Bab 6. Permintaan Melvin dengan Imbalan Bebas

1613 Words
Azura sudah angkat tangan untuk meminta Fernandes pulang, lelaki itu bahkan sudah menyesuaikan diri dengan sofa yang ada di ruang tempat Alvin dirawat. Lelaki keras kepala itu tidak akan membiarkan Azura menjauh darinya, Fernandes hanya ingin Azura bersamanya walaupun hanya dalam status sebagai teman. “Kale, aku tidak tahu lagi harus bagaimana,” Ujar Azura berbisik. “Aku akan memberitahu Tuan, mungkin dia bisa menahan amarahnya sebelum sampai di rumah sakit besok.” Kale memberikan saran pada Azura. “Lakukan apapun, aku tidak mau ada pertengkaran di rumah sakit, Alvin masih sakit dan kondisinya belum begitu stabil, aku tidak ingin dua orang dewasa akan bertingkah kekanakan karena masalah sepele.” Azura tidak ingin keesokan harinya akan berubah menjadi hal yang menyebalkan baginya, tiap kali Melvin bertemu Fernandes pasti akan terjadi pertengkaran. Azura menggenggam tangan Alvin, suhu tubuhnya sudah turun dan terasa lebih baik dari sebelumnya, untung saja dia memutuskan untuk segera membawanya ke rumah sakit jika tidak maka dia akan menyesal jika terjadi hal buruk pada anak kecil yang tidak tahu apapun. Entah Melvin yang berbohong mengenai pernikahan palsu atau memang suatu kebenaran, Azura masih belum bisa memutuskan mana yang benar, selama Azura tidak mendapatkan bukti, maka dia tidak akan pernah mempercayainya. “Cepat sembuh, Alvin.” Azura mengecup kening Alvin dan mulai memejamkan matanya. *** Pukul lima pagi Melvin sudah sampai di bandara, dia bergegas menuju rumah sakit untuk melihat kondisi anaknya, Melvin kesal karena lelaki itu mencari kesempatan dalam kesempitan, dia akan membalaskan dendam, Melvin tidak akan membiarkan Fernandes tahan untuk melihat kedekatan mereka. “Langsung ke rumah sakit, Fernandes masih disana?” tanya Melvin. “Masih, Kale mengatakan jika sejak semalam Nyonya berusaha meminta Fernandes pulang, tetapi lelaki itu menolak.” Melvin sangat kesal karena lelaki itu tidak pernah berubah, dia tahu dengan jelas bahwa Azura adalah istri Melvin, tetapi dia masih berusaha untuk mencari peluang mendekati Azura. Melvin hanya diam selama perjalanan, dia belum mendapatkan hati Azura dan kepercayaan wanita itu, kini Fernandes selalu hadir dan membuat perasaan Azura goyah. Dia tahu bahwa Melvin memang tidak pernah memperlihatkan dirinya selama dia bertemu Azura dari kejauhan, dia takut jika kondisi Azura semakin down jika dia terus ingin mendekatinya, Melvin hanya bisa melihatnya dari kejauhan dan saat Azura mempertanyakan keberadaannya ketika dia sakit, Melvin tidak bisa menjawab apapun mengenai hal itu. Pukul setengah enam mereka sampai rumah sakit, Melvin bergegas menuju ruang rawat anaknya, dia tidak akan membiarkan Azura terlalu lama bersama Fernandes, walaupun ada Kale disitu tetap saja Melvin tidak akan bisa tenang jika dia belum memastikan semuanya sendiri. Melvin melihat Azura yang tidur di kursi samping ranjang Alvin, Melvin berjalan perlahan dan mengusap rambut istrinya dengan lembut. Dia tidak menyangka jika Azura benar-benar mau membantunya untuk merawat Alvin yang membutuhkan Azura. Alvin terlalu lama menahan diri untuk menunggu ibunya, setelah ibunya datang dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan, anak itu hanya banyak berpikir hingga tubuhnya tidak tahan. “Udah pulang?” Melvin mengangguk, dia mengecup kening Azura ketika wanita itu masih belum sadar dari tidurnya, diam-diam Fernandes melihat semua itu. Dia melihat Azura yang tidak menolak perlakuan dari Melvin, sampai sekarang Fernandes juga bingung karena Azura mau membantu Melvin di saat dia tidak tahu apa hubungan diantara mereka. “Terima kasih sudah menjaga Alvin,” ujar Melvin yang kini duduk di pinggir ranjang Alvin. Alvin sudah lebih baik dan tubuhnya sudah tidak demam, anak itu kasihan sekali harus mengalami hal yang tidak menyenangkan, sejak dia bayi tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari Azura, kini setelah Azura sembuh dia tidak mengingat apapun tentang anak dan suaminya, Melvin memang memiliki segalanya, tetapi dia juga mendapatkan cobaan yang luar biasa, dia harus sabar dengan kehidupan yang dia jalani. “Kondisinya baik?” tanya Melvin. “Kelelahan dan karena peralihan cuaca membuat tubuh Alvin sakit, mungkin dia harus banyak beristirahat.” Azura perlahan mulai sadar sepenuhnya. “Tinggallah sebentar, Alvin akan mencarimu jika kau tidak ada.” Melvin menahan tangan Azura ketika wanita itu mulai berdiri. “Aku akan ke kamar mandi,” ujar Azura dengan ekspresi datar. Melvin mengusap lehernya, dia malu karena mengira Azura akan pergi meninggalkan Alvin. Melvin hanya tidak ingin membuat kebahagiaan yang diinginkan oleh Alvin sirna. Melvin tidak akan menyia-nyiakan kesempatan bagus, dia akan mendapatkan Azura dengan perlahan dengan memainkan simpati Azura terhadap Alvin yang kondisinya sedang down. “Fernan, ini sudah pagi. Pulang kapan?” tanya Azura menghampiri Fernandes yang masih tidur nyenyak di sofa. “Lupa kalau punya kerja atau bagaimana itu? Malah terlalu nyenyak tidurnya.” Melvin menyindir Fernandes. “Bagaimana tidak nyenyak jika tidur satu ruangan dengan wanita cantik seperti Azura?” Fernandes ikut memperkeruh suasana. Azura meminta Fernandes cepat pulang, lelaki itu harus segera berangkat kerja. Azura menolak ketika Fernandes mengatakan dia akan menjemput Azura, wanita itu juga tidak tahu kapan dia pulang, setidaknya dia harus melihat kondisi Alvin baik-baik saja setelahnya dia baru bisa dengan tenang meninggalkan anak itu. “Sudahlah, sana pulang. Lagi pula mobilku masih di rumah Melvin,” ujar Azura langsung melambaikan tangannya dan memaksa Fernandes pulang. Azura terbiasa menganggap Fernandes sebagai teman, dia tidak berpikir panjang ketika memperlakukan Fernandes seperti itu. Fernandes orang yang santai dan Azura tidak harus memikirkan banyak hal ketika bersamanya, Azura merasa nyaman dan tenang, sangat berbeda ketika bersama Melvin, dia diliputi tekanan dan selalu waspada ketika didekatnya. “Mandi dulu, aku sudah meminta Bibi Esme membawakan bajumu.” Azura terkejut mendengar ucapan Melvin, dia tidak percaya jika Bibi Esme tahu ukuran baju Azura. “Ini? Kamu tahu ukuran bajuku?” tanya Azura. “Sudahlah pakai, kau akan tahu setelah itu.” Melvin hanya ingin Azura segera menuruti keinginannya, dia tidak ingin wanita itu terus saja protes tiap kali dirinya memerintah. Alvin terbangun dari tidurnya, dia melihat Melvin yang kini berada di sampingnya. Alvin mengedarkan pandangannya, dia ingin mencari ibunya. Alvin tidak berhayal karena semalam ibunya selalu bersama dengan dirinya, perlahan air mata Alvin menetes dan Melvin mulai tahu apa yang dipikirkan oleh anaknya. “Ibumu mandi, kenapa menangis?” tanya Melvin. “Aku pikir semalam hanya mimpi,” ujar Alvin yang kini duduk tegak. Melvin memeluk anaknya erat, dia tahu anaknya akan terluka jika dia tidak segera mendapatkan Azura kembali, Alvin merindukan Azura dia selalu menantikan masa-masa dimana dia bisa melakukan segala hal seperti teman-temannya, Melvin merasa bersalah karena membuat Alvin merasakan kesedihan ini. “Ayah akan berusaha mengembalikan Ibumu, sabar sayang.” Melvin berbisik di telinga anaknya, mereka hanya butuh banyak bersabar dalam menjalani ujian yang Tuhan berikan kepada mereka. Azura datang dengan memakai baju yang dibawakan oleh Bibi Esme, sangat pas di tubuhnya dan membuat Azura seperti orang yang berbeda, pilihan Melvin sangat bagus dana Azura tidak merasa terpaksa memakai baju yang dia kenakan. “Alvin bagaimana kondisinya?” tanya Azura yang kini duduk di kursi sampaing ranjang Alvin. “Alvin baik, Ibu sangat cantik.” Azura tersenyum senang ketika mendengar pujian dari anak kecil, dia selalu menganut kepercayaan bahwa pujian dari anak kecil adalah hal yang sangat jujur. Alvin mengatakan jika dia tidak ingin terlalu lama berada di rumah sakit, sore nanti Alvin ingin pulang, dia tidak mau berada terlalu lama di sini. Alvin tidak nyaman dan dia merindukan kamarnya. Alvin menggenggam tangan Azura dan meminta wanita itu untuk menemaninya selama dia sakit, Azura menatap Melvin meminta pertolongan, tetapi lelaki itu mengabaikannya dia tidak mungkin melarang apa yang diinginkan oleh anaknya. “Alvin, Ayah akan bicara dengan ibumu.” Melvin menarik tangan Azura dan mengajaknya untuk keluar dari ruangan Alvin. Regi dan Kale menemani Alvin sedangkan mereka kini berada di taman untuk membicarakan keinginan Alvin. “Aku tidak bisa,” ujar Azura. “Aku akan membayarmu, Azura dia tidak pernah merasakan kasih sayang ibunya sejak lahir. Kau pergi karena harus melakukan perawatan di luar negeri, sejak dia lahir hingga sekarang dia hanya ingin bersamamu, apakah sangat sulit untuk mewujudkan hal itu?” tanya Melvin. “Melvin, aku tidak mudah dibohongi dengan semua ceritamu. Aku hanya ingin tahu semuanya dengan perlahan, aku tidak bisa melakukan itu, kamu bahkan tidak memiliki bukti dimana kita pernah menikah dan memiliki anak.” Azura mengatakan segala hal yang dia ragukan, Azura tidak bisa dengan mudah mempercayai Melvin karena mereka baru saja bertemu. “Azura, jika kau tidak mempercayaiku bisakah kau menolongku demi Alvin? Dia sangat merindukanmu.” Azura bimbang dengan permintaan Melvin, dua hari bersama Alvin dia merasa sayang kepada anak itu, tetapi jika Alvin terus memanggilnya ibu dia merasa tidak nyaman sebelum dia tahu apa yang sebenarnya terjadi. Azura menggelengkan kepalanya, Melvin tidak tahu lagi bagaimana dia harus membujuk Azura, wanita itu sangat keras kepala sekarang. Azura yang dulu sudah berubah, entah apa yang mengubahnya, Melvin merasa marah dengan segala hal itu. “Bekerjalah untukku, hingga kondisi Alvin membaik. Setelah itu aku tidak akan menganggumu,” ujar Melvin pada akhirnya. Azura menatap mata Melvin, tidak ada kebohongan di dalamnya. Bagi Azura hal itu merupakan tawaran yang sangat menarik, Azura tidak akan diganggu oleh Melvin setelah dia membantu merawat Alvin, ini adalah kesempatan bagus untuk terlepas dari Melvin yang selalu menekan dirinya. “Apakah kamu akan menepati janji?” tanya Azura dan langsung diangguki oleh Melvin. Selama Azura setuju maka dia akan melakukan segala cara untuk mencari kesempatan itu, Melvin akan memanfaatkan semuanya dengan baik dan dia akan memberikan semua bukti bahwa Azura adalah istrinya. “Aku punya syarat,” ucap Azura pada Melvin. “Apapun itu akan aku lakukan. Melvin tidak akan keberatan dengan permintaan Azura. “Aku tidak bisa tinggal di rumahmu yang sangat besar, aku bia menjaga Alvin di rumahku, kamu tetap bisa mengontrol dan memastikan standar makanan Alvin sesuai dengan standar di rumahmu.” Melvin mengangguk dengan begitu dia akan semakin leluasa, rumah Azura tidak memiliki pelayan dan semuanya akan lebih mudah bagi Melvin untuk mendekati Azura dengan caranya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD