dia tahu, lelaki seperti apa yang dipilih gadis itu. Ammar tidak cemas kecuali risau. Dia tahu betul saudara kandungnya adalah sosok yang shalih. Sifat Azra yang menegaskan dan lebih mencerminkan Abi mereka, Abi Ghaly. Sedang Ammar lebih terbuka dan suka bercanda, seperti Ummi Illyana. Kecuali urusan raut wajah. Sosok Azra pakai manis. Dengan hidung bangir, bibir tipis, dan mata sipit. Mirip Ummi Illyana. Sungguh, Ammar seperti fotocopi Abi Ghaly. Hidungnya juga bangir, alisnya lebat dan punya bulu mata super lentik. "Dek Shaqi yakin kalau beneran suka sama Azra?" Shaqila lagi-lagi membiaskan warna merah di kedua pipinya mendengar pertanyaan Ammar. "Bang Ammar, jangan tanya terus ish! Kan Shaqi jadi malu ..." sahutnya dengan wajah menunduk malu. "Tunggu Bang Ammar ke rumah kamu ya, sekalian bawa Azra dan Abi Ummi," sahut Ammar mengambil kuluman senyum "Bang, jangan! Kan Shaqi nggak tau, Mas Azra perasaannya gimana? Lagian Shaqi takut." "Takut apa lagi, Dek?" "Takut nggak direstui sama Ayah dan Biya! Lagian Shaqi, kan, baru masuk kuliah, Bang." "Dek Shaqi nggak usah takut, Biar Abang nanti maju kalau Ammi Ilham sama Biya Fazha nggak mau terima restu. Kalau mau kuliah, nggak papa Dek, kuliah sambil jadi istri. Daripada Adek terus-terusan kepikiran sama Azra, malah jadi dosa." Shaqila bergeming memandang Ammar dari jok belakang. "Iya sih, makasih ya, Abang Ammar baik banget sama Shaqila." "Kan Shaqi udah kayak adiknya Abang." "Shaqila doain semoga Abang Ammar cepat ketemu jodoh, yang cantik dan shaliha, sesuai kayak keinginan Abang! Aamiin." Aamiin. Yang sesuai keinginan Abang itu kamu, Dek. Tapi papa, melihat kamu bahagia, itu sudah lebih dari cukup buat Abang. Ammar mengurai senyum mendengarkan rapalan doa Shaqila, tapi dia menyahut dalam hati. Setitik perih yang meruangi hati Ammar agak terobati dengan senyum ceria Shaqila. Kalau sudah seperti ini, mau diapain lagi. Mungkin Ammar hanya ditakdirkan menjadi memfasilitasi antara Shaqila dan Azra. Laa Yukallifullaahu Nafsan Illa Wus'ahaa ... " Yang berarti; Allah tidak akan menimpahkan suatu beban / masalah melebihi ambang batas kemampuan seorang hamba. Kalau sudah ditimpakan. Itu berarti Allah tahu bahwa hamba ini akan mampu dan bisa melewatinya. Pun dengan Ammar. Sekali-kali perasaanya sakit karena rasa cintanya tak bersambut, tetapi menambah kuat, itulah yang terbaik dari Allah. Memejamkan mata dengan doa, agar dia dijauhkan dari segala sifat hasad, benci setiap iri hati pada Azra. Biarlah dia menjadi refleksi Salman Al Farisi yang berjiwa besar dan penuh kasih sayang, harus menjadi refleksi Qabil si penjahat pertama di muka bumi ini. Rentetan kisah tentang si kembar Habil dan Qobil yang dulu kerapkali didongengkan oleh Ummi Illyana kembali terlintas di benak Ammar. Setelah pasangan Nabi Adam ' alaihissalam  dan Hawa turun ke bumi, Allah  Subhanahu wa Ta'ala  mengaruniakan anak-anak bagi mereka. Tidak Hawa melahirkan kecuali selalu kembar laki-laki dan perempuan. Diriwayatkan dari Ibnu Ihasq dalam  Tafsir Baghowi  dan  Tafsir Al-Qurthubi  bahwa Hawa mengumpulkan 40 anak dengan 20 kali mengandung. ( Wallahu a'lam .) Setelah anak-anak mencapai dewasa, Allah  Subhanahu wa Ta'ala  mensyariatkan (membolehkan) untuk Nabi Adam  'alaihissalam  untuk menikahkan salah satu dari pasangan kembar dengan salah satu dari pasangan Qabil bersama Iqlima yang berparas cantik, pasangan pasangan adiknya, Habil dan Labudha berparas kurang menarik. Ketika Nabi Adam  'alaihissalam  mengajak menikahkan mereka, Habil dengan Iqlima dan Qabil dengan Labudha, proteslah Qabil dan membangkang karena bersaudara Habil lebih buruk dan beramai-ramai bersama cantik. Karena ia meminta saudara kembarnya untuk dirinya sendiri lantaran ia meminta dirinya lebih berhak atas saudara kembarnya. Berdasarkan wahyu dari Allah, Nabi Adam  'alaihissalam Dapat diterima untuk berkurban, siapa yang diterima kurbanya maka dialah yang berhak atas keutamaan. Setelah dilakukan persembahan, ternyata Habil lah yang menang, karena melakukan persembahan dengan ikhlas dan menyenangkan-diterima. Hal ini menarik rasa hasad di hati Qabil, dia iri dan tidak senang dengan kemenangan Habil. Al-Qurtubhi mengatakan, "Hasad (dengki) adalah dosa yang pertama kali dilakukan di langit dan di bumi, di langit adalah dengkinya iblis untuk Nabi Adam ' alaihissalam  dan di bumi adalah dengkinya Qabil untuk Habil." Sekali-kali Ammar tidak pernah mau terjerumus ke dalam golongan buruk layaknya sifat Qabil. Justru mengikhlaskan Shaqila untuk Azra, Ammar pilih sebagai langkah setuju, agar bisa diterima bersatu dalam tali pernikahan. Rasulullah  shallallahu 'alaihi wa sallam  juga bersabda, " Barang siapa yan memulai perkara yang baik (yang disyariatkan) maka meminta pahalanya dan pahala orang yang mengikutinya sampai hari kiamat dimulai. Dan barang siapa yang memulai perkara jelek lalu membuka dosanya dan dosa orang yang mengikutinya hingga hari kiamat ." (SDM. Muslim) Ammar ikhlas semata karena mengharap ridha Allah. Urusan jodoh memang rahasia Allah, selebihnya setelah doa dan iktiyar, manusia bebas bisa berprasangka baik dalam setiap goresan takdir yang diterbitkan. Ammarutkan mobil yang dikemudikan di depan gerbang sebuah rumah. "Alhamdulillah udah nyampe, Dek, Abang nggak ikut turun ya, mau langsung pulang!" "Oke deh, makasih ya Bang, salam buat Ummi Lili." "Abang pamit, assalamualaikum ..." Seiring ucapan salam berbarengan dengan tancapan gas mobil Ammar. Ammar sudah membahas ide sejak dalam perjalanan mengantar Shaqila tadi. Sampai di rumah nanti, dia akan langsung membahas tentang perasaan Shaqila pada Azra, dan setelahnya baru pada Abi Ghaly dan Ummi Illyana. Ammar tersenyum. Senyum yang terasa getir, tapi sebisa mungkin dia tekan dengan rapalan istighfar. Melihat Shaqila dan Azra bahagia, itu sudah lebih dari cukup bagi Ammar. *** Ammar melangkah menuju kamar dengan gontai. Tidak bersemangat. Sementara biasanya jika habis menjemput dan mengantar Shaqila, dia bisa terus tersenyum sampai rumah. Rasa yang sangat wajar untuk setiap manusia. Meski sudah ikhlas, tapi menyisakan sedikit sesak di hati. Segera Ammar membersihkan diri, lalu siap-siap untuk salat magrib. Terpisah dalam dzikir usai mengangkat takbir, Ammar memohon kemantaban hati agar dilepaskan saat menjelaskan pada Azra nanti. Agak cemas akan bereaksi saudara kembarnya. Azra selama dua puluh tujuh tahun lalu belum pernah terlihat serius dengan perempuan. Pernah beberapa kali membawa teman perempuan dan dikenalkan pada Abi-Ummi, tapi setelahnya malah hilang tanpa jejak. Sampai sekarang belum pernah terlihat membawa perempuan ke Abi dan Ummi. *** "Azra, gue mau ngomong sesuatu sama lo!" ketukan pintu oleh Ammar di depan kamar Azraerahkan suaranya. "Masuk aja Bang!" sahut Azra. Karena mereka kecil, Abi dan Ummi sudah membiasakan Azra memanggil Ammar dengan panggilan 'Abang' kata mereka Ammar yang terlahir duluan, disusul almarhum Illyana Fatimah dan terakhir Azra. Oleh karena itu, semua mempertimbangkan jika Ammar sedang mempertimbangkan, sedang Azra yang paling bungsu. Ammar masuk dalam kamar Azra. Diamatinya sang adik kembar sedang fokus dengan layar gawainya. "Zra, bisa fokus bentar. Gue mau ngomong penting." "Apaan Bang, tumben banget mau ngomong serius?" Azra menurut. Dimatikan laptop kemudian ditutupnya dan dihampiri Ammar yang duduk di sofa. "Lo mau ngomong apa, Bang?" "Lo udah punya calon buat dikenalin sama Abi-Ummi, kan?" Pertanyaan Ammar memunculkan bingung gurat di Azra. "Maksud lo, Bang? Calon istri gitu?" Ammar mengangguk. "Belum ada, lagian gue belum mau nikah. Lo aja duluan yang nikah." "Kalau ada perempuan yang mau jadi istri lo, gimana Zra?" Azra menoleh tak percaya pada Ammar. Detik berikutnya dia malah terbahak. Menganggap omongan Ammar sebagai pilihan, mungkin. "Lo mau nge-prank gue ya?" "Gue serius Zra!" "Ngarang lo!" "Di Syaa Allah dia gadis yang baik, cantik, shaliha dan menyenangkan." Ammar menjelaskan dengan nada lugas tapi tegas, dan serius. Azra sekali lagi menolak Ammar dengan melihat masih tidak percaya. "Siapa perempuan yang bermaksud? Kenapa nggak buat lo aja, Bang ?!" "Masalahnya dia jatuh cinta sama lo, bukan gue! Jadi gue minta, lo pertimbangakan penjelasan gue," ucap Ammar sungguh-sungguh. Azra memijit pelipisnya sendiri. Masih belum paham dengan penjelasan Ammar. "Gue nggak paham siapa yang lo maksud? Dan kenapa bisa jatuh cinta sama gue. Apa gue kenal, Bang?" Kali Azra yang bertanya serius. Ammar mengangguk sebagai jawaban. "Siapa, Bang?" sambungnya lagi. "Shaqila Fatimah Al Insani!" Ammar memicingkan mata saat menyebut nama Shaqila, tetapi sebaliknya. Azra terperanjat. Masih belum percaya dengan pendengaran rungunya. Shaqila selama ini dekat, tetapi lebih banyak ke Ammar. Azra benar-benar tidak menyangka kalau sepupu kecilnya yang manis itu bisa jatuh hati karena gagal. ************** **************
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD