14. Yang dinanti pun tiba.

2777 Words
Keano tahu jika Valentina yang telah menerornya. Istrinya itu telah membunuh semua wanita yang ia gauli dalam sebulan terakhir dengan cara yang sadis. Dan ia pun menyadari sesuatu, anak buahnya tak dapat mendapatkan informasi apapun karena memang Valentina bekerja sama dengan beberapa anak buahnya . Betapa bodohnya Keano baru menyadarinya setelah hampir satu bulan ia menjadi mainan istrinya sendiri. Di dalam hati Keano-ia mempunyai sebuah harapan kecil. Namun ia tak terlalu menganggap hal itu sebelum mendengar dari mulut Valentina sendiri. Dia sudah terbiasa dengan menyimpan perasan nya, menahannya lebih lama lagi bukanlah hal yang sulit bagi Keano dan Valentina. Keano sedang berada di sebuah Kasino. Mereka hanya ingin bersantai sembari bermain kartu dengan beberapa klien dan para kolega bisnis lainnya. Hanya Keano yang main karena Valentina tidak bisa dan ia hanya duduk manis di samping Keano sembari minum santai. Terdapat seorang wanita cukup cantik ikut bergabung, dia berdiri di belakang seorang pengusaha di hadapan Keano dan memeluk leher sosok tersebut. Mengecupi lehernya dengan seduktif namun matanya menatap menggoda ke arah Keano. Sedang Valentina menatapnya dengan tatapan jijik, ia melirik ke arah sang suami dan ternyata pria sialan itu justru menyeringai dan membalasnya dengan tatapan nakal. "Aku ke sana tak apa?" Tanya wanita tersebut meminta ijin untuk ke arah Keano. "Silahkan. Siapa yang dapat melawan pesona seorang Keano?" Kekeh nya dan diikuti tawa pelan yang lain. Keano menepuk pahanya dengan pelan agar wanita tersebut duduk di atas pangkuannya. Namun dengan cepat Valentina berdiri Ckrek! Valentina mengokang senjatanya lalu menodongkan ke arah leher wanita tersebut hingga wanita itu mendongak dengan wajah takutnya. Mereka semua terkejut karena tingkah Valentina, ia menarik kerah baju yang dikenakan wanita tersebut lalu berbisik mengerikan di telinganya. "Jangan berani kau menyentuh milikku!" Valent menjauhkan pistolnya lalu mendorong kasar kepala wanita itu hingga tersungkur ke tanah. Keano mendongak menatap bingung ke arah Valentina, tak seperti biasanya Valentina bertingkah posesif seperti ini. "Apa yang terjadi padamu, hm?" Tanya Keano sembari membantu wanita tersebut berdiri. DOR!! Valent menembak ke arah tangan Keano dan berhasil menggores lengan kekar sang suami. la menatap dingin ke arah Keano dengan wajah yang terlihat menegang. "Kau tidak mengerti juga, hah?!" Valentina menarik tangan Keano lalu membawanya keluar dari sana dengan cepat. Keano melambaikan tangannya santai ke arah mereka dan mengikuti Valentina. Tubuhnya didorong dengan kasar oleh Valentina kedalam mobil. BRAAK!! Valentina membanting kasar pintu mobilny lalu ia dengan cepat menginjak pedal gasnya. Valentina terlihat mencengkram kuat setir mobilnya dan mengendarai dalam kecepatan tinggi. Keano berpegangan erat pada bagian atas pintu sembari menatap dalam diam wajah Valentina yang terlihat marah BUGH bugh bugh! "KAU MILIKKU HANYA MILIKKU b******k!!! Valentina berteriak murka sembari memukuli setimnya brutal. Ckitt!!! Valentina menghentikan mobilnya secara mendadak ia menunduk menumpukan dahinya pada setir mobil. Napasnya terengah karena amarah yang memuncak, dengan lembut Keano menyentuh kepala Valentina. "Kenapa, hm?" Tanya Keano memastikan. la sudah mempunyai dugaan namun ia tak ingin terlalu percaya diri. Valentina menatap ke arahnya dengan tatapan tajamnya. "Apa yang akan kau lakukan jika aku berkata menyukaimu?" Tanya Valentina dengan wajah dinginnya. Keano menaikkan sebelah alisnya dengan senyuman miringnya la mendekatkan wajahnya lalu menarik dagu Valentina agar bibir mereka saling bersentuhan. "Menikahimu untuk yang kedua kalinya dengan perasaan cinta yang sesungguhnya, tentu saja." Keano menggigit bibir bawah Valentina dengan nakal. Valentina menjauhkan kepalanya menatap menelisik ke arah sang suami la tak mengira jika respond nya akan seperti ini. "Aku istrimu. Dan kau suamiku. Dan kau ingin menikahi ku lagi?!" Ujar Valentina dengan dahi mengkerut heran. Keano tertawa pelan, dia menyender pada pintu berhadapan dengan Valentina. "Kau menyukaiku. Maka suami mu ini jauh lebih lama mencintaimu setengah mati. Mengerti?" Keano melipat kedua tangannya di d**a dengan wajah tenangnya. Valentina membuka mulutnya ingin berkata sesuatu namun kembali mengatup karena ia merasa terkejut sekaligus bingung. "Kau mencintaiku?" Tanya Valentina memastikan. "Sudah sangat lama, Baby." Jawab Keano dengan senyuman kecutnya. Mereka terdiam cukup lama hingga Valentina kembali melajukan mobilnya untuk pulang. Keano menyender malas pada jendela mobil sembari menatap wajah cantik sekaligus manis milik Valentina. la mengulurkan tangannya untuk menyentuh daun telinga Valentina, ia tersenyum kecil saat melihat istrinya terlihat salah tingkah. "Kau jatuh cinta dengan ku?" Tanya Valentina memastikan. Valentina melirik tajam ke arah Keano namun ia mengambil tangan Keano yang di telinganya lalu menggenggamnya dengan erat. "Kau milikku Keano." Ujar Valentina dengan tegas. la mengemudi dengan satu tangan dan tak melepaskan genggamannya pada telapak tangan Keano. Sedangkan pria tampan itu memejamkan matanya erat sembari berusaha mengatur napasnya, ia harus bersikap tenang agar tidak merusak citranya sebagai pengusaha tampan yang berdarah dingin. "Kau selalu berjalan-jalan di kepalaku setiap saat. Itu menyebalkan." Ujar Valentina sembari mengecup punggung tangan Keano. "Benarkah? Bersikaplah manis padaku." "Dasar i***t. Walau aku istrimu. jangan berharap aku akan bersikap menggemaskan dan merengek seperti wanita pada umumnya." Protes Valentina tidak mau kalah. Keano menghela napasnya kasar. terkadang dia lupa jika istrinya ini wanita bar-bar. Namun tetap saja, jika bersama Keano maka aura bar-bar Valentina akan lenyap seketika. Aura dominan Keano sangat kuat, bisa dikatakan dia adalah seekor singa jantan. "Terserah dirimu saja, Sayang." Keano mengelus punggung Valentina dengan jempol tangannya. Mereka saling mengeratkan tautan jari mereka, Keano menatap tautan tangan mereka lalu tersenyum lega la menatap Valentina dengan perasaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, ia merasa begitu bebas dan semua beban yang ada di punggungnya selama ini seakan menghilang. Beban terbesar Keano adalah mencintai istrinya yang tidak mencintai dirinya, secara diam-diam. "Berhenti menatapku." Valentina memarkirkan mobilnya ke garasi lalu ia turun dan diikuti oleh Keano. Valentina masuk lebih dulu dan dengan cepat Keano memeluknya dari belakang. "Lepas. Apa yang kau lakukan?!" Valentina merasa kesal namun dia tak menyingkirkan tubuh Keano. Ucapannya berbanding terbalik dengan perilakunya, Valentina memiringkan kepalanya memberi akses untuk sang suami menghisap lehernya. "Eunghh." Valentina melenguh pelan lalu ia menyentuh lehernya bekas hisapan sang suami. la menatap Keano yang tersenyum hangat ke arahnya. "Kau hanya milikku, kan sekarang?" Tanya Keano dengan tatapan penuh harap. Valentina mengangguk kecil sembari mengalihkan pandangannya, ia masih merasa cukup malu jika melakukan hal picisan seperti ini. "Sejak awal aku hanya milikmu pria jelek. Dan kau pun hanya milikku" Valentina mengecup bibir Keano lalu membalik tubuhnya dan memeluk erat tubuhnya. Valentina meremas punggung Keano menyalurkan rasa menyenangkan di dalam hatinya saat ini, ia menyenderkan kepalanya di bahu Keano. "Jangan menyentuh orang lain selain diriku pria jelek. Aku tidak suka itu." Valentina mengecup leher Keano. Tubuh Keano terasa lemas, ia bahkan tak dapat memeluk tubuh Valentina la memejamkan matanya erat berusaha menahan matanya yang terasa panas karena air mata yang mendesak keluar. "Aku menyayangimu. Tolong maafkan kesalahanku yang lampau." Valentina menghirup aroma jantan dari tubuh Keano dengan dalam. Keano menyerukkan wajahnya di perpotongan leher Valentina, ia mulai membalas pelukan Keano. Memeluknya dengan erat. Valentina terkejut saat merasakan tubuh sang suami bergetar pelan. "Kau menangis?" Tanya Valentina dengan pelan. "Aku sangat bahagia, sangat." Ujar Keano dengan suaranya yang parau. Valentina tak bertanya lebih lanjut, ia hanya mengelus punggung bergetar sang suami dengan lembut. la tersenyum lembut sembari memejamkan matanya merasakan rasa bahagia yang belum pernah ia rasakan. la ingin bertanya tentang banyak hal mengenai Keano namun ia menahannya lebih dulu menunggu waktu yang tepat. "Anak buahmu akan mengejekmu dan akan tertawa jika melihatmu menangis." Valentina menepuk punggung lebar Keano dengan cukup kuat. Keano tertawa geli mendengarnya sembari menghapus air matanya kasar. la melepaskan pelukannya lalu membawa Valentina masuk kedalam rumah. "Pergilah mandi. Aku akan membuat makan malam untukmu." Keano mengelus kepala Valentina dengan sayang. Valentina mengangguk singkat, ia meletakkan kedua tangannya di atas bahu Keano lalu menatapnya dengan senyuman kecilnya. "Berjanjilah padaku jangan menyentuh orang lain selain diriku lagi." Ujar Valentina menuntut jawaban. Dengan cepat raut wajah Keano berubah menjadi penuh arti, ia menarik pinggang Valentina hingga tubuh mereka menempel. Mendekatkan wajahnya sembari mengusakkan hidung bangirnya pada pipi Valentina. Napas Valentina lebih cepat karena jantungnya berdetak sangat cepat. Aroma napas Keano yang berbau mint bercampur dengan rokok membuat kepala Valentina pening. Valentina menangkup rahang Keano lalu melumat bibirnya dengan tergesa. Keano mendorong tubuh Valentina hingga ciuman Valentina terlepas, mata Valentina tak lepas dari bibir Keano la hendak memagut bibir Keano lagi namun ditahan oleh yang lebih tua. "Jika aku mengiyakan perkataanmu-apa itu artinya aku dapat menyentuhmu kapanpun dan di manapun?" Tanya Keano sembari meremat pinggang Valentina dengan pelan. Valentina memejamkan matanya sekilas karena ia hampir saja terangsang hanya karena remasan pada pinggangnya la mengalungkan tangannya pada bahu Keano. "Hm. Kau dapat memintanya kapanpun, begitu juga denganku" Valentina mengecup dalam bibir Keano lalu melenggang pergi sembari berusaha menahan senyuman bahagianya. Keano pun tak dapat menahan senyuman lebarnya, ia melangkah mundur ke dapur lalu ia melompat kegirangan. la menggerakkan pinggulnya maju mundur sembari menggerakkan tangannya seakan menampar sesuatu. "Terima kasih Tuhan, kau mengabulkan permohonan ku!!! Keano melompat beberapa kali dengan semangat. Latu ia tengkurap di lantai dan melakukan push up beberapa kali lalu berdiri dan meninju udara dengan semangat. "AKU MENCINTAIMU VALENTINA!!!" Keano memekik bahagia. Dia tak pernah sebahagia ini sebelumnya, jantungnya terpacu dengan cepat membayangkan senyuman malu-malu Valentina saat menatapnya tadi. "Ohhh, jantungku." Keano duduk di kursi sembari memejamkan matanya sesaat, bibirnya tetap tersenyum lebar. la tak pernah menyangka hal baik ini akan terjadi. Bahkan untuk membayangkannya saja Keano tak pernah mempunyai nyali mengingat Valentina yang sempat begitu membencinya waktu itu. Tanpa keano sadari-Valentina belum naik ke lantai atas sedari tadi. Dia bersembunyi di balik tiang rumahnya dekat dengan dapur. la melihat tingkah konyol sang suami dan hal itu membuat Valentina sangat terharu, ia tak dapat menahan air mata bahagianya. la tak tahu jika selama ini sang suami telah jatuh cinta kepadanya dalam waktu yang lama. Seketika semua ingatan pengorbanan yang dilakukan Keano untuknya terasa begitu menyentuh hatinya, tatapan teduh dan penuh puja saat Keano. menatap Valentina-hal itu menyadarkan Valentina jika pria itu memang telah mencintainya sejak lama. Setiap perilaku Keano kepadanya terasa begitu tulus, sangat tulus bahkan Valentina pun menyadarinya di kala ia menyimpan dendam dan rasa benci kepada Keano. Semua itu terasa masuk akal karena Keano melakukannya dengan cinta yang begitu besar untuk Valentina. "Hidup dan nyawa kami hanya untuk keselamatan Anda, Nona." Kalimat itu terngiang di kepala Valentina. "Kau melakukannya demi aku." Valentina menutupi wajahnya sembari menangis lirih. la merasa begitu bodoh tak menyadari hal itu, ia merasa begitu membuang waktu yang tak berguna dan menyia-nyiakan cinta sebesar cinta Keano untuknya. Valentina yakin, jika tidak akan pernah ada manusia di dunia ini yang dapat mencintainya melebihi besarnya cinta Keano kepadanya. "Aku akan membalasnya untukmu Keano. Aku ingin mencintaimu dalam waktu yang lama." Gumam Valentina sembari melihat wajah bahagia Keano di sana. "I'm sorry." Valentina menghapus air matanya dengan pelan lalu ia naik ke atas untuk mandi. 30 menit kemudian Valentina turun ke bawah dan ternyata Keano sudah selesai memasak. "Duduklah Sayang. Aku memasak ayam kesukaanmu." Keano tersenyum lebar. Keano menarik kursi untuk Valentina mempersilahkan si kesayangan untuk duduk. la duduk berhadapan dengan Keano. ia makan dengan lahap dan berusaha tak menatap Keano karena ia merasa malu. "Apa nikmat?" Tanya Keano dengan antusias. "Eum. Nikmat seperti biasanya." Valentina tersenyum kecil Bibirnya masih terasa kaku untuk tersenyum dengan ikhlas, dia masih terbawa kepribadiannya yang sebelumnya yang dingin dan kasar kepada Keano. Namun dari lubuk hati Valentina paling dalam, dia ingin menunjukkan setiap kasih sayangnya namun ia merasa malu. "Jangan terbebani dengan hal apapun. Lakukan apapun yang membuatmu nyaman." Ujar Keano seakan membaca pikiran Valentina. Valentina berdehem pelan lalu melanjutkan makannya. Porsi makan Valentina cukup banyak hingga masakan Keano tak tersisa. "Terima kasih." Ujar Valentina setelah selesai makan dan dia meletakkan piring kotornya pada tempat cucian piring. Valentina memeluk Keano dari belakang lalu mengecup pipinya sekilas kemudian berlari kencang ke kamarnya. Keano terkekeh gemas melihat tingkah menggemaskan Valentina. "Tidak ada gadis bar-bar yang seperti itu." Cibir Keano sembari menggelengkan kepalanya. la pun selesai makan kemudian membiarkan piring kotornya di sana agar dicuci oleh pelayan mereka. Keano segera ke kamarnya untuk mandi. Valentina sedang berjalan mondar mandir di depan kamar Keano, ia hanya memakai hotpants ketatnya. Sedari tadi ia tak dapat memejamkan matanya karena terbayang milik besar Keano saat menggempur miliknya dengan kasar. "Haish! Ini memalukan." Valentina mengerang kesal. la pun membuka pintu kamar Keano dan melihat sang suami sedang merokok di balkon dengan handuk melilit pinggangnya. la berjalan menghampiri Keano, tubuhnya dari belakang terlihat sangat gagah membuat Valentina membayangkan yang tidak-tidak. "Oh my God." Keano terkejut saat merasakan pelukan lembut dari belakang. la mengelus punggung tangan Valentina yang berada di perutnya dengan pelan. "Kenapa belum tidur?" Tanya Keano lalu menggigit batang rokoknya. la membalik tubuhnya sembari menyender ke pagar, ia mengangkat dagu Valentina agar menatapnya. "Membutuhkan sesuatu?" Tanya Keano pura-pura tidak tahu. Valentina menyenderkan kepalanya di bahu Keano, jari panjangnya menyentuh otot perut Keano dengan perlahan. Keano memejamkan matanya saat Valentine menjilat tulang selangkanya. "A-aku menginginkan nya." Ujar Valentina sembari melepas lilitan handuk Keano. "Tolong, ... Aku ingin Hubby." Valentina mendongak sembari mengelus rahang tegasnya. Keano mengangkat tubuh sang ala koala lalu membawanya ke atas kasur. Valentina berbaring dan ia melapas celana pendeknya dengan cepat, membuka kakinya memberi ruang untuk sang suami. Sungguh agresif bukan? "Aku merindukanmu, kemarilah." Valentina mengulurkan kedua tangannya memanggil Keano. Keano terkekeh pelan, dia mematikan rokoknya lalu menindih tubuh Valentina. Saat Valentina hendak mencium bibir Keano sang empu menjauhkan kepalanya membuat Valentina mengernyit kesal. "Aku sangat mencintaimu." Bisik Keano lalu ia mulai memagut bibir Valentina. Mereka saling melumat dan menghisap dengan lembut, saling bertukar saliva. Kedua mata mereka terpejam karena menikmati rasa manis dari ciuman mereka. Valentina tersenyum kecil saat Keano mengetuk giginya menggunakan lidah. Valentina membuka mulutnya dan membiarkan lidah sang suami menguasai mulutnya, memenuhinya dengan saliva dan bergulat lidah dengan miliknya. Mereka tertawa kecil bersamaan saat tak sengaja Keano menggigit lidah Valentina cukup keras. Keano menjulurkan lidahnya dan dihisap rakus oleh sang istri. Keano menjauhkan kepalanya, membuat sang istri kecewa. Lidah mereka saling menggelitik tanpa bibir yang menyentuh. Keano menggigit lidah Valentina, menariknya keluar kemudian menghisapnya rakus dan cukup lama membuat mata Valentina setengah terpejam merasakan nikmat. Valentina terengah karena tubuhnya terasa sangat panas ingin disentuh. Keano kembali menyatukan bibir mereka, saling melumat dengan kasar dan berantakan. Keano menekan bibirnya untuk memperdalam ciuman mereka. Keano meraba belahan kaki Valentina. Valentina meremas bisep Keano saat sang suami mulai menyentuh belahan kakinya. Keesokan paginya Valentina terbangun lebih dulu, dia membuka matanya dengan cepat saat merasakan dekapan seseorang. Namun ia seketika ingat malam panas mereka semalam, Valentina tersenyum kecil mengingat hubungan mereka saat ini yang bukan hanya sekedar suami-istri bohongan. Walau mereka tidak mendeklarasi sebuah status namun mereka cukup tahu jika mereka saling memiliki dan akan tetap bersama hingga waktu yang lama. Valentina mendongak menatap wajah tampan Keano yang tertidur tenang. ia tersenyum bahagia saat menyadari jika pria di depannya ini begitu mencintainya. "Ahh, aku tidak pernah sebahagia ini sebelumnya. "Valentina memeluk erat tubuh Keano. Keano membalas pelukan Valentina, mengeratkan pelukannya membuat Valentina terkejut karena mengira Keano masih tidur. "Good morning Sweetheart." Keano mengecup bibir Valentina dengan lembut dan dibalas oleh Valentina. "Good morning, Hubby." Valentina tersenyum kecil lalu menyembunyikan wajahnya di d**a bidang Keano. Keano tersenyum hangat. ia mengelus punggung telanjang Valentina dengan lembut. la tak menyangka jika saat ini perasaannya sudah terbalas-walau Valentina hanya mengatakan menyukainya namun Keano cukup senang dengan hal itu. "Aku sangat mencintaimu." Ujar Keano sembari mengecup dahi Valentina. Hati Valentina menghangat mendengarnya, ia mendongak mengelus garis rahang Keano yang tegas. Sang pria menatap wajah manisnya dengan tatapan penuh cinta, Valentina menatap mata Keano dan dengan cepat memutuskannya karena jantungnya berdebum dengan gila-gilaan. "Lalu apa yang kita lakukan sekarang?" Tanya Valentina meminta kepastian dengan cepat. Keano mengangkat kedua alisnya dengan wajah terkejut ia terdiam sesaat mencerna pertanyaan yang keluar dari mulut istrinya. "Apa maksudmu Sayang? Aku tidak mengerti. Coba jelaskan." Keano tak ingin salah mengartikan. Valentina menghela napasnya panjang, ia mendekatkan wajahnya dengan wajah Keano lalu melumat singkat bibir Keano yang kering. "Aku takut kau bersama orang selain diriku." Valentina berkata apa adanya. Jujur saja Valentina merasa tidak percaya dan mengingat pesona sang suami begitu luar biasa, banyak yang ingin bersama pria tampan itu. Dan Valentina cukup takut jika suatu saat Keano akan memilih orang lain sebagai miliknya. "Kau meragukan cinta ku?" Tanya Keano sembari mengelus alis Valentina. Valentina terlihat bingung mengutarakan perasaannya. "Aku hanya takut kau tiba-tiba memilih bersama dengan orang lain, mengingat hubungan kita yang masih terbilang abu-abu." Ujar Valentina dengan putus asa. Keano tertawa renyah mendengar kekhawatiran Valentina, ia pun bangkit kemudian menuju wardrobe miliknya. Lalu ia mengambil cincin berlian miliknya, ia kembali ke kamar dan memasangkan cincin tersebut di jari manis Valentina. "Ingin menikah dengan ku secara resmi?" Tanya Keano tanpa pikir panjang, meski pernikahan mereka juga sudah sah pada awalnya. Apa yang harus Keano pikirkan? la tak mungkin membuang waktu setelah mengetahui Valentina mempunyai ketertarikan kepadanya dan melihat kekhawatiran istrinya tersebut. "Jangan bercanda." Valentina meninju d**a bidang Keano dengan pelan. Keano mengungkung tubuh Valentina, melakukan push up beberapa kali sembari mengecupi bibir Valentina.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD