Everly duduk sendirian di sebuah bangku perpustakaan terlihat menikmati waktunya untuk membaca buku. Tidak lebih dari dua bulan lagi dia akan segera lulus sekolah, dan sebentar lagi juga dia harus sudah bersiap-siap membuat banyak perubahan.
Sebuah bayangan pergerakan terlihat, tidak berapa lama seorang pria duduk di hadapannya. Pria itu menopang dagunya dan memperhatikan Everly sejenak.
“Eve,” panggilnya dengan suara yang begitu pelan.
Wajah Everly terangkat, melihat pria tampan yang duduk di sebrangnya, kehadiran pria itu membuat beberapa mahasiswa perempuan yang berada di sekitar berbisik tidak dapat menahan kekaguman mereka padanya.
Dia adalah Christoper, seorang mahasiswa sekaligus petarung UFC yang cukup terkenal, dalam beberapa kesempatan wajahnya sering kali muncul di dalam berita.
Christoper adalah kekasih Everly di kehidupan pertama dan keduanya saat ini, mereka menjalin hubungan secara rahasia sejak masuk ke perguruan tinggi tanpa menimbulkan kecurigaan apapun.
Christoper adalah satu-satunya orang yang mengetahui siapa Everly sebenarnya dan bersama dengan seluruh rahasianya, terkecuali rahasia jika dia mengalami perputaran waktu.
Dikehidupan pertama Everly, mereka putus satu bulan sebelum Everly lulus karena dijodohkan dengan Jonathan, setelahnya Christoper jarang terlihat lagi bertanding, tidak berselang lama kedua orang tuanya dikabarkan meninggal dalam kecelakaan pesawat, satu minggu setelah kepergian orang tuanya, Christoper ditemukan meninggal karena overdosis obat penenang.
Kali ini Everly akan mempertahankan hubungan sampai akhir, melindungi Christoper dan membantu pria itu untuk tetap berdiri dengan tegak meski kemungkinan besar mereka tidak berakhir bersama.
Everly melihat ke sekitar, dia takut keberadaan Christoper yang duduk di hadapannya akan memunculkan sebuah berita miring. Terlebih lagi, Christoper adalah pria yang sangat disukai Farah.
“Kapan kau kembali?” tanya Everly.
“Semalam.”
“Lama tidak bertemu,” sapa Everly dengan senyuman yang tertahan, “Aku sudah menonton pertarunganmu, kau luar biasa.”
Christoper mengedikan bahunya dengan bangga. “Bisa kita bicara di luar?” bisik Christoper bertanya.
“Sebaiknya kau pergi keluar lebih dulu,” jawab Everly.
Dengan satu anggukan Christoper menjawab, pria itu segera beranjak dan pergi lebih dulu, baru disusul Everely, mereka harus pergi secara terpisah meski tempat tujuannya sama.
Christoper jauh lebih dulu dikenal oleh Farah, mereka saling mengenal sejak di taman kanak-kanak, Farah akan selalu marah jika dia melihat Christoper bersama Everly dan wanita manapun, terlebih lagi kedua orang tua mereka selalu berencana akan menjodohkan keduanya.
Jauh mereka berjalan secara terpisah, kini akhirnya kembali saling bertemu di sebuah taman tepi danau kampus yang jarang di datangi orang.
“Bagaimana kabarmu?” tanya Christoper duduk di sebuah bangku kayu, memperhatikan Everly yang duduk di sisi lainnya.
Everly tersenyum lebar, gadis itu menarik ke belakang beberapa anak rambut dan menyampirkannya di belakang telinga. “Seperti yang kau lihat, aku masih hidup dengan topeng dan masih harus bekerja keras,” jawabnya dengan ceria.
“Berhenti bicara seperti itu.”
Perhatian Everly tertuju pada tangan kekar Christoper, gadis itu melihat buku-buku jarinya yang menyisakan luka atas pertarungan terakhirnya beberapa hari lalu.
“Tanganmu terluka Chris,” kata Everly.
“Ini bukan apa-apa,” jawab Christoper seraya menyembunyikan tangannya.
“Meski kecil, tetap saja itu terluka,” jawab Everly ketus, gadis itu bergeser dan meraih tangan Christoper, lalu menempatkannya di pangkuanna, diambilnya sebuah salep dari saku rok.
Christoper tersenyum lebar menikmati perhatian yang diberikan Everly kepadanya. Hati Christoper tersentuh bila harus mengingat fakta bahwa Everly selalu membawa salep pengering luka semenjak Christoper menjdi seorang atlet.
“Sekarang sudah selesai,” ucap Everly.
Tangan Christoper terangkat, menyentuh kepala Everly dan mengusapnya dengan lembut selayaknya kaca tipis yang mudah pecah bila digenggam terlalu kuat. “Terima kasih Eve.”
Everly mengangguk dengan senyuman. “Apa yang membawamu ke sini?”
“Aku merindukanmu Eve,” jawab Chritoper terdengar dalam.
“Aku juga merindukanmu,” jawab Everly penuh kejujuran.
Christoper membuang napasnya dengan berat, pria itu sempat terdiam menatap Everly dengan bimbang sampai akhirnya sebuah perkataan terucap dari mulutnya. “Eve, aku ingin membantumu, pertandingan minggu kemarin cukup menghasilkan banyak uang.”
Senyuman Everly sedikit memudar, kepalanya menggeleng pelan dan berkata, “Aku baik-baik saja Chris, simpanlah uangmu dengan benar,” jawab Everly sungkan.
“Aku tetap tidak kekurangan meski memberikan semua uang hasil pekerjaanku padamu, aku mohon terimalah,” Christoper meyakinkan.
Everl lupa jika ayah Christoper adalah kapten kepolisian, dan ibunya seorang desainer terkenal, sia-sia mengkhawatirkan keuangannya. Tetapi, meski dia tahu Christoper berkecukupan, tidak ada yang diinginkan Everly, cukup dengan melihat dia baik-baik saja, itu sudah cukup baginya.
“Aku tidak bisa menerimanya Chris,” tolak Everly pelan. “Cukup dengan melihatmu baik-baik saja, aku sudah senang.”
“Kenapa kau menolaknya Eve?”
Sorot mata Everly berubah menjadi gelap, kesedihan begitu terlihat jelas di matanya. “Aku tidak ingin memanafaatkanmu seperti apa yang dipikirkan Farah,” jawab Everly dengan jujur.
Christoper menggeleng tidak setuju, pria itu menggenggam kuat tangan Everly. “Kau harus tahu Eve, aku senang dimanfaatkan olehmu, dan aku merasa tidak berguna jika hanya melihatmu berjuang sendirian. Kau harus menerimanya Eve, tidak ada penolakan,” desak Christoper.
Everly tidak lagi bersuara, gadis itu memutuskan kontak mata di antara mereka dan melihat kea rah danau yang ada di hadapannya.
Samar permukaan air danau terlihat bergerak tertiup angin. Air danau itu terlihat tenang, namun dalam dan mematikan, sudah ada beberapa mahasiswa yang bunuh diri dengan menenggelamkan diri di sini karena berbagai masalah.
Sudah hampir dua kali, Everly juga sempat memutuskan ingin menenggelamkan diri di danau ini, namun terselamatkan oleh rasa sakit yang begitu dalam.
Everly ingin menyerah, namun dia tidak rela kalah dalam rasa sakit dan ketidak adilan.
“Eve,” panggil Christoper menyentak keterdiaman Everly. Christoper memberikan sebuah amplop berisi uang kepada Everly, “Terimalah. Aku mohon, aku akan sangat kecewa jika kau menolak pemberianku karena aku sangat tulus ingin memberikan ini padamu.”
Everly masih tidak bersuara, gadis itu tertunduk melihat amplop pemberian Christoper kini berada di pangkuannya. Everly merasa tersentuh, di sisi lain dia malu karena terlalu banyak menerima kebaikan Christoper.
“Chris, jika kau terlalu baik kepadaku, aku semakin malu menunjukan wajahku di hadapanmu.”
“Eve, aku senang membantumu, kau berarti untukku,” jawab Christoper dengan serius.
Dengan ragu Everly menerima amplop itu, “Terima kasih Chris, aku tidak tahu harus membalas kebaikanmu seperti apa di masa depan nanti, aku berjanji akan menggantinya Chris,” ucap Everly nyaris tidak terdengar, gadis itu tidak bisa berkata-kata lebih jauh karena terdesak ingin menangis.
Bibir Christoper mengetat, menahan sebuah perasaan yang bergejolak di dalam hatinya hanya dengan melihat Everly tertunduk malu, tidak berani menunjukan wajahnya. “Kau bisa membalasnya dengan menerima lamaranku di masa depan nanti,” jawab Christoper.
Hati Everly tertohok rasa sakit yang begitu dalam, teringat ucapan yang sama pernah Christoper katakan kepadanya di kehidupan pertamanya, pria itu sampai melakukan pertarungan lebih berat demi bisa membelikan cincin lamaran terbaik untuknya.
Sayangnya dulu Everly tidak menerima Christioper, justru dia mengakhiri hubungan mereka berdua dan membuat Christoper sangat kecewa padanya.
Apakah bisa, di kehidupan kedua sekarang mereka bisa bersama?
Hati Everly bertanya-tanya, apakah dia pantas di masa depan nanti dia bersanding dengan Christoper? Untuk membayangkanya saja Everly malu dan seperti seseorang yang tidak tahu diri.
Christoper layak mendapatkan seorang wanita yang satu kelas dengannya dan bisa menjaga martabat keluarganya, bukan seperti dirinya yang terlahir sebagai anak haram.
“Chris,” Everly tidak bisa melanjutkan ucapannya begitu Christoper membungkuk dan tiba-tiba mengecup pipinya.
“Aku mencintai kamu Eve,” bisik Christoper memberitahu.
Mata Everly berkaca-kaca, dengan bibir bergetar dan suara napas yang terdengar kasar, beberapa kali gadis itu harus mengatur napasnya untuk bisa mengumpulkan sebuah keberanian dan berkata, “Aku juga mencintaimu Chris.”
Sebuah hembusan penuh kelegaan terdengar dari mulut Christoper, pria itu tersenyum berseri mendengarkan pengakuan berharga dari Everly.
Tiba-tiba senyuman Christoper menghilang, pria itu bergeser memberi jarak begitu melihat sekelompok orang yang berjalan ke arah mereka, dengan cepat Everly bangkit dan tersenyum canggung.
“Sampai bertemu di kuil,” pamit Everly, Chirstoper menjawabnya dengan anggukan kecil dan mengisyaratkan gadis itu untuk segera pergi.
Tanpa membuang waktu Everly segera pergi sebelum ada yang menyadari sesuatu.
Everly berjalan dengan cepat meninggalkan taman, secara kebetulan gadis itu berpapasan dengan Farah yang keluar dari gedung kampusnya dengan tergesa.
Tampaknya, kabar kedatangan Christoper yang kembali ke kampus sudah sampai di telinga Farah.
Sebagai seorang petarung professional, Christoper terkadang harus berada di asrama untuk melakukan latihan dan tidak muncul dalam satu atau dua minggu.
“Kau melihat Christoper?” tanya Farah sambil bersedekap angkuh begitu melihat Everly yang berjalan ke arahnya.
“Aku tidak melihatnya,” jawab Everly terlampau tenang.
Bibir Farah mencebik tidak suka, gadis itu mengedarkan pandangannya, melihat ke penjuru arah dengan teliti, lalu kembali melihat Everly. Tanpa ragu Farah melepaskan tasnya dan melemparkannya kepada Everly.
“Bawa tasku, dan kerjakan tugasku. Hari ini aku memiliki urusan,” titahnya terdengar semena-mena.
“Maaf aku tidak bisa, aku memiliki kegiatan di kuil,” jawab Everly menolak.
“Kau ke kuil untuk bersih-bersih dan melakukan kebaikan kan? Apa kau tidak tahu, mengerjakan tugasku juga adalah bagian dari kebaikan yang bisa mengurangi dosa yang selama ini telah ibumu lakukan,” ucap Farah kembali melontarkan hinaan yang membuat Everly terdiam mendengarnya.
“Kau memberikan tugasmu kepada orang lain saja sudah bagian dari dosa. Tidak ada dosa yang dibayar dengan dosa,” jawab Everly menolak.
“Kau pikir, anak p*****r sepertimu memiliki hak membantah? Aku tidak mau tahu, kerjakan tugasku, atau aku akan mengadu kepada ayah agar kau tidak bisa pergi ke kuil lagi,” ancam Farah menggertak.
Suara napas yang kasar terdengar dari mulut Everly, kekesalan terasa cukup memanaskan hatinya, namun tidak ada gunanya terus berdebat. Jika sudah tepat waktunya, suatu saat nanti Everly akan membalas semua hinaan Farah dengan lebih kejam.
***
Everly tengah berdiri di sisi kolam ikan, membersihkan daun-daun berguguran dengan jaring, sesekali gadis itu melihat ke belakang, memperhatikan Christoper yang tengah membantu membuatkan tiang untuk gantungan lampion.
Dalam beberapa kesempatan di sela-sela kesibukan, mereka saling mencuri-curi pandang dan tersenyum.
Hari ini Christoper dan Everly pergi ke kuil bersama, mereka membantu mempersiapkan sebuah acara penting dengan beberapa mahasiswa lainnya yang ingin berpartisipasi.
“Bagaimana dengan sekolahmu?” tanya Lu yang berada di sisi Everly, ikut membersihkan kolam.
Everly tersenyum dan menjawab, “Semuanya berjalan dengan lancar, berkat bantuan Anda saya bisa melewati banyak hal dengan baik dan sebentar lagi akan segeral lulus. Terima kasih.”
Lu ikut tersenyum mendengar pengakuan Everly, dia salah satu orang yang tahu kebenaran seperti apa sesungguhnya Everly menjalani hidupnya. Lu dan orang-orang di kuil lainnya memberikan perlindungan dengan mengakui jika Everly akan menjadi bikhuni setelah lulus sekolah.
Semua kebohongan demi kebaikan dilakukan agar Everly tidak terus menerus didesak perjodohan demi keuntungan.
Everly adalah perempuan berparas cantik, memiliki wajah yang cantik adalah sebuah anugrah, namun di sisi lain menjadi sumber bencana yang mana ada banyak pria yang mencoba mendekatinya.
Everly hanya ingin hidup dengan bahagia dan menyelesaikan pendidikannya dengan baik, lalu bekerja untuk melunasi semua hutang yang ditinggalkan oleh ibunya.
***
Malam telah tiba, Everly datang ke Tereskop Gold untuk melakukan pekerjaannya seperti biasa, beberapa jam sebelum tampil, Everly melakukan latihan di tempat yang sudah di sediakan Justin.
“Seperti biasa, kau tampil tidak lebih dari tujuh menit Eve,” ucap Justin memberitahu, pria itu berdiri di sisi panggung dengan kepala menengadah, melihat Everly yang tengah bergelantungan, berlatih untuk menari.
“Ada lagi yang diperlukan?”
“Ada.,” jawab Justin ragu. “Pelanggan kali ini ingin berbicara denganmu selama lima menit setelah kau tampil, bisa kan?”
“Aku menolak melakukan percakapan,” jawab Everly.
“Aku bisa menjamin tamu kali ini tidak akan melakukan sesuatu yang berlebihan, dia murni ingin bicara denganmu saja Eve. Dia bilang, jika kau menolak untuk bicara, kau batal tampil.”
Tubuh Everly melayang di udara seperti kelelawar, kedua kakinya dibelit kain sutra, kali ini gadis itu tidak langsung menjawab dan memilih merenung. Benak Everly bertanya-tanya, siapa kali ini orang yang memesannya untuk tampil? Everly tidak mungkin menolak keinginan pelanggan, sementara dia sangat membutuhkan banyak uang.
“Apa kau bisa memberitahuku, siapa yang memesan?”
“Maaf Eve, ini rahasia,” jawab Justin tampak merasa bersalah, “Keputusan di tanganmu Eve.”
“Aku tidak mungkin pulang setelah datang jauh-jauh ke sini.”
Justin tersenyum lega. “Baiklah, sekarang kau latihanlah dulu, nanti aku ke sini lagi,” ucapnya lagi sebelum memutuskan keluar, memberi waktu Everly latihan sendirian.