02. Bisakah Mencari Jalan Pulang?

1293 Words
Di lain pihak ketika Agras masih memikirkan banyak hal, Vina dan Luis suaminya saling berdiskusi tentang apa yang harusnya mereka lakukan pada Agras anak tunggalnya, karena sejak tersadar dari sambaran petir iti Agras menjadi aneh, sering melakukan hal-hal yang dulu tak pernah ia lakukan, terlihat bingung dan banyak bertanya, padahal dulu memang Agras anak yang aktif. Bahkan saat pertama kali bangun ia tak mengenali Vina ataupun namanya sendiri, ketika di tanya apa ia lupa ingatan ia malah mengatakan bahwa ia tak mengingat apapun, tapi anehnya ia masih paham dengan apa yang ia lakukan. Agras sering mandi hangat, makan menggunakan sendok dan garpu, bertanya kalder setiap hari, menggunakan pakaian rapi dan memakai wewangian, sesuatu hal yang cukup aneh, bahkan Agras tak mau bermain dengan teman-temannya, saat di tanya ia malah menjawab bahwa mereka terlalu kekanankan dan aneh, padahal jelas sekali yang aneh itu dirinya sendiri. Hal-hal itu terus berlanjut hingga berminggu-minggu, padahal awalnya Vina menganggap bahwa kemungkinan itu hanya sebuah trauma akibat sambaran petir tapi nyata tidak seperti itu. Ia pernah bertanya pada gereja apa yang membuat Agras berbeda, Uskup mengatakan bahwa terbangunnya Agras saja sudah cukup aneh, itu memang kuasa ilahi tapi ada penjelasan dari itu. Kemudian Uskup mengatakan bahwa lebih baik Agras dibawa pergi ke gereja untuk tinggal di sana sampai ia benar-benar pulih, ia bisa tinggal di gereja dan menjadi pengabdi Tuhan, meskipun Luis dan Vina tak yakin akan hal itu, karena Agras pasti akan menolak hal itu. “Kau mau tinggal di gereja?” tanya Vina kemudian pada Agras saat mereka menikmati makan malam. “Untuk apa?” tanya balik Agras. “Supaya kau belajar belajar tentang Agama dan Ketuhanan,” jawab Vina. “Boleh saja,” ucap Agras, lagi-lagi ucapan yang cukup aneh Agras tak menolak apalagi membantah hal itu ia menerima dengan lapang d**a. Kemudian keesokan paginya Agras pun dibawa oleh beberapa Uskup gereja untuk tinggal dan menetap di sana, dalam pikiran Agras ia ingin mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi padanya, mungkin mereka akan membantu dirinya. Agras hidup di sana sebagai seorang pelayan yang bekerja di gereja dan beribadah, sesuatu hal yang sangat jarang bahkan hampir tak pernah ia lakukan selama menjadi Richard maka dari itu ia terasa aneh sekali, selain itu juga belajar tentang ketuhanan dan kitab lainnya apapun itu.  Namun sampai beberapa bulan di sana ia masih tak menemukan apapun bahkan ia tak melihat bahwa ia bisa kembali kedunianya, yang ada ia malah semakin pusing dengan apa yang terjadi. *** Dijelaskan pada kitab ke-13, kidung 12 dan 27 bahwa "Ada suatu entitas yang maha kuat dengan kekuatan tak tertandingi menguasai langit dan bumi, Ia yang mewakili dan mengakhiri, Ia yang tak mampu dijelaskan dan tak mampu diserupakan dengan apapun." Penjelasan tentang itu membuat Agras seperti didongengi, ia bisa tertidur dengan sangat pulas jika saja saat itu bukan uskup besar yang melakukannya. Ia terus mendengar hal itu secara berulang-ulang setiap harinya meskipun kadang di selingi dengan cerita yang lainnya. Ia yang tak mengerti semakin tak mengerti dan saking tak pahamnya ia hanya bisa diam di belakang. Di barisan anak-anak yang juga belajar seperti dirinya. Sudah lebih dari lima bulan ia berada di sana tapi ia tak bisa mencari cara untuk kembali kedunianya, ia pikir orang-orang gereja seperti yang ada di televisi yang memiliki kekuatan magis dan bisa membantu orang-orang sepertinya nyatanya tidak. Bahkan seolah ia melihat bahwa mereka bisa memiliki kekuatan, mereka hanya manusia biasa yang selalu belajar tentang ketuhanan. Agras lelah dengan semua hal itu, ia tak habis pikir bagaimana caranya ia kembali ketempat ia berasal, ia sudah tak mencoba berbagai cara meksipun satu-satunya cara yang belum ia coba adalah mati. Bunuh diri bukan cara yang baik, jika seandainya ia mati dan bereinkarnasi itu baik, tapi jika sampai ia mati dan tak bereinkarnasi itu malah membuat keadaan semakin rumit, apalagi ai tak bisa menerima keadaan bahwa dirinya sekarang berada di sini. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi tapi tak ada apapun, atau mungkin sebelumnya ia sudah setuju untuk tinggal di dunia yang baru, jika benar itu kapan, kenapa ia tak mengingatnya. Kemudian malam hari pun lewat, ia pun bergegas menuju tempat tidurnya tempat yang sama satu ruangan diisi dengan banyak orang, apalagi tempat itu sangat sempit dan kadang ada hewan-hewan pengerat. Agras mencoba memejamkan matanya tapi sangat sulit, hampir setiap malam ia susah tertidur karena tempat yang tidak nyaman, kasur yang keras dan ruangan yang gelap, berbeda dari tempat di apartemennya yang terasa nyaman dan hangat, ia bisa sampai bangun siang karena terlalu nyaman. Bahkan kadang ia tak tidur jika sedang berlibur kerja, ia bisa bermian game sampai lupa waktu dan baru tertidur esok harinya, Emilia yang akan membangunkannya berteriak dengan sangat kencang di telinganya, hal itu baru membuatnya terbangun, meskipun ia masih sedikit merasa malas, kadang ia merindukan hal itu, hal-hal yang sangat sulit ia dapatkan lagi. Agras mulai merindukan lagi hal-hal saat ia menjadi Richard dulu, apa kini ibunya dan kekasihnya sedang menangisi dirinya di rumah sakit atau malah tubuhnya sudah dikubur karena tak bangun untuk beberapa lama. Ia pun tak yakin sudah berapa lama berapa di sana, apa waktunya dan waktu dunia ini berbeda, jika berbeda berapa kemungkinan, karena jika tidak itu akan mempermudah ia kembali. Namun yang masih ia pikirkan adalah, kapan ia bisa kembali kedunianya. Ia ingin secepatnya kembali dan bertemu dengan ibu serta kekasihnya Emilia. Ia sudah sangat rindu, lebih tepatnya ia rindu dengan kehidupan modernnya yang indah. *** Waktu berjalan sangat cepat hingga tak terasa Argas sudah lebih dari satu tahun di sana, ia sudah berusia sembilan tahun kini, meskipun sebenarnya ia seorang laki-laki berusia 30 tahun yang terjebak di tubuh anak-anak. sudah setahun lamanya ia menjadi anak kecil tapi ia tak mendapatkan apapun, bahkan ia sempat berpikir bahwa ia pasti tak bisa kembali lagi keduanianya karena hal itu terasa sangat tak mungkin. Ia tak tahu cara apapun untuk kembali, maka dari itu ia hanya bisa pasrah saja menerima kenyataan bahwa ia kini hanyalah anak kecil yang akan tumbuh di sana, tanpa menjadi Richard lagi. Ia akan membuang semua hal tentang itu dan menjadi orang yang baru, hidup bersama hal-hal yang baru dan yang pasti ia tak akan memikirkan lagi cara kembali, karena semakin ia pikirkan akan semakin membuat kepalanya pusing dan ia tak bisa berpikir dengan jernih, maka itu lebih baik ia tak melakukannya. Selama satu tahun berada di dunia aneh yang seolah fantasi itu membuat dirinya mulai menikmatinya, orang-orang di sana sebenarnya cukup ramah dan terlewat baik, mereka mengajarinya banyak hal termasuk menjadi anak-anak yang sesungguhnya, meskipun sebenarnya itu tak sepenting itu, karena menjadi anak bukanlah suatu pelajaran sebab itu keharusan. Selain itu ia juga mengenal banyak orang yang ada di sana, teman-teman sekamarnya dan para uskup gereja yang juga baik, ia mulai menikmati makanan aneh yang ia santap setiap hari dan tempat tidur keras yang seperti tumpukan batu. Ia bahkan tak perlu mengeluh lagi soal makanan juga, karena Vina ibunya setiap satu minggu sekali datang sambil membawakannya makanan. Meskipun rasa makanannya tak seenak ibunya di dunia sebelumnya tapi lagi-lagi ia mencoba menikmatinya tanpa sedikit pun perlu mengeluh. Karena mengeluhpun tak akan merubah apapun, ia harus tinggal di sana dan terus tinggal di sana entah sampai kapan, mungkin sampai ia mati. Namun, ada yang aneh pada suatu malam ketika ia tertidur. Ia seolah bermimpi berada di tempat yang semuanya berwarna serba putih, tak ada apapun di sana selain dirinya, bahkan ia saja sampai telanjang bulat tanpa sehelai benang pun, tapi ia tak merasa malu karena ia hanya seorang diri di sana. Kemudian pikirannya salah, karena ada suara lain yang tiba-tiba muncul dan mengatakan bahwa ia berada di sana karena pergantian sebuah dimensi, di mana sudah waktunya ia akan kembali lagi menjadi Richard sebelumnya, tapi entah mengapa ia malah tak percaya dan merasa aneh, lalu ia pun terjaga di malam hari dan menganggap itu hanya mimpi belaka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD