bc

Second Love

book_age18+
188
FOLLOW
1K
READ
drama
twisted
sweet
mystery
like
intro-logo
Blurb

Setelah berhasil menyelamatkan diri dari amukan Danil. Laysa memutuskan untuk pergi sejauh-jauhnya. Dia sudah tidak kuat menjalani rumah tangga yang di dalamnya hanya ada kekerasaan dan keegoisan. Ia akhirnya tiba di sebuah pulau yang di dalamnya terdapat kota kecil di dekat pantai yang sangat eksotis. Tempat yang asing bagi Laysa, juga orang-orang baru yang tak dikenalnya.

Malam semakin larut, tubuh Laysa menggigil menahan sakit. Hujan turun deras hingga akhirnya ia memutuskan masuk ke sebuah resto kecil yang akan tutup. Pada pemilik resto ia meminta izin untuk bermalam sementara sebelum ia mendapatkan kontrakan untuk tempat tinggalnya. Wilan pemilik resto akhirnya mengizinkan Laysa karena kasihan melihat perempuan itu penuh luka lebam.

Dari pertemuan pertama, Laysa dan Wilan akhirnya dipertemukan kembali oleh peristiwa-peristiwa tak terduga. Keduanya semakin dekat saat Aira putri Wilan begitu akrab dengan Laysa.

Terhadap Laysa, akhirnya Wilan kembali merasakan jatuh hati.

Akan kah ada benih cinta tumbuh di hati Laysa yang tak lagi percaya cinta karena trauma oleh kekerasan di masa lalunya?

chap-preview
Free preview
Lingkaran Luka
Pukulan telak yang dilayangkan Daniel membuatku terhuyung kemudian jatuh terjerembab dengan posisi tersungkur ke lantai.  Pelipisku terasa nyeri karena sempat terbentur pada sudut kursi.   "Dasar perempuan tak tahu diri!"   Satu tinju di bagian rahang kuterima lagi. Rasanya ngilu dan perih. Aku kerap diperlakukan se-brutal ini oleh suamiku sendiri. Kekerasan yang tidak hanya menyakiti raga tetapi juga menorehkan luka hingga ke dasar jiwa. Tuhan, aku lelah!   "Salahku apa, Mas?"   "Masih menanyakan salahmu apa?" sentaknya dengan suara menggelegar.   "Aku tidak mengerti! Kau barusan pulang dari kantor lalu tiba-tiba memukuliku seperti ini." Aku terisak dengan bibir bergetar.   "Ada hubungan apa kamu dengan Dito? Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kalian ngobrol dengan saling memandang dan tersenyum."   Dito? Oh jadi kemarahannya karena tetangga sebelah rumah itu datang ke sini. Astaga! Lagi-lagi hanya karena hal remeh dan salah paham tubuhku harus menjadi korban kekerasan.   "Jadi karena itu, hanya karena kamu melihat tanpa tahu yang sebenarnya? Demi Allah, Mas. Aku tidak pernah sekalipun mempunyai hubungan dengan lelaki mana pun. Dito hanya mengembalikan obeng yang kemaren dipinjamnya, ia mengucapkan terima kasih dan aku  menjawabnya. Hanya itu, tidak pernah lebih."   "Oh ya? Sayangnya aku tidak percaya. Seharusnya kamu tahu diri, sudah untung kunikahi. Kalau tidak kamu masih tinggal di panti asuhan itu."   "Aku tidak pernah meminta untuk dinikahi. Kau sendiri yang datang dan memintaku. Aku sudah lelah terus diperlakukan seperti binatang, ceraikan aku."   "Berani sekali kau mengatakan itu," ucapnya penuh kemarahan lalu tamparan keras kembali mendarat di pipiku. Aku berusaha membela diri tapi karena tenagaku tak seberapa, tubuhku kembali menjadi sasaran kemarahannya.   "Sakit, Mas," lirihku. Tetapi pukulannya tak juga berhenti.   "Aku akan melaporkanmu ke polisi atas tindakan kekerasan ini!" seruku mulai berani.   "Wow berani sekali. Aku tidak akan pernah membiarkanmu melakukan hal itu." Tangan kekar itu menyeret paksa tubuhku seperti yang sudah-sudah lalu dia akan memasukkanku ke gudang kemudian menguncinya. Tetapi untuk kali ini aku harus melakukan perlawanan.   Tiba-tiba mataku tertumbuk pada sebuah balok kayu yang tergeletak di pojok tak jauh dari tempatku. Satu tendangan dari kakiku berhasil mengenai pinggang Mas Danil. Disaat itu aku mulai melepaskan diri dan mengambil balok. Mengacungkannya tepat di atas kepala.   "Kau bisa menyakitiku berkali-kali, Mas. Jika selama ini aku hanya diam, maka tidak untuk kali ini." Gemuruh di dadaku serupa genderang perang. Puncak kesabaran itu mungkin telah hilang.   "Taruh balok itu di tempatnya." Ia memerintah, "apa yang akan kau lakukan, Sa?"   "Aku bisa saja memukulmu menggunakan ini."   "Oh ya?" Dia berkata dengan nada mengejek.   "Ceraikan aku saat ini juga. Aku lelah terus menjadi sasaran kemarahanmu. Pernikahan macam apa yang kita jalani ini? Kau terus menyakitiku lalu kemudian meminta maaf, berjanji tak akan mengulangi, lalu saat aku tak sengaja melakukan kesalahan kecil kau memaki seenaknya, saat ada salah paham kau memukuliku sepuasnya. Sungguh Mas, aku lelah berada di lingkaran set*n seperti ini. Ceraikan aku!"   "Tidak akan."   "Kenapa tidak?"   "Karena aku mencintaimu Laysa."   "Kamu picik, Mas! Cinta tidak pernah menyakiti sedalam ini. Kamu telah menyakiti jiwa dan ragaku bertubi-tubi."   Hening. Kali ini dia terdiam dan menunduk. Aku tak mengerti kenapa Mas Danil begitu cepat emosi lalu seperti yang sudah-sudah ia akan meminta maaf. Lagi dan lagi selalu terulang seperti itu.   "Aku minta maaf, Sa."   Sudah kuduga.   "Aku bosan kau berulang kali mengatakan itu. Ceraikan aku, Mas." Air mataku jatuh perlahan.   "Aku tidak akan pernah menceraikanmu," suara Mas Danil menggelegar. Tangan kekar itu menarik tubuhku paksa, di saat bersamaan aku menggunakan balok di tanganku untuk memukulnya. Tepat mengenai sisi kepala dan bahunya. Lelaki  beringas itu jatuh dan tak sadarkan diri.   Aku berlari ke kamar, tergesa-gesa memasukkan beberapa baju ke dalam tas. Meraih dompet dan ponsel, dalam pikiranku saat ini aku harus pergi sejauh-jauhnya agar Mas Danil tak bisa menemuiku lagi.   *****   Bus yang kutumpangi terhenti.   "Katapang Katapang," suara kernet menggema memberitahukan nama wilayah perhentian sementara. Beberapa orang turun karena tujuannya telah sampai. Sedangkan aku masih bingung hendak kemana membawa diri yang sebatang kara ini? Sodara tak punya, orangtua entah di mana. Dibesarkan di sebuah panti asuhan di Jakarta, aku bahkan tak tahu asal usulku dari mana. Seandainya masih ada orangtuaku, mungkin saat ini aku akan pulang padanya. Nyatanya aku sudah dibiarkan terbuang dari bayi. Ibu panti menemukan bayi merah tergelatak di gerbang panti. Tanpa identitas dan tanpa selembar pesan apa pun, begitu penuturan yang kudengar perihal asal-usulku.   Sebuah notif pesan masuk ke ponselku.   [Kau di mana, Sa? Jangan coba-coba kabur. Orang-orang suruhanku sedang mencarimu. Kupastikan kau secepatnya akan kembali ke rumah.]   Pesan itu dari Mas Danil. Kenapa aku bisa lupa kalau dengan kekuasaannya Danil bisa membayar orang suruhannya untuk mencariku. Hatiku kini disergap ketakutan.   [Aku tahu kamu sedang ke arah TangCity.] Pesan itu muncul lagi.   Kenapa aku bisa lupa mematikan GPS? Pantas saja Danil tahu posisiku di mana. Jariku mulai menscroll ke arah tombol pengaturan, lalu mematikan informasi dari GPS.   [Keman pun kamu lari dan sembunyi, aku akan menemukanmu. Akan kusebar namamu sebagai buronan yang telah mencoba melakukan pembunuhan terhadapku. Kau lupa kalo aku punya teman seorang polisi?] Pesan itu semakin mengancamku.   Aku tidak boleh gegabah, yang dihadapi saat ini adalah Danil Rakasa. Dia bisa berbuat dan melakukan apa saja untuk mendapatkan kemauannya. Lekas kumatikan ponsel lalu membuang kartunya. Apa yang harus kulakukan agar orang-orang suruhan itu tak mengenaliku? Ke mana aku harus pergi?   Aku meraih cermin kecil, membuka masker yang menutupi sebagian wajah, termangu memandangi jejak lebam  dan kebiruan di area dagu, mulut, mata dan pelipis. Danil benar-benar tak punya hati, ia membuatku babak belur seperti ini. Tiba-tiba sebuah ide terlintas, aku harus merubah penampilan agar orang suruhan Danil tak bisa mengenali wajahku. Setidaknya, memotong rambut dan mengenakan hoodie yang ada penutup kepalanya, aku bisa aman dari mereka. Magrib, aku turun dari Bus. Entah ini sudah memasuki wilayah mana. Bergegas aku mencari salon dan memotong rambut. Keluar dari salon, aku melihat tiga orang berbadan kekar tengah berkeliling dengan mata mengawasi. Apakah itu orang-orang suruhan Danil? Dadaku disergap rasa takut. Untungnya tadi sudah mengenakan hoodie sampai menutup kepala dan tak lupa memakai masker.   Dengan langkah cepat aku kembali menaiki bus. Entah bus jurusan mana yang kutumpangi, aku tak peduli yang terpenting aku secepatnya pergi jauh. Sepanjang jalan perasanku tak tenang, diserbu rasa takut dan was-was berlebihan. Tentu saja aku tak ingin tertangkap oleh orang-orang yang dibayar Danil. Jiwaku rapuh andai Tuhan tak menguatkan mungkin sudah kuakhiri saja hidup. Tubuhku ngilu dan terasa perih, tetapi di dalam sini rasanya jauh lebih perih. Aku yang menjadi korban kekerasan selama ini, tetapi saat membela diri malah dituduh melakukan percobaan pembunuhan, dan Danil memutar balikkan fakta lalu mengubah statusku menjadi buronan. Air mata kubiarkan mengalir deras. Aku lelah tetapi aku tak boleh menyerah.   ***  

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
113.3K
bc

Siap, Mas Bos!

read
17.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
216.2K
bc

Tentang Cinta Kita

read
198.3K
bc

Single Man vs Single Mom

read
105.9K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook