Alat Mengurung Jiwa

1057 Words
Udara dingin menyelimuti Lembah Shui Jiao. Angin yang membelai gulita begitu terkesan mistis. Jika dilihat sekilas, di malam hari lembah ini seperti hanya dihuni oleh makhluk tak kasat mata. Begitu sepi dan suram. Kesuraman sangat terasa jika melihat lebih jauh ke hutan, sebuah gua yang misterius berada tak jauh dari bangunan perguruan dengan suara hening yang tertidur. Dinding gua yang diselimuti rerumputan diluar dan dinding batu di dalam, tampak begitu dingin, sedingin pemiliknya yang sejak tadi hanya terpaku menatap bulpen yang dia ambil dari Xiao Yu. "Ujungnya begitu tajam. Aku kira benda ini digunakan untuk menulis mantra sekaligus sebagai senjata, "Ucap Yanxie sambil memperhatikan ujung bulpen tersebut, "Tapi ... ketika aku menulis, tidak ada efek apapun. Apa ini sama seperti kuas biasa? tapi ... dari mana benda ini sebenarnya benda ini berasal?" Yanxie menutup matanya lalu berpikir dengan keras. "Dia bukan siluman, juga bukan iblis, dia memang seperti manusia biasa. Manusia yang sangat biasa tanpa kultivasi." Yanxie berdiri lalu memasukkan bulpen di tangannya ke kantung yang terletak di lengan bajunya yang besar. "Aku harus lebih menyelidikinya," Yanxie bergerak keluar dari gua. Pakaian hitamnya kontras dengan rambut putih miliknya yang terlihat sangat terang di kegelapan malam. Yanxie menghentakkan kaki kanannya, lalu bergerak ringan, terbang ke atas bangunan perguruan. Dia berdiri di atas atap bangunan utama, lalu menatap tajam ke sebuah kamar tempat Xiao Yu berada. Sementara itu, di dalam kamar Xiao Yu sibuk mondar-mandir mengangkat ponselnya. Dia naik ke dipan, lalu ke kursi kayu hingga ke meja kayu yang ada di ruangan. Benda tersebut berderit ketika Xiao Yu melompat, "Power bank ku ternyata masih berfungsi. Tapi kenapa tidak ada sinyal? s*al, sebentar lagi daya ponselku akan habis." Tak mendapatkan apa yang dia cari dari dalam kamar, Xiao Yu kemudian keluar dan melakukan hal yang sama. Dia kesana-kemari sambil mengangkat ponselnya. Dari atas atap, Yanxie melihatnya sambil kebingungan. "Apa yang dia lakukan? dia sedang memanggil bantuan dengan benda itu?" Yanxie terus memperhatikan. Xiao Yu mencoba memanjat pohon di depannya, demi untuk mendapatkan sinyal. Dia, Tuan Muda yang dulunya selalu tak pernah merepotkan diri, kini sangat tidak beruntung. Dia bahkan malu dengan apa yang dia lakukan demi mendapatkan sinyal. "Xiao Yu. Tahan malumu demi kelangsungan hidup. Kau ... harus berusaha keluar dari sini," Xiao Yu memanjat sebisanya, namun tiba-tiba pegangan tangannya terlepas dan dia langsung jatuh ke tanah, "Akh! punggungku," Xiao Yu meringis. "Dia seperti orang bodoh," gumam Yanxie sambil berdiri tak bergerak. "Aaa!" Xiao Yu tiba-tiba berteriak kaget. Dia menutup matanya, sambil membaca doa. Beberapa detik kemudian, dia membuka mata perlahan lalu menatap ke atas atap, menatap sosok yang tadi membuat jantungnya hampir berhenti berdetak, "Si Sosiopat? wah! kenapa kau berdiri disana dengan penampilan seperti itu? aku kira kau hantu!" Xiao Yu bangun dengan susah payah, lalu memegangi pinggangnya, "Tunggu dulu. Bagaimana dia bisa naik kesana? d-dia terbang seperti waktu itu?" Xiao Yu menatap Yanxie untuk kedua kalinya. Namun, Yanxie tiba-tiba menghilang dari atas sana. Xiao Yu terbelalak, "K-Kemana dia? dia menghilang? a-apa dia benarkah hantu?" "Siapa yang kau sebut hantu?" "Aaa!" *** Xiao Yu dan Yanxie kini berada di ruangan tempat dimana Xiao Yu tidur. Malam ini sudah dua kalo Yanxie membuat jantung Xiao Yu hampir lepas. Xiao Yu mengelus d**a sambil menghela nafas, jika terus begini mungkin saja dia benar-benar akan mati, karena sosiopat berambut putih dengan wajah dingin ini. "Xiao Yu. Kenapa kau berkeliaran di hari yang gelap ini? Lembah Shui Jiao tidak mengizinkan siapapun membuat keributan di malam hari," Yanxie duduk dengan tegap, lalu menatap Xiao Yu yang terlihat sangat tertekan. "Ini benar-benar gila. Kenapa harus membatasi orang seperti itu? setiap orang hak asasi untuk melakukan apa yang dia mau." "Hak asasi?" "Konsep hukum yang menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah seorang manusia. Jadi aku bebas kemanapun baik itu di siang hari, atau malam hari karena aku punya hak." "Tidak, kau tak punya hak disini." "Hak asasi manusia berlaku kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa saja, dasar sosiopat tidak taat hukum!" Yanxie hanya diam, lalu menatap ponsel di tangan Xiao Yu, yang masih menyala, "Apa yang kau lakukan dengan benda itu?" tanya Yanxie kemudian. "Ponselku ternyata masih berfungsi. Tapi, tak ada sinyal sama sekali. Hah, aku harus bagaimana?" "Sinyal? kau mengirim sinyal bahaya kepada rekanmu?" "B-Bukan, maksudku ..." Xiao Yu berpikir sejenak. "Benar juga, aku harus mengirim sinyal bahaya agar orang di kota tahu aku berada disini. Tapi ... jika aku berada di dunia lain, atau melakukan perjalanan waktu, apa sinyal bahaya bisa terlihat?" "Kau sedang mimikirkan cara licik untuk menyerang lembah ini?" "Bukan ... ya ampun," Xiao Yu mendekat lalu menunjukkan ponselnya kepada Xiao Yu, "Bagaimana aku bisa memanggil siapapun dengan benda ini. Dibutuhkan sesuatu yang disebut sinyal, agar ponsel bisa bekerja." "Kau ... jiwamu terkurung ke dalam benda ini? apa kau korban sihir?" Yanxie menatap Xiao Yu dengan serius. "Maksudmu apa?" Xiao Yu kebingungan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kenapa ada kau disana? jiwamu terkurung? atau kau sengaja mengurungnya?" Yanxie menunjuk ponsel yang dipegang Xiao Yu. Xiao Yu menyipit dan akhirnya mengetahui maksud Yanxie setelah menatap ponselnya. "Ini hanya wallpaper. Kau mengerti? ini namanya potret. Aku mengambilnya dengan ponsel ini. Lihat," Xiao Yu membuka ikon kamera di ponselnya lalu mendekat kearah Yanxie untuk mengambil gambar. Yanxie terbelalak kaget ketika Xiao Yu memotretnya. Dia langsung mengarahkan Qionglin ke leher Xiao Yu, lalu menatap Xiao Yu dengan raut wajah siap membunuh. "Hei, t-tunggu dulu, apa yang kau lakukan?" Xiao Yu mengangkat tanganya tak berani bergerak. "Makhluk licik, kau berusaha untuk menangkap jiwaku dengan benda itu? kau pikir kau akan berhasil mengelabuhiku?" "Ini tidak akan menyakitimu. Aku hanya memotret. Lihat, tak ada yang terjadi, kan?" "Mulutmu sungguh berbisa. Aku hampir termakan omonganmu." "Tenang, kawan ..." Xiao Yu menghela nafas, lalu berpikir sejenak, "Manusia dingin ini, walau terus saja ingin membunuhku, tapi dia tidak melakukannya. Sepertinya dia penasaran. Baiklah, kalau begitu ..." Xiao Yu menatap Yanxie, lalu berdehem, sambil berjaga-jaga agar Qionglin tidak menusuk lehernya, "Aku bukan orang jahat. Yanmei percaya padaku, kau juga harus percaya. Aku akan ceritakan semua tentangku padamu. Kau hanya perlu bertanya dan aku akan menjawabnya dengan jujur. Atau aku bisa menceritakan semuanya, kau hanya harus mendengarkan." "Untuk apa aku mendengar cerita tentangmu? dan jangan memanggil adikku dengan cara seperti itu. Dasar tidak punya sopan santun!" Yanxie menurunkan Qionglin, lalu melesat pergi. Dia terbang dikegelapan malam, melebur dengan gulita dan menghilang dengan cepat. TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD