“Pak, ini yakin? Masa iya tempatnya lewat jalan ini sih, Pak? Salah kali ya, Pak. Ini tuh hutan belantara loh, Pak, masa iya ada rumah di dalam sana? Kok saya jadi ragu, kayaknya ini alamat nggak sepenuhnya benar deh. Apa kita putar balik aja ya, Pak? Di sini nggak ada satu pun orang yang lewat loh, Pak, jadi takut. Kita balik aja ya, Pak. Udaranya lembab banget, Pak, dingin juga. Suasananya nggak jauh beda ya sama rumahnya simbah dulu, dejavu banget suasananya. Pulang aja yuk, Pak, jangan di sini. Saya takut di sini, Pak.” Tanganku tak lepas dari lengan Pak Slamet. Jujur aura di sini buat d**a menjadi sesak, hampir mirip dengan udara yang berada di desa Mbah Kadiran kala itu. Aku merasakan mengulang kembali kejadian beberapa bulan yang lalu. Rasa takut itu kembali muncul, seolah tak bisa