Helaan napas berkali-kali terdengar begitu berat, aku menatap jendela dengan tetesan rintik hujan yang masih tersisa. Entah harus sampai kapan aku menunggu kembali, rumah yang memang hak miliknya masih berada di tangan kami malah seolah diakui oleh makhluk astral. Sampai saat ini masih menjadi misteri bagaimana bisa aku masuk ke dalam pekarangan sedangkan pagarnya saja tidak begeser satu senti pun. Aneh memang. Tapi aku tidak menyadari banyak hal yang janggal kala itu, aku bahkan melakukan aktivitas yang seperti biasa aku lakukan pada hari-hari sebelumnya. Kami masih ditampung dengan baik di rumah Pak Slamet, beliau masih memikirkan bagaimana cara untuk membobol masuk ke dalam rumah. Energi yang berada di rumahku bukan main besarnya, tak mungkin hanya satu atau dua orang saja yang berani m