"Mas, itu ada mbak kunti loh! Mbak Kunti lagi peluk bapak, astagfirullah. Kamu nggak bisa lihat mereka, Mas? Ya Allah, Mas, mbak kunti peluk bapak. Lepasin itu, Mas Banyu." Sekar histeris sambil memegang lenganku. Aku ikut keluar setelah selang lima menit mamak dan Sekar keluar kamar. Pak Slamet yang masih berjaga di dalam, beliau menyuruh aku untuk menenangkan Sekar yang masih histeris dan terus menangis saja di luar. Tugasku menenangkan dia, aku yakin penglihatannya dengan hal-hal itu masih berfungsi dengan baik atau malah bertambah levelnya. Karena aku saja sampai sekarang tidak bisa mendeteksi mereka kembali, bahkan Nely dan Riko tak bisa aku lihat. "Dimana, Dek? Mas nggak bisa lihat mereka lagi, Dek. Nggak bisa kayak dulu lagi. Sekarang juga nggak bisa lihat Nely sama Riko, mas cuma