04 : Istriku Bertemu Mertua

2010 Words
Berselang beberapa saat kemudian, mobil yang ditumpangi Elliot dan Charlotte berhasil sampai di kediaman Arthur Landegre di Brooklyn. Karena ada perbaikan jalan, mereka jadi terlambat hampir setengah jam, sehingga membuat Charlotte merasa sangat cemas. Ketika mereka melangkahkan kaki menuju teras rumah, Elliot sempat memberikan tepukan ringan di punggung Charlotte supaya wanita itu bisa lebih tenang. “Jangan khawatir, kita hanya telat sebentar.” “Aku hanya takut Tuan Besar Landegre marah.” Elliot tertawa kecil. “Walau wataknya memang keras, Ayah bukanlah seseorang yang mudah marah karena alasan sepele, jadi kamu tidak perlu cemas.” Elliot lantas menautkan jari mereka agar Charlotte tidak lagi merasa gugup. Secara mengejutkan, Elliot merasa istrinya meremas tangannya dengan kuat sebagai bentuk penenangan diri. Rumah milik Arthur Landegre merupakan kediamam utama dari Keluarga Landegre, sehingga tak ayal apabila rumah ini berdiri di atas lahan yang sangat luas. Rasio antara luas halaman dan bangunan utamanya itu hampir setara, membuat Charlotte berpikir mungkin lahan rumah milik Keluarga Landegre mampu menampung sepuluh rumah di dalamnya. Sesampainya di depan pintu, Elliot segera menekan bel sebanyak tiga kali, tak lama kemudian seorang pelayan membukakan pintu untuk Elliot dan menggiring mereka ke ruang makan yang berada di dekat kolam renang halaman belakang. Manik mata emerald milik Charlotte berbinar tatkala melihat ruang interior rumah Landegre yang didomminasi oleh marmer serta ukiran kayu mahal. Perabotan – perabotan yang bernilai tinggi pun juga sangat mudah Charlotte temukan, membuatnya kagum dengan keluarga Landegre yang mengoleksi banyak barang mahal. Elliot hanya tersenyum saat memperhatikan Charlotte yang terlihat bersemangat. Setidaknya, Charlotte sudah tidak lagi gugup dan lebih rileks. Namun, ketenangan Charlotte luntur tatkala mereka sudah berjalan semakin dekat ke ruang makan. Hari ini, tampaknya Arthur Landegre mengundang seluruh keluarga untuk hadir di perjamuan makan. Di ruang makan, setidaknya sudah ada tujuh orang yang duduk di kursi makan. Begitu memasuki ruang makan, pandangan semua orang langsung jatuh ke arah Elliot dan Charlotte. Sebelum Arthur melayangkan protes, Elliot sudah lebih dahulu menjelaskan keterlambatan mereka. “Maaf, kami datang terlambat karena tadi ada perbaikan jalan saat kami sedang kemari.” Seperti yang telah Elliot katakan kepada Charlotte, Arthur tidak marah. Pria separuh baya itu hanya mengangguk tanda mengerti dan berkata, “Cepat duduklah agar kita semua bisa segera makan.” Tampaknya Arthur berpikir, selama Elliot ingin datang menemuinya, maka dia tidak perlu berharap lebih. Di mata Arthur, Elliot itu merupakan putranya yang paling sering membangkang. Jika dia tidak mendapatkan sesuatu yang ia inginkan, maka Elliot seringkali kabur dari rumah dan mengabaikan Arthur selama satu bulan penuh. Mendapati Elliot hanya kabur selama satu minggu itu adalah sebuah kemajuan. Elliot berjalan lebih dahulu menuju meja makan, sedangkan Charlotte mengikuti. Mereka lantas duduk di dua kursi kosong yang letaknya bersebelahan dengan saudara tertua Elliot, Ian Landegre dan istrinya, Jessica. Di antara Ian dan Jessica, Charlotte bisa melihat seorang anak kecil yang sepertinya merupakan putra mereka. Begitu Charlotte duduk, Jessica yang berada di sebelahnya langsung melemparkan senyuman ramah kepada Charlotte. Wanita itu bahkan sempat berbisik di samping telinga Charlotte, “Tatanan rambutmu terlihat cantik.” Charlotte turut tersenyum sebagai balasan. “Terima kasih, kamu juga terlihat cantik malam ini.” Pandangan Charlotte kemudian beralih ke depan, ia melihat Brianna Landegre duduk tepat di seberangnya. Di sebelah kanan Brianna, terdapat Johan yang merupakan adik tiri Elliot, pasangan ibu dan anak itu tampak sedikit angkuh saat melihat Charlotte datang. Lain halnya dengan adik tiri Elliot yang duduk di sebelah kiri Brianna, setahu Charlotte namanya adalah Noelle Landegre. Di antara para orang dewasa, dia terlihat masih segar selayaknya remaja pada umumnya. Remaja berusia 18 tahun itu tidak memperhatikan sekeliling dan hanya fokus pada games yang sedang ia mainkan di ponsel. Elliot yang duduk di sebelah Charlotte turut memperhatikan ekspresi semua orang yang duduk di ruang makan. Namun, pandangan Elliot hanya terpaku kepada Ian yang duduk di dekat Arthur. Ada pancaran penyesalan di kedua mata Elliot tatkala memperhatikan saudaranya itu. Di kehidupan lampau, Elliot selalu berpikir bila saudaranya itu ikut senang dengan lengsernya Elliot dari pewaris utama. Tak hanya itu, Elliot juga sempat menuduh Ian sebagai orang yang menjebak Elliot sehingga dia terkena kasus penggelapan dana. Namun, ternyata seluruh dugaannya itu salah saat Ian malah membantu Elliot untuk melakukan pelarian. Saudaranya itu juga bahkan berusaha keras membela Elliot di hadapan keluarga besarnya, meski Arthur tetap saja hanya percaya kepada bukti yang tertera di matanya. Karena itulah, Elliot memantapkan hati untuk selalu percaya kepada saudaranya itu dan akan membantu Ian untuk meraih jabatan tertinggi di LNG Corporation. “Elliot, kemana saja kamu selama ini sampai tidak pernah masuk kerja? Apa kamu tidak tahu betapa sibuknya perusahaan kita di akhir bulan seperti ini? Usiamu sudah tidak lagi muda, berhentilah bersikap kekanak – kanakan.” omel Arthur ketika para pelayan mulai meletakkan hidangan – hidangan ke atas meja. Semua orang sontak menatap Elliot, berpikir bila Elliot akan memulai keributan seperti biasanya saat Arthur memberikannya ceramah. Namun, tanpa disangka Elliot dengan tenang menanggapi, “Sebelumnya, aku ingin meminta maaf kepada Ayah karena aku sudah bertindak kekanak – kanakan. Ayah dan Ibu pasti mempunyai alasan yang baik saat ingin menjodohkanku dengan Charlotte. Karena itu, mulai hari ini aku akan berusaha memperbaiki perilakuku dan tidak akan lagi mengecewakan Ayah.” “…” Keheningan lantas menyambut ruang makan. Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka Elliot akan merespon seperti itu. Pasalnya, di pertemuan keluarga yang terakhir, Elliot sempat membanting meja karena tidak terima akan dinikahkan dengan Charlotte. Arthur batuk sekali untuk menghilangkan rasa canggung. “Bagus jika kamu sudah mengerti. Sekarang kamu sudah menikah dan memiliki istri, perlakukan Charlotte dengan baik, jangan sampai kamu membuatnya menderita karena tingkahmu.” “Mhm, aku pasti tidak akan membuatnya susah,” tegas Elliot. Kali ini Brianna ikut menimpali. “Charlotte, padahal baru seminggu tidak melihatmu. Tapi, kenapa sekarang tubuhmu jadi semakin kurus? Lihatlah, bahkan pipimu begitu tirus. Apa kamu tidak mendapatkan makanan yang layak selama tinggal bersama Elliot?” Charlotte tertegun. Sesungguhnya dia memang mengalami penurunan berat badan akibat terlalu banyak mengerjakan pekerjaan rumah, tapi tentu saja turunnya tidaklah drastis sampai bisa terlihat. Tampaknya, Brianna memang ingin menyindir Elliot dan membuatnya marah. “Ah, bukan begitu. Makanan di rumah Elliot sangat layak dan sehat. Namun, aku memang seringkali lupa makan, sehingga mungkin mengalami penurunan berat badan.” Ucapan Charlotte bukanlah kebohongan. Wanita itu memang selalu melupakan jadwal makan saat melakukan sesuatu, sehingga tubuhnya sangat jarang mengalami kenaikan berat badan. Brianna tertawa kecil, “Kalau begitu makanlah yang banyak, jangan sampai Elliot pergi ke pelukan wanita lain karena berpikir istrinya tidak lagi menarik.” Charlotte, “Aku pasti akan lebih memperhatikan jadwal makanku lain kali.” Diam – diam, Charlotte mengepalkan tangannya di bawah meja. Perkataan dari Brianna tanpa sadar menggerayangi isi kepalanya tanpa henti. Jika penampilanku buruk, apakah Elliot akan memilih wanita lain? Pikir Charlotte di dalam hati. Belum selesai memikirkan hal itu, Brianna kembali menuangkan minyak ke dalam api. “Sejak Elliot masih remaja, dia sudah sering membawa pulang wanita. Hampir semua dari wanita itu begitu cantik dan memiliki tubuh yang bagus. Ibu tidak mengatakan ini karena meragukan Elliot, tapi bukankan lebih baik berdandan lebih baik daripada suamimu akan diambil oleh wanita yang lebih cantik di masa depan?” Charlotte kehabisan kata – kata, sehingga dia tidak tahu harus membalas apa. Sebelum menikah, Charlotte juga sering mendengar tabiat buruk Elliot yang sering berkencan dengan banyak wanita. Awalnya Charlotte tidak begitu memikirkannya, tapi sekarang dia jadi khawatir Elliot akan tidak puas dengan dirinya. Apalagi, Elliot dan dirinya juga belum pernah melakukan hubungan selayaknya suami istri. Mungkinkah Elliot akan mencari wanita lain jika Charlotte tak kunjung memberikannya lampu hijau untuk berhubungan dengannya? Ketika pikiran Charlotte semakin kusut, dia tiba – tiba mendengar Elliot berkata. “Aku sudah menikah, tidak akan lagi bermain – main dengan wanita. Jadi, seburuk apapun Charlotte, aku tidak akan pernah meninggalkannya.” Senyuman di wajah Brianna membeku, dia tidak menyangka bahwa Elliot akan membalas seperti itu. Padahal Brianna mengira Elliot akan mendukung ucapannya dan turut menghina Charlotte. “Sepertinya Ibu terlalu meremehkan kamu.” Sudut bibir Charlotte terangkat sedikit kala mendengar ucapan Elliot. Ada bagian dari hatinya yang merasa senang, karena tahu suaminya telah membela Charlotte di hadapan mertuanya. “Benar, Elliot pasti tidak akan lagi bertingkah seliar dahulu. Jadi berhenti membicarakan omong kosong, lebih baik sekarang kita mulai menyantap makanannya sebelum makanan di meja menjadi dingin,” kata Arthur sembari mengambil peralatan makannya. Semuanya kemudian mengikuti Arthur yang mulai makan. Seperti biasa, makan malam berlangsung dengan dingin tanpa ada satu orang pun yang berbicara. Masing – masing dari mereka bahkan terlihat tidak berminat untuk bertegur sapa. Walau Elliot sudah dilahirkan kembali, suasana keluarganya memang tidak pernah berubah. Embel – embel keluarga pada akhirnya hanyalah sebuah catatan di akta keluarga, karena sesungguhnya mereka selalu bertingkah seperti orang asing yang saling tidak perduli. Selain dengan Ian, Elliot sangat jarang berbicara dengan yang lainnya. Pria itu mengintip ke arah Charlotte, memperhatikan istrinya yang tengah berusaha memotong daging di piring. Tanpa mengatakan apa – apa, Elliot segera menukar piring miliknya dengan Charlotte, membuat wanita itu ingin protes tapi diurungkan saat melihat piring yang diberikan oleh Elliot berisikan daging yang seluruhnya sudah dipotong. Charlotte tersenyum, kemudian berbisik. “Terima kasih.” “Mhm,” gumam Elliot. Sekitar empat puluh menit kemudian, mereka sudah selesai makan malam. Elliot yang sedari awal ingin membicarakan sesuatu dengan Arthur segera berkata. “Ayah, ada hal yang ingin kubicarakan. Apa Ayah mempunyai waktu senggang?” Arthur, “Ya, kita bisa bicara di ruang kerja.” Setelah mengatakan itu, Arthur bangkit dari kursi makan dan berjalan pergi menuju ruang kerjanya. Tidak ingin ayahnya menunggu lama, Elliot juga segera bangkit dan mengikuti Arthur. Tapi sebelum dia pergi, Elliot sempat menepuk kepala Charlotte dan berbisik. “Aku akan segera kembali,” Charlotte hanya mengangguk sebagai balasan, pertanda bahwa dia tidak memiliki masalah jika Elliot pergi. • • • Sesampainya di ruang kerja, Arthur langsung menodong Elliot dengan kata. “Jika kamu ingin kembali meminta kenaikan jabatan, maka Ayah tidak akan memberikannya. Memimpin satu departemen saja kamu belum becus, bagaimana mungkin mampu naik jabatan?” Elliot tertegun sebentar sebelum menjawab. “Aku kemari bukan untuk meminta itu.” Arthur yang baru saja duduk segera menaikkan matanya untuk menatap Elliot. Tidak menyangka bila putranya itu tidak membahas kenaikan jabatan lagi saat bertemu dengannya. “Lalu apa yang kau mau?” Elliot dengan serius berkata. “Selama ini, Johan selalu saja ikut campur dalam pengelolaan Departemen Infrastruktur III. Hal ini bisa membuat administrasi berantakan karena adanya campur tangan kepala departemen lain. Karena itu, aku ingin Ayah meminta dia untuk berhenti mengurus departemenku dan berfokus kepada departemennya sendiri.” Arthur mengetukkan jarinya ke atas meja. “Kamu tahu alasan Johan ikut mengatur departemenmu?” Tahu, tentu saja Elliot tahu. Arthur dahulu menyuruh Johan mengatur Departemen Infrastruktur III karena Elliot selalu saja melarikan diri dan menghabiskan waktu bersama teman – temannya. Dia juga sangat jarang datang ke kantor dan membuat laporan, sehingga Departemen Infrastruktur III akan hancur apabila Johan tidak turun tangan. “Selama satu minggu terakhir, aku sudah merenungkan segala kesalahanku. Setelah renungan itu, aku mulai sadar bila aku tidak bisa terus bertingkah seperti berandalan dan harus mulai memikul tanggung jawab supaya dapat hidup dengan nyaman di masa depan. Sebab itu, bisakah Ayah memberikan kepercayaan kepadaku satu kali ini? Aku berjanji tidak akan mengecewakan Ayah.” Sebagai seorang Ayah, tentu hati Arthur cukup tersentuh karena mendengar putranya mulai ingin membenahi kehidupannya yang buruk. Namun, dia juga tidak bisa mengambil resiko. Terkadang Arthur tidak bisa menebak Elliot, anak itu bisa saja tiba – tiba melarikan diri lagi jika pekerjaannya terlalu berat. “Satu bulan,” Arthur berkata, “Ayah akan memberikanmu waktu sampai rapat laporan akhir tahun perusahaan. Jika Departemen Infrastruktur III mampu berada di tingkat tiga teratas, maka Ayah akan sepenuhnya memberikan tanggung jawab departemen itu kepadamu.” Elliot lantas tersenyum usai berhasil mendapatkan hal yang ia inginkan. “Tidak masalah, Aku pasti mampu melakukannya, Ayah tidak perlu khawatir.” • • • • • To Be Continued 3 Januari 2022 [Theater Mini] Elliot ; Ayah! Aku minta maaf! Aku pasti tidak akan lagi mengecewakan ayah! Arthur : *Menangis haru hingga air matanya kering* huhuhu putraku akhirnya berubah ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD