Aturan

1009 Words
Yanxie merasa jengah setiap mendengar suara langkah kaki Xiao Yu. Xiao Yu terus saja mengunjunginya di gua. Setiap hari membawa omelet walau Yanxie tak pernah memakan makanan tersebut. Dia juga sangat Cerewet, bercerita panjang lebar hingga terkadang membuat Yanxie sakit kepala. Xiao Yu sudah bertekad untuk berteman dengan Yanxie, demi merebut hati si ketua lembah yang dingin tersebut. Para murid di lembah Shui Jiao sebagian bahkan salut melihat kegigihan Xiao Yu. Mereka tidak menyangka, bahwa Xiao Yu berani mendekati Zhou Yanxie yang begitu tidak bersahabat tersebut. Hari ini seperti biasa, Xiao Yu menyiapkan omelet untuk Yanxie. Lingyin yang melihatnya menggelengkan kepala, Xiao Yu begitu banyak menghabiskan persediaan telur dan sayuran yang bahkan tidak disentuh sama sekali oleh Yanxie. Setiap pulang dari gua, Xiao Yu selalu membawa piring dengan omelet yang masih utuh di dalamnya. Lingyin terus mengomel seperti nenek tua ketika melihat hal tersebut. "Nona Yanmei, bisakah Nona menghentikan dia? dia terus saja membuang bahan makanan. Bukankah kita harus berhemat?" ucap Lingyin ketika mendapati Xiao Yu sibuk mengolah telur di dapur. "Si bodoh itu, sudah kuduga dia berbohong saat mengatakan bahwa dia dan kakak berteman. Kakak tidak akan semudah itu menerima orang lain untuk masuk ke dalam hidupnya." "Dia ingin mengambil hati Ketua Lembah dengan cara melakukan itu. Tapi aku merasa dia tak punya kesempatan. Semua yang dia lakukan hanyalah sia-sia." "Menurutmu ... kita harus menghentikannya?" "Tentu saja. Dia tidak banyak membantu urusan lembah, malah membuang bahan makanan dengan percuma. Bukankah Ketua Lembah tidak perlu makan?" "Siapa yang mengatakan hal seperti itu? Kakakku manusia, dan dia masih butuh makan." "Tapi aku tidak pernah melihat Ketua Lembah makan," "Dia tetap makan, hanya saja ... tak seperti manusia lain yang harus makan setiap hari, kultivasinya memberi energi hingga dia tidak akan kelaparan meskipun tidak makan sebulan." "Nona ... anda masih merasa marah pada Ketua Lembah?" mendengar pertanyaan Lingyin, Yanmei hanya diam dan membuang muka, "Berhentilah Nona, bukankah Ketua Lembah melakukan itu demi kebaikan Nona? dan tolong hentikan orang itu sebelum dia membuat kita kelaparan." "Zhou Lingyin. Kenapa aku merasa ... semua kata yang kau ucapkan terdengar jauh lebih tua dari usiamu?" "Kau juga merasakannya? sudah kukatakan anak ini harus berbicara dan bermain sesuai usianya. Tapi dia malah menceramahiku," Xiao Yu tiba-tiba muncul sambil membawa piring di tangannya. Yanmei dan Lingyin menghela nafas begitu melihat Xiao Yu. "Dan kau tidak sadar? bahwa kau lebih kekanakan dibanding usiamu?" Yanmei menggelengkan kepala. "Aku? ei, mana mungkin." "Nona, dia juga b*doh. Otaknyapun tidak sesuai dengan usianya," Lingyin melipat tangannya di depan d**a sambil menghela nafas. "A-Apa katamu? Wah! lihatlah cara dia bicara , sungguh sangat tidak sopan." "Yang dia katakan tidak salah. Lihatlah dirimu, apa-apaan dengan makanan aneh di tanganmu itu? kakak bahkan tidak menyentuhnya, kan?" "Tidak menyentuhnya bagaimana? kakakkmu sangat suka omelet buatanku." "Dasar pembohong. Hentikan, kau tidak akan bisa berteman dengan kakakku." "Hei, kami sudah cukup akrab. kami sudah berteman dengan baik." "Kau pikir aku percaya?" "Lihat saja nanti. Aku pergi dulu, sahabatku membutuhkan makan siang. Ah, segeralah berbaikan dengan kakakmu, dia terlihat sedih karena kau tidak mengunjunginya." Xiao Yu pergi sambil membawa makanan di tangannya dengan percaya diri. Sementara itu Yanmei mendengus kesal, "Kakak terlihat sedih? hah, makin dia bicara kebohongannya semakin terlihat. Mana mungkin kakak sedih karena aku," *** Yanxie duduk di tempatnya biasa. Telinganya yang tajam menangkap gerakan seseorang, dan Yanxie sangat mengenal langkah kaki ini. Orang aneh yang selalu mengganggunya setiap hari. Yanxie bahkan menghapal bau orang tersebut, dan bau makanan aneh yang dibawanya. "Hai, good afternoon, brother!" Xiao Yu berseru begitu tiba di depan pintu gua. "Dia bicara apa? itu mantra yang baru?" Yanxie memalingkan wajahnya, berusaha untuk tidak melihat Xiao Yu yang membuatnya sakit kepala. "Mari kita lihat, omelet yang sebelumnya ... ah, masih belum dimakan," Xiao Yu tersenyum paksa melihat omelet utuh yang bahkan tak bergeser satu inchipun dari tempatnya, "Tak masalah, aku bawakan yang baru," ucapnya lagi sambil mengganti piring di atas meja dengan piring baru yang dibawanya. "Zhou Yanxie, kau tidak keluar? ayolah, cahaya matahari bagus untuk kulitmu. Mengapa kau selalu mengurung dirimu disini?" Yanxie tak menggubris perkataan Xiao Yu. Dia sibuk menyeka Qionglin perlahan dengan lengan bajunya yang lebar. Xiao Yu kembali memikirkan cara agar Yanxie mau menanggapinya. "Kau tidak ingin bertemu Yanmei? ayo keluar, kau bicaralah dengan Yanmei, aku akan menjadi penengah kalian," beberapa menit berlalu, masih tidak ada respon dari Yanxie. Xiao Yu kembali memutar otaknya, mencari cara lain. "Mmm ... serulingmu itu namanya Qionglin, kan? kau tahu, aku bisa bermain seruling. Aku pernah terpaksa mempelajari seni karena ayahku," Yanxie menghentikan tangannya yang dari tadi mengusap Qionglin. Dia menoleh kearah Xiao Yu dengan tatapan yang sama setiap harinya. "Dia menatapku. Karena apa? dia tertarik karena aku bisa bermain seruling?" "Kau ... ayah yang kau maksud, salah satu dari orang tuamu?" "Kenapa dia menanyakan tentang ayahku, apa dia mau menyelidiki latar belakang keluarga?' Xiao Yu menggaruk kepalanya, lalu menyeringai, "Ayahku, ya tentu saja orang tuaku. Memangnya ada istilah apa lagi?" "Kau punya orang tua?" "Hmm, memangnya ada manusia di dunia ini yang tidak punya orang tua?" "Lalu ... ayah dan ibumu ada di tempat kau berasal?" "Sepertinya dia tertarik dengan keluargaku. Wah tak bisa kupercaya, Sosiopat ini peduli dengan hal seperti itu. Apa aku harus mengarang hal yang menyedihkan?" Xiao Yu tersenyum, lalu menatap Yanxie, "Hanya ada ayahku. Ibuku sudah tidak ada." "Maksudmu ... ibumu sudah pergi? Karena apa? karena terbunuh?" "T-Terbunuh? Bukan seperti itu. Ibuku ..." Xiao Yu berpikir sejenak, "Ibuku pergi karena penyakit parah." "Racun?" "Bukan, ya ampun apa yang terjadi dengan tempat ini? kau bicara seperti di tempat ini orang pergi karena terbunuh atau keracunan," "Memang begitu." "Apa?" "Disini, tidak ada alasan lain. Manusia mati tentu saja karena dibunuh. Tidak ada sakit lain kecuali diracun, orang yang memiliki kultivasi yang rendah harus menyerah, kultivasi tinggi akan berkuasa." "Yang benar saja, kalian dengan mudahnya merenggut nyawa seseorang?" "Apa sulitnya merenggut nyawa? hanya menebaskan senjata saja." "Wah, dunia ini aneh sekali. Bahkan tidak ada hukum?" "Sepertinya di pusat kota tujuh lentera ada. Tapi ... aku ragu, bagaimanapun, masalah disini akan diselesaikan dengan saling bunuh. Itu sudah menjadi aturan yang tetap." TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD