Elliot tidak bisa menahan diri untuk melemparkan dirinya ke tubuh Charlotte dan memberikannya pelukan hangat. Begitu bobot tubuhnya yang berat menimpa tubuh Charlotte, mereka berdua langsung terjatuh ke atas kasur. “Charlotte, kamu memang istriku yang paling manis.”
“Elliot, tubuhmu masih bau alkohol,” peringat Charlotte. Dia mempunyai hidung yang sensitif, jadi selalu tidak tahan apabila mencium aroma alkohol yang kuat.
Elliot tertawa, “Haha, aku akan mandi setelah tidur siang.”
Dalam waktu singkat, Elliot sudah membungkus mereka berdua ke dalam selimut. Ia bahkan menahan tubuh Charlotte sehingga wanita itu tidak bisa berkutik selain menyandarkan kepalanya pada d**a Elliot.
Aroma alkohol masih dapat tercium dengan jelas di hidung Charlotte, tapi pelukan hangat Elliot membuat Charlotte merasa nyaman sehingga dia tidak lagi protes. Pria ini memang benar – benar memiliki banyak kejutan.
“Charlotte, aku janji akan berusaha menjadi suami yang baik untukmu dan tidak akan pernah membiarkan kamu menderita. Oleh karena itu, berikan aku kesempatan untuk memperbaiki hubungan kita dan jangan pergi meninggalkanku.”
Charlotte merasa permintaan Elliot agak aneh. Pria itu baru membentaknya satu kali dan meninggalkan Charlotte selama satu minggu, tapi Elliot malah berbicara seolah – olah dia telah membut Charlotte menderita selama bertahun – tahun.
“Kita sudah menikah … maka aku tidak mempunyai alasan untuk meninggalkan kamu,” kata Charlotte.
Elliot mencium pucuk kepala Charlotte dan bergumam. “Benar, kita sudah menikah. Tidak perlu memikirkan hal yang tidak perlu.”
Keduanya lantas tidak lagi berbicara dan mulai memejamkan mata. Perpaduan antara suhu ruangan yang dingin dan selimut tebal membuat Charlotte merasa nyaman sehingga tidak sampai lima menit, wanita itu sudah tertidur di dalam pelukan Elliot.
• • •
Setelah tidur siang selama tiga jam, Elliot akhirnya membuka mata usai mendengar suara notifikasi ponselnya yang beruntun. Sebelah tangannya meraba permukaan nakas, berusaha untuk mematikan ponsel itu. Akan tetapi, keningnya berkerut saat nama ‘Ayah’ muncul di layar ponsel.
Ketika Elliot membuka pesan dari Arthur, ia mendapati ayahnya telah mengirimi ratusan pesan sejak ia tidak masuk kantor sejak satu minggu yang lalu.
[Elliot, berhentilah bertingkah kekanak – kanakan dan cepat kembali bekerja!!]
[Ayah menikahkan kamu dengan putri keluarga Baxter supaya kamu bisa menjadi orang yang lebih bertanggung jawab, tapi kenapa sekarang kamu malah lari dari tanggung jawab?]
Elliot terus menggulir ratusan pesan tersebut sampai matanya tertuju pada pesan yang baru saja dikirim.
[Bawalah Charlotte untuk makan malam hari ini di rumah. Jika kamu masih saja tidak datang dan tak mau pergi ke kantor besok, maka Ayah akan memotong gajimu bulan ini.]
Ancaman dari Arthur bukanlah sekadar omongan belaka. Ayahnya itu benar – benar memotong gaji Elliot hingga 70% di kehidupan lampau, tetapi saat itu Elliot tidak merenungkan perbuatannya dan malah semakin menaruh kebencian kepada Charlotte serta Arthur.
Elliot menghela napas, sekarang dia tidak mungkin membiarkan Arthur memotong upahnya bulan ini. Kredibilitasnya sebagai pemimpin departemen konstruksi di Departemen Infrastruktur III pasti akan dipertanyakan di rapat laporan akhir perusahaan.
Di kehidupan ini, Elliot sudah bertekad untuk membenahi kehidupannya supaya ia dan Charlotte bisa hidup dengan damai hingga tua. Jika Elliot mempunyai citra yang buruk di mata para petinggi perusahaan, maka dia akan kesulitan untuk mendapatkan kepercayaan mereka di masa depan.
Dia harus bekerja dengan sangat keras, supaya Arthur tidak lagi meragukan dirinya.
Pertama – pertama, dia harus membereskan semua kekacauan yang sudah ia perbuat selama ini. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, Elliot perlu datang ke rumah Arthur malam ini untuk mendapatkan kepercayaan. Setelah itu, Elliot juga perlu menstabilkan posisinya di perusahaan.
Usai menyusun rencananya, Elliot lantas mengirimkan pesan singkat kepada Arthur.
[Aku akan datang.]
Begitu pesan terkirim, Elliot segera melempar ponsel tersebut ke atas nakas kemudian memperhatikan wajah Charlotte yang masih tertidur pulas di dekapannya.
Charlotte meletakkan satu tangannya di atas Elliot, sedangkan yang satunya tertekuk di depan bibirnya yang sedikit terbuka. Bulu matanya yang lentik tetap membuat mata Charlotte tampak indah meski sedang tertutup rapat.
Elliot perlahan menyentuh bulu mata Charlotte, kemudian mengelus pelipis Charlotte dengan lembut. Akibat dari sentuhan – sentuhannya, Charlotte jadi merasa terusik sehingga bulu matanya bergetar.
“Charlotte …” bisik Elliot.
“Mhm,” Charlotte bergumam singkat dan matanya masih enggan untuk membuka.
“Ayah meminta kita untuk makan malam di rumahnya hari ini, kita sebaiknya bersiap – siap agar tidak terlambat.”
“Makan malam?” kata Charlotte, masih setengah sadar.
“Iya, setelah menikah, kita belum pernah berkunjung ke rumah orang tuaku. Karena itu, Ayah memintaku untuk mengajakmu hari ini ke rumahnya.”
Setelah mencerna perkataan Elliot dengan seksama, Charlotte akhirnya membuka mata dan sadar sepenuhnya. Dia buru – buru melihat ke arah jam dinding dan berkata dengan panik. “Tapi sekarang sudah jam 4 sore, makan malam biasanya diselenggarakan jam 7 malam. Perjalanan dari Manhattan ke Brooklyn itu sekitar 1 jam, maka kita harus segera pergi sebelum jam 6 sore.”
Charlotte akhirnya melepaskan pelukan Elliot dan duduk di tempat tidur, wajahnya tampak gusar dan ia menggigit ujung jarinya saat merasa panik. “Bagaimana bila kita terlambat datang? Apakah Tuan Besar Landegre akan marah?”
Karena merasa heran dengan Charlotte yang tiba – tiba saja sangat panik, Elliot turut bangkit dan menepuk tangan Charlotte beberapa kali. “Kenapa kamu begitu panik? Itu hanyalah undangan makan malam keluarga, datang sedikit terlambat pun juga Ayah akan mengerti.”
Tatkala manik emerald dan sapphire bertemu pandang, kegugupan di hati Charlotte mulai menguap dan tergantikan oleh perasaan tenang. “Aku hanya takut Ayahmu akan memandang buruk Keluarga Baxter apabila aku tidak datang tepat waktu.”
Elliot menaikkan satu alisnya, “Aku tidak menyangka kamu seperduli itu dengan keluargamu.”
Charlotte tertegun, “Perduli mungkin bukanlah kata yang tepat. Dibandingkan perduli, aku lebih merasa takut akan disalahkan jika Keluargamu sampai tidak menyukai keluargaku.”
Penuturan Charlotte membuat Elliot terdiam. Dia baru ingat bila Keluarga Baxter rela menikahkan Charlotte dengan Elliot karena perusahaan yang dirintis oleh Jacob Baxter —Baxter Furniture— tengah mengalami krisis moneter, akibat kesalahan manajemen perusahaan serta pengeluaran yang tidak terkendali.
Di tengah krisis seperti itu, Arthur datang membawa proposal pernikahan, ia berjanji akan memberikan bantuan modal ke perusahaan Jacob asalkan ia menikahkan salah satu putrinya dengan Elliot. Awalnya, putri Jacob yang seharusnya menikah dengan Elliot adalah Caitlyn Baxter.
Akan tetapi, Jacob sangat menyayangi Caitlyn dan tidak mau putrinya menikah dengan seorang pria pemarah dan tidak teratur seperti Elliot. Istrinya, Agnes pun juga sangat menentang perjodohan itu sehingga Jacob akhirnya menyerahkan Charlotte kepada Keluarga Landegre. Wanita itu hanyalah sebuah noda, kehilangan Charlotte sama sekali tidak ada artinya untuk Keluarga Baxter.
“Charlotte, dengarkan aku baik – baik,” pinta Elliot, ia mengangkat dagu Charlotte sehingga mata mereka kembali bertemu.
“Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Aku pasti tidak akan membiarkan orang lain menyalahkanmu atas sesuatu yang tak bisa kamu kontrol.”
Intonasi suara Elliot seolah mempunyai magnet tersendiri yang mampu membuat hati Charlotte menjadi lebih tenang.
“Selain itu, jika keluargamu ingin melimpahkan kesalahan kepadamu, aku pasti akan menyuruh seseorang untuk mematahkan kaki mereka.”
Charlotte tertawa. “Kamu tidak perlu melakukan tindakan kriminal hanya untuk membelaku.”
“Charlotte, istriku yang manis, terkadang ada beberapa manusia di dunia ini yang perlu dipukul dahulu agar ia sadar.”
Contohnya adalah Elliot sendiri.
Dia harus mati terlebih dahulu supaya bisa sadar bahwa ia telah mengambil langkah yang salah seumur hidupnya.
• • •
Butuh waktu setidaknya satu jam bagi Charlotte menyiapkan diri untuk menghadiri makan malam. Walaupun Elliot berkata bila undangan itu hanyalah sekadar makan malam keluarga, tetap saja mereka tidak bisa terlihat buruk di hadapan sanak keluarga lain.
Karena menjadi bagian dari keluarga konglomerat itu merepotkan.
Semua anggota keluarga saling bersaing dan mencari kesalahan dari anggota keluarga lainnya demi menjatuhkan mereka.
Jika seandainya Charlotte mengenakan pakaian yang buruk, maka seluruh anggota keluarga mungkin akan menuding Elliot menelantarkan istrinya dan hal itu bisa menjadi bahan gunjingan di masa depan.
“Charlotte, apa kamu sudah siap?” tanya Elliot seraya mengetuk pintu kamar istrinya.
Beberapa saat kemudian, pintu kamar terbuka, menampakkan sosok Charlotte yang mengenakan gaun selutut berwarna abu – abu muda. Kain pada bagian pundak serta lengannya tampak transparan sehingga memperlihatkan permukaan kulitnya yang cerah. Rambutnya yang bergelombang dibiarkan tergerai dan dihias menggunakan jepit rambut mutiara di dekat telinganya.
Wajahnya dipoles menggunakan riasan yang lembut, tidak terlihat berlebihan atau terlalu pucat.
Elliot terpaku selama sesaat, lalu tanpa sadar menyampirkan anak rambut Charlotte ke belakang telingnya. “Kamu terlihat cantik.”
Charlotte tersenyum dan sedikit menunduk. “Aku tidak mau membuat kamu malu.”
“Kamu tidak akan pernah membuatku malu.”
Charlotte akhirnya melihat penampilan Elliot dengan seksama. Pria itu mengenakan kemeja hitam yang dipadukan dengan mantel berwarna cokelat tua. Poni rambut Elliot ditata ke belakang sehingga membuat dia tampak lebih menawan dibandingkan dengan penampilannya siang ini.
“Kamu juga terlihat tampan.”
Elliot tertawa, lalu menggenggam tangan Charlotte. “Tentu saja, jika aku berpenampilan buruk, pesonaku bisa terbanting oleh kamu. Ayo, kita harus segera pergi.”
Charlotte tidak menjawab lagi dan hanya mengikuti langkah Elliot menuju ke luar rumah dan masuk ke mobil.
Mobil yang mereka tumpangi membelah jalanan Manhattan dengan kecepatan konstan. Arus lalu lintas pada saat sore hari cukup padat karena bertepatan dengan jam pulang kerja.
“Charlotte, jika Ibu tiriku mengatakan sesuatu, kamu hanya perlu mendengarkan tapi tidak harus dimasukkan ke dalam hati. Dia itu adalah wanita tua bermuka dua, sejak dahulu dia tidak pernah menyukaiku karena aku tidak pernah menuruti perkataannya. Oleh sebab itu, Ibu tiriku sering melakukan apa saja untuk membuatku jatuh atau bahkan mempermalukan aku.”
Elliot menambahkan, “Takutnya hari ini dia juga ingin mempermalukan kamu. Saat di awal pernikahan, aku sempat menolak keras perjodohan kita, jadi Ibu pasti berpikir aku sangat membenci kamu. Mungkin saja dia ingin menghina kamu di hadapan keluarga besar supaya aku merasa malu dan murka kepadamu di depan mereka.”
Tatkala mendengar penuturan Elliot, Charlotte jadi merasa iba kepada pria itu. “Kenapa Nyonya Landegre berbuat demikian?”
Elliot tertawa, “Tentu saja karena dia tidak ingin aku terlihat baik di depan Ayah. Saat ini, saudara kandungku, Ian sudah mengambil posisi sebagai wakil direktur di LNG Corporation, sehingga Ibu tiriku merasa sangat dengki karena kedua putra kandungnya jauh tertinggal dari Ian.”
Sejak pertama kali Brianna menikah dengan Arthur, wanita itu memang selalu bermuka dua. Jika Arthur sedang ada di rumah, maka Brianna akan memberikan perhatian penuh kepada Ian dan Elliot, tetapi saat Arthur sudah pergi, Brianna akan kembali menjadi sosok wanita yang dingin dan cenderung mengabaikan kedua putra tirinya itu.
Ketika Brianna berhasil melahirkan keturunan untuk Keluarga Landegre, dia menjadi semakin serakah dan berusaha keras untuk menyingkirkan Ian dan Elliot dari garis pewaris utama.
“Bagaimana denganmu? Apa kamu juga merasa dengki dengan Tuan Ian?” sebagai seseorang yang lahir di keluarga konglomerat, Charlotte yakin bila Elliot mempunyai daya saing yang tinggi dan tak mau kalah dari yang lain.
Namun, ternyata pemikiran Charlotte salah ketika mendengar jawaban Elliot. “Seperti yang sudah kukatakan tadi siang, aku sudah tidak berminat menjadi pewaris utama. Selama aku bisa hidup bahagia bersamamu, maka itu sudah lebih dari cukup.”
Karena Elliot sudah pernah mengecap keserakahan sekali dan berakhir terjatuh hingga ke jurang kehancuran, sehingga kini ia bersumpah akan membuang keserakahannya dan mundur dari persaingan ahli waris.
• • • • •
To Be Continued
2 Januari 2022
[Theater Mini]
Charlotte : *Memecahkan gelas*
Elliot : Charlotte tidak salah! Gelasnya saja yang tiba – tiba ada di situ!
Charlotte : *Keasinan saat memasak*
Elliot : Charlotte tidak salah! Garamnya saja yang terlalu asin!
Charlotte : *Tanpa sengaja membuang dokumen Elliot*
Elliot : Charlotte tidak salah! Salahku sendiri yang menaruhnya sembarangan!
Pada intinya, Charlotte tidak pernah salah!