LOL - BAB 6

3263 Words
“Kamu kemana aja? Tadi malam aku telepon kamu tapi nggak di angkat. Kamu nggak ada ngehubungi aku sama sekali, padahal kamu udah janji mau hubungi aku. Kamu baik-baik ajakan?” Tanya Amanda khawatir saat Arven sudah ada di hadapannya saat ini menjemputnya untuk berangkat bekerja bersama. “Selamat Pagi sayang.” Sapa Arven sambil mencium kening Amanda membuat wanita itu bungkam. “Ngelihat tunangannya datang di sapa gitu, di sambut dengan manis. Jangan di kasih pertanyaan yang bertubi-tubi gitu, apalagi pasang wajah cemberut kayak gini.” Kata Arven sambil mencubit pipi Amanda dengan gemas. “Ya maaf, habisnya kamu buat kesel karena nggak hubungi aku tadi malam.” Senyum Arven mengembang dan mencuri ciuman di pipi Amanda. “Maaf ya sayang, aku tadi malam kecapekan banget. Begitu sampai apartement aku langsung tidur.” Kali ini Arven tidak sepenuhnya berbohong, sampai apartement ia menuntaskan apa yang harus di tuntaskan. Setelah itu ia mandi dan langsung saja tidur dan lupa menghubungi Amanda. “Beneren langsung tidur? Bukan karena pergi ke club lagikan?” Arven dengan cepat menggelengkan kepalanya. “Beneren sayang, kamu bisa tanya Rayhan. Kamu tahu sendirikan kalau kesana aku pasti sama Rayhan.” Amanda menghela napasnya kasar. “Yaudah deh, ayo kita jalan aja. Bekal kamu udah aku bawain nih. Jangan masuk lagi nanti lama, kamu bisa telat.” Senyum Arven mengembang sambil menggenggam tangan Amanda berjalan menuju mobilnya. Arven membukakan pintu untuk Amanda dan melindung kepala sang tunangan setelah itu menutup pintu dengan pelan. Arven mengitari mobilnya dan duduk di kursi kemudi. Arven langsung saja menjalankan mobilnya menuju kantor Amanda. “Kamu mau sarapan sekarang atau nanti di kantor aja?” “Sekarang aja deh, udah lama nggak di suapin sama kamu.” Kata Arven sambil mengedipkan matanya pada Amanda membuat wanita itu mengulum bibirnya. “Dasar manja.” Cibir Amanda sambil membuka bekal tersebut. “Gapapa dong manja sama tunangan sendiri.” Ucap Arven bangga. “Loh itu yang di belakang apa lagi?” Tanya Arven bingung, karena di belakang ia melihat ada kotak bekal yang lain. Berbeda dengan yang di buka oleh Amanda saat ini. “Itu untuk makan siang kamu, tadi aku kebetulan pagi jadi bisa masak untuk makan siang kamu di kantor. Nanti di makan ya, udah lamakan aku nggak masak buat kamu?” “Wahhh makasih banyak sayang, kamu emang the best banget deh. Tahu aja kalau aku kangen masakan kamu,” Arven memang jujur ia rindu akan masakan Amanda. Dulu sebelum sibuk mengurus pernikahan Amanda sering memasakkan makan siang untuknya, namun semenjak Amanda sibuk wanita itu seakan tak punya waktu melakukan hal sederhana yang di sukainya itu. Tapi Arven bisa paham kalau Amanda menyiapkan pernikahan mereka. “Iya, aku sadar kalau akhir-akhir ini kayaknya aku kurang perhatiin kamu. Jadi selagi bisa aku masakin, sekalian belajar sekarang untuk bangun lebih pagi. Nanti kalau udah nikah, aku harus buatin sarapan kamu sekaligus makan siang kamu kayak sekarangkan?” Arven tersenyum senang. “Aaahhh senangnya sebentar lagi punya istri, ada yang ngurusin. Bukan hanya di urusin tapi ada yang kelonin lagi.” Goda Arven membuat Amanda tersipu malu. “Gausah aneh-aneh deh.” Protes Amanda. “Makasih sayang.” Ucap Arven tulus sambil mencium punggung tangan Amanda dengan mesra. “Aku bener-bener bersyukur banget kelak bisa jadi bagian di dalam hidup kamu, I love you.” Ucap Arven dengan mesra, Amanda tersenyum. “I love you too.” Balas Amanda, akhinya Amanda menyuapi Arven selama di dalam perjalanan. “Kamu lebihin nggak makanannya? Soalnya Rayhan juga bilang kangen sama masakan kamu, kemarin dia malah nanyain ke aku kapan bisa ketemu sama kamu. Terus nanyain kenapa nggak pernah bawa bekal.” Amanda tertawa mendengar itu. “Oh ya? Ajak aja sekalian buat liburan ke Puncak besok, gapapa kok.” “Beneren gapapa?” Tanya Rayhan memastikan, Amanda menganggukkan kepalanya. “Lagian Galen sama Fara juga udah kenal sama Rayhan kan jadi nggak masalah, aku yakin mereka setuju kalau Rayhan ikut.” “Yaudah nanti aku bilang sama Rayhan.” “Mengenai makanan tenang aja, aku emang lebihin kok. Karena tahu kalau Rayhan bakalan gangguin kamu makan, dari pada kamu di ganggu jadi aku buatin sekalian untuk Rayhan.” “Yaampun sayang kamu tahu banget kalau aku nggak suka di ganggu kalau makan, apalagi makan masakan kamu. Luar biasa kamu emang, tahu banget tentang aku.” Puji Arven membuat Amanda tertawa. Arven tak bohong akan itu, ia memang sangat suka dengan makanan Amanda dan tak suka di ganggu. Amanda pinter masak karena dari kecil suka lihat Riris memasak. Jadi Riris dari kecil sudah mengajarkan Amanda untuk memasak. Karena Amanda anak tunggal, ia tak punya teman maka ia banyak menghabiskan waktu dengan Bundanya dan salah satu hobby mereka adalah memasak. Baik itu masak makanan berat maupun ringan. Maka itu Amanda sangat pintar memasak sama seperti Bundanya. Bahkan Amanda punya impian suatu saat nanti punya toko kue sendiri dan punya restaurant rumah makan bahkan catering juga. Ia akan wujudkan nanti ketika sudah menikah dengan Arven dan ia tidak bekerja di kantoran lagi. Setidaknya ia bisa bekerja dari rumah dan sesekali datang saat ada waktu, Amanda memang mempunyai jiwa bisnis dari dulu. Selain itu Amanda ingin membantu orang banyak untuk mendapatkan pekerjaan. “Oh iya, nanti setelah makan siang renvananya aku mau ngurusin pernikahan. Kali ini aku pergi sama Mama kamu, tapi aku masih sungkan aja berduaan sama kamu. Nggak enak gitu, kamu bisa temenin aku nggak?” Tanya Amanda dengan kening yang mengkerut. “Maaf sayang, aku beneren nggak bisa. Tadi pagi aku baru dapat kerjaan baru, harus cepat selesai. Jadi kalau aku izin setengah hari nggak akan bisa, gapapa ya? Kamu kenapa harus sungkan sama Mama? Mama nggak ada nyakitin hati kamu atau singgung kamukan? Mama selama ini baikkan kalau nemenin kamu?” Amanda menghela napasnya. “Baik sih, selama ini nggak ada yang macem-macem. Mama kamu itu terlalu sempurna buat aku, jadinya aku kayak takut salah aja di depan Mama kamu. Tahu sendirikan mood aku juga nggak enak banget akhir-akhir ini, takut kalau nanti ada yang nggak sesuai aku langsung marah di depan kamu jadinya nggak enak.” Mereka berhenti di lampu merah kesempatan bagi Arven menggenggam tangan Amanda dengan erat dan menatap wanita itu sepenuhnya. “Hey, kamu jangan merasa nggak enak kayak gitu. Jadi diri kamu sendiri, kalau kamu mau marah, nangis juga gapapa. Mama itu bisa ngerti posisi kamu gimana, Mama malah bilang sama aku kalau kamu banyak nggak enaknya sama Mama. Aku mau kamu terbuka juga sama Mama, kayak kamu terbuka sama Bunda. Mama itu sayang sama kamu, kalau enggak mana mau Mama nemenin kamu ngurusin pernikahankan? Mama itu malah kayaknya lebih sayang kamu di bandingkan aku.” Kata Arven dengan becanda di kalimat terakhir membuat Amanda akhirnya tertawa. “Mana mungkin.” Arven jadi ikut tertawa. “Kamu anaknya, pasti lebih sayang sama kamu.” “Mama sayang sama kita berdua, percaya sama aku. Lagian Mama akan jadi Mama kamu jugakan setelah nikah sama aku. Sekarang aja kamu udah panggil Mama, jadi kamu jangan ngerasa nggak enak sama Mama. Kamu bisa jadi diri kamu sendiri, mau manja sama Mama juga silahkan. Perlakukan Mama seperti kamu memperlakukan Bunda. Mama itu sama Bunda sama, Ibu kamu sayang.” Amanda menghela napasnya, kali ini Amanda emang salah. “Yaudah deh nanti aku coba buat lebih dekat dan terbuka sama Mama. Jadi kamu beneren nggak bisa temenin aku untuk kali ini?” Bunyi klakson dari belakang membuat Arven sadar kalau lampu sudah hijau. Arven melepaskan genggamannya dari tangan Amanda dan kembali menjalankan mobilnya. “Nggak bisa sayang, aku bener-bener ada kerjaan banget. Baru aja dapat emailnya tadi pagi.” Kali ini Arven benar-benar tidak berbohong. “Kapan kerjaan aku lagi nggak banyak aku pasti bilang sama kamu, kayak kemarin aku bisa cuti aku langsung temenin kamukan? Kali ini emang nggak bisa, lain kali ya? Aku kerja keras buat kita juga sayang. Mau usahain kerjaan aku beres sebelum pernikahan kita. Jadi nanti menjelang pernikahan aku udah bebas, aku juga bisa ambil cuti panjang untuk bulan madu. Kalau aku banyak cuti sama liburnya, bulan madu kita bisa batal. Kamu tahu sendiri jatah cuti hanya ada berapakan? Jadi kamu ngertiin aku kali ini ya? Kamu mau kita bulan madukan? Ini untuk kita sayang.” Mohon Arven sambil berusaha menjelaskan situasinya yang memang tidak memungkinkan. “Iya deh iya, makasih udah berjuang buat kita.” Jawab Amanda dengan pasrah, Arven tersenyum sambil mencium punggung tangan Amanda. “I love you.” Ucap Arven dengn mesra. “Oh iya nanti setelah ngurus pernikahan, kamu ke apartement aja. Aku usahain pulang cepat, kamu masak ya? Biar kita makan bareng di rumah, tapi nggak ada apa-apa di kulkas kamu belanja sendiri gapapa?” “Gapapa, nanti aku minta temenin Mama. Sekalian bilang anak laki-lakinya manja mau di masakin sesuatu.” Cibir Amanda sambil mengulum bibirnya. “Iya gapapa bilang aja, entar Mama palingan telepon aku buat marahin karena udah nyuruh calon mantu kesayangannya.” Goda Arven membuat Amanda tertawa. Akhirnya Amanda sampai di kantornya dan segera turun, tak lupa ia memberikan vitamin pada Arven sebelum turun. Sudah pasti Arven menerimanya dengan senang. Begitu sampai kantor Arven juga memasang wajah yang paling bahagia, karena memang ia sedang bahagia. Sebelum masuk ke dalam ruangannya, ia mampir dulu ke ruangan Rayhan. Setelah mengetuk, Arven mengangkat kotak bekal yang diberikan Amanda untuknya tinggi-tinggi untuk pamer pada Rayhan. “Waaaahhhh akhirnya bekal dari Amanda datang juga! Padahal baru aja semalam di bahas.” Kata Rayhan dengan semangat hendak mengambil bekal tersebut dari tangan Arven, namun pria itu dengan sigap menghindar agar tidak bisa di rebut oleh Rayhan. “Ini punya gue, yang masak tunangan gue. Carilah pacar lo sana biar ada yang masakin.” “Lo kenapa jadi gitu sama gue, selama ini lo juga berbagi makanankan sama gue. Lo juga nggak masalah kalau di kasih bekal sama Amanda di bagiin ke gue. Jangan pelit-pelitlah sama gue.” Tawa Arven pecah melihat wajah Rayhan saat ini. “Yaampun muka lo asli kayak nggak dapat jatah sebulan tahu karena makanan doang.” “Gila lo masakan Amanda berarti banget buat gue. Masakan Amanda lebih berharga sama jatah sebulan, gue rela deh nggak dapat jatah asalkan bisa rasain masakan Amanda tiap hari.” Arven langsung saja memukul kepala Rayhan dengan kertas yang ada di depannya. “Omongan lo, orang yang denger bisa salah paham. Kalau lo bukan sahabat gue udah habis lo gue buat. Untung aja gue tahu kalau lo nggak suka sama Amanda, kalau iya beneren habis lo gue buat.” “Siapa bilang gue nggak suka sama Amanda? Gue suka sama Amanda, hanya udah keduluan sama lo ya gue nggak bisa berbuat apa-apa. Gue hanya bisa pasrah aja menerima keadaan.” Lagi Rayhan mendapat pukulan dari Arven. “Kenapa sih lo mukul gue mulu.” Protes Rayhan. “Mau gue hajar lo?” Rayhan menghela napasnya kasar. “Gue ngomong apa adanya, apa kurangnya Amanda? Menurut gue Amanda itu terbaik banget, dia sempurna! Gue akui lo bersyukur bisa dapatin Amanda! Kalau gue jadi lo nggak akan gue sia-siain Amanda. Gue ikat bahkan gue kerangkeng deh supaya nggak kemana-mana dan nggak ada yang lihat. Cukup gue aja deh yang lihat dan nikmatin.” Arven ingin memukul Rayhan lagi namun di tahan oleh pria itu. “Sabar dong bro jangan emosi, dengerin gue dulu.” Protes Rayhan. “Amanda itu wanita luar biasa, apa yang kurang? Amanda cantik, baik, perhatian, pinter pula, jago masak. Apa lagi coba? Bahkan dia orang yang bermartabat jugakan? Amanda itu perfect bro! Kalau soal body nggak usah di bahas ya bro, gue nggak mau kena amukan lo. Gue juga athu kalau Amanda punya pemikiran yang luas dan dewasa, jiwa keibuannya udah kelihatan banget. Pokoknya Amanda luar biasa deh, mau dijadiin istri perfect banget. Hanya satu aja gue yang nggak tahu.” “Apa?” Tanya Arven dengan cepat. “Yakin mau tahu?” Tanya Rayhan dengan serius. “Iya buruan apa?” Tanya Arven dengan cepat. “Gue nggak tahu gimana Amanda kalau di ranjang.” Seketika Arven memukul kepala Rayhan dengan kertas bertubi-tubi. Tawa Rayhan pecah karena berhasil mengerjai sahabatnya itu. “Lo mau tahu rasanya? Bunuh gue dulu baru lo bisa sentuh Amanda untuk itu. Gue aja nggak tahu apalagi lo yang bukan siapa-siapa. Tapi tenang, bentar lagi gue bakalan tahu, nanti gue kasih tahu lo gimana rasanya.” Ucap Arven bangga. “Gausah! Gausah lo kasih tahu! Yang ada gue nanti iri. Nanti sangkin irinya gue kehilangan akal gue embat juga tuh.” Lagi Rayhan mendapat pukulan oleh Arven. “Yaampun Rico Arven Arion anda tidak bisa sama sekali becanda ya, lo gila ya? Mana mungkin gue ngelakuin itu, yang ada bisa mati gue di tangan lo kalau kayak gitu. Gue nggak segila itu juga buat ambil istri orang. Dari tadi di hajar terus, gue tuntut lo baru tahu.” “Makanya becanda lo jangan kelewatan, kalau tentang Amanda gue nggak bisa main-main.” “Iya deh iya terserah lu aja. Jadi intinya, dengan semua yang Amanda punya siapa yang nggak suka sama dia? Gue aja suka, gue yakin cowok diluar sana juga banyak yang suka sama Amanda. Jadi lebih baik lo jaga baik-baik Amanda, sebelum janur kuning melengkung bisa ajakan semuanya batal? Bisa aja ada pria lain yang buat Amanda nyaman, bisa ajakan? Jadi intinya hati-hati dan di jaga baik-baik Amanda. Jangan sakiti juga, okay?” “Iya lo tenang aja deh. Nggak akan gue biarin orang buat ambil Amanda dari gue. Amanda itu milik gue.” “Ingat, Amanda bukan barang ya bro. Jadikan Amanda ratu setelah nikah sama lo, karena selama ini dia udah jadi princes.” Kata Rayhan dengan tegas. “Iya paham gue, thank’s atas nasihatnya. Yaudah kalau gitu kalau lo mau makanan ini, ntar jam makan siang datang keruangan gue.” Arven bangkit berdiri dengan membawa bekal tersebut. “Nggak bisa sekarang aja? Mumpung gue belum sarapan juga.” “No, ini buat makan siang. Lagian gue udah sarapan tadi di suapin sama Ayang, kasihan deh yang nggak punya Ayang. Di masakin pula.” Rayhan melempat pulpennya pada Arven yang meledekinya membuat Arven tertawa dan menghindar. “Bangke lo emang! Buat gue ajakan bisa, lo tadi udah.” “Tidakkkk! Gue mau makan masakan Ayang satu harian ini, apalagi nanti malam Amanda juga datang ke apartement buat masakin.” “Eh gue ikut ya ke apartement lo? Gue juga mau makan masakan Amanda, siap makan janji deh gue bakalan pulang. Gue nggak akan ganggu lo berdua seriusan deh, lagian gue yakin lo berdua juga nggak ngapain-ngapain nanti.” Sindir Rayhan. “Fix! Lo nggak boleh ikutan dan jangan makan siang sama gue.” Ancam Arven. “Eh jangan dong sorry-sorry. Iya deh gue nggak akan ikut campur lagi sama masalah itu. Jangan gitu dong.” “Tetap aja nanti malam lo nggak boleh ikutan, gue mau pacaran dulu sama tunangan. Jangan ganggu deh, please.” Rayhan menghela napasnya kasar. “Yaudah deh iya gue nggak ikutan, tapi jatah makan siang boleh ya gue ikutan?” “Iya boleh, jatah lo udah di siapin sama Amanda. Dia tetap ingat sama fans garis kerasnya dia.” Sindir Arven membuat Rayhan tertawa. “Syukur banget deh kalau Amanda ingat sama gue, salam ya sama Amanda bilang makasih karena udah ingat gue. Sering-sering kayak gini, gue kangen banget sama masakan Amanda. Kalau Amanda ada buka jasa catering makanan gini, gue bakalan jadi pelanggan pertama yang bakalan daftar seriusan deh.” Arven tertawa. “Lebay banget lo. Oh iya sebelum balik gue mau kasih lo kabar bahagia lagi. Amanda ajakin lo buat ke Puncak bareng besok, mau nggak? Manda ajak teman-temannya juga sih ada Galen sama Fara. Lo mau ikutan nggak?” Rayhan bangkit berdiri dan mendekati Arven. “Wahhh seriusan nih gue di ajakin?” Arven menganggukkan kepalanya. “Mau bangetlah gue jalan-jalan, udah lama nggak kumpul.” “Yaudah besok ketemu di rumah Amanda ya.” “Siap Pak boss.” “Yaudah gue balik ke ruangan, ada job baru nih. Calon pengantin harus kerja keras buat istri bahagia.” “Iya deh calon pengantin, semangat.” Arven hendak pergi namun di tahan oleh Rayhan. “Arven,” Panggil Rayhan lagi. “Kenapa?” Tanya Arven sambil berbalik. “Ingat pesan gue yang tadi, gue serius sebagai sahabat mengingatkan lo buat ngejaga Amanda dengan baik. Hanya itu yang bisa gue lakukan sebagai sahabat lo, ngingatin lo supaya tahu harus gimana dan jangan sampai nyesal. Jaga Amanda baik-baik dan jangan lo buat kecewa. Buat Amanda jadi bersyukur sama lo, okay?” Ucap Rayhan dengan tulus, Arven bingung dengan Rayhan yang tiba-tiba seperti ini padanya. “Kenapa gue jadi agak geli ya lo kayak gini ke gue.” Arven malah membalasnya dengan becanda. “Bangke lo emang. Padahal gue lagi serius, please ingat pesan gue ini buat lo okay? Kalau lo sampai gagal, gue nggak tahu deh bakalan gimana. Gue nggak bisa bantuin lo.” Arven menghela napasnya kasar. “Iya-iya gue bakalan ingat, lo tenang aja. Selaku fans berat Amanda tolong doakan kita ya. Amanda bakalan aman sama gue, promise.” Ucap Arven dengan yakin. “Okedeh kalau gitu, semoga lo bisa nepati janji lo itu. Gue lega sekarang.” “Okay, udahkan? Nggak ada lagikan? Nanti lo tahan-tahan gue lagi, yang ada gue di lihat HRD nongkrong di sini bisa di tegur kali.” “Iya udah selesai, kali ini beneren selesai. Sana lo balik dah, nanti gue jadi ikutan kena tegur lagi.” Usir Rayhan. “Bangke lo emang.” Balas Arven. Setelah itu Arven cabut dari rungan Rayhan dan masuk ke dalam ruangannya. Ia meletakkan bekal dari Amanda ke atas meja setelah itu ia mulai sibuk bekerja. ***** Tok Tok Tok Setelah pintu diketuk, tak lama pintu terbuka dan Arven mendongakkan kepalanya guna melihat siapa yang datang. Ia pikir yang datang Rayhan karena sempat melihat sudah jam makan siang. Ternyata yang datang Jessica bukan Rayhan. “Kenapa Jes?” Tanya Arven sambil sibuk dengan komputer yang ada di depannya. “Udah jam makan siang Mas, mau makan siang keluar bareng nggak Mas?” Arven akhirnya melirik kearah Jessica dan tersenyum tak enak hati. “Makasih atas tawaran Jes, tapi saya nggak makan keluar. Kebetulan saya bawa bekal.” Kata Arven sambil matanya melirik bekal yang ada di atas meja dan Jessica melihat itu. “Aaaa gitu Mas Rico bawa bekal. Yaudah deh gapapa, mungkin lain kali ya.” Kata Jessica sambil tersenyum penuh arti. “Ayo bro makan, gue udah nggak sabar untuk makan.” Kata Rayhan yang baru saja masuk ke dalam ruangan Arven. “Eh ada Jessica, ngapain Jes?” Tanya Rayhan. “Saya permisi dulu ya Pak.” Setelah itu Jessica keluar dari rungan Arven, sedangkan Rayhan duduk di sofa dan Arven mengikutinya. “Ngapain dia?” Tanya Rayhan penasaran. “Ngajakin makan siang bareng, biasalah anak baru mungkin temennya belum ada.” “Yahhh dia nggak tahu kalau ada bekal dari Amanda makan diluar mah lewat. Makanan Amanda itu paling nikmat, nggak ada tandingannya.” “Kayaknya lo cocok deh jadi ketua fansbase Amanda,” Sindir Arven. “Boleh, mau gue kalau emang ada. Buat aja, gue yang jadi ketua di jamin sejahtera semua anggota gue.” “Iya sejahtera, gue yang nggak tenang. Apalagi kayaknya lo bakalan terror Amanda buat masak tiap hari. Nggak rela gue, Amanda itu hanya punya gue.” “Iya deh terserah lo aja, buruan gue udah lapar. Gue udah nggak sabar buat makan masakan Amanda.” Kata Rayhan dengan memelas. Akhirnya Arven membuka bekal tersebut dan keduanya menikmati makanan yang sudah di buatkan oleh Amanda. Masakan Amanda tidak pernah mengecewakan, selalu saja enak dan menjadi kesukaan bagi orang yang memakannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD