Valentina berjalan kesulitan menuruni tangga karena miliknya terasa perih la melihat Keano sudah berada di meja makan, ia menatap datar Keano yang terlihat menahan tawanya melihat cara ia berjalan yang aneh.
"Hentikan tawamu atau kupotong milikmu sialan!" Umpat Valentina sembari menunjuk-nunjuk wajah Keano.
Dengan cepat wajah Keano berubah menjadi datar. la mengambilkan lauk di atas piring Valentina sekaligus menuangkan air putih untuknya.
"Istirahat saja di rumah. Biar aku yang mengerjakan tugasmu." Ujar Keano sembari menatap lembut Valentina.
Valentina menggelengkan kepalanya pelan, dia makan dengan lahap bahkan ia memakan lauk yang tersisa walau tanpa nasi Keano tersenyum menatap Valentina. ia sangat bahagia karena sudah memiliki Valentina.
"Aku wanita tangguh. Jangan memperlakukan aku seperti wanita lemah." Peringat Valentina sembari bersendawa kecil.
Dia pun berdiri dan segera keluar rumah diikuti oleh Keano. Mereka berangkat ke perusahaan menggunakan mobil yang sama. Keano yang mengemudi mobilnya dengan santai.
Valentina menyalakan radio di mobil sembari bermain game di ponselnya. Keano melirik kecil ke arah Valentina, melihat beberapa helai rambut Valentina terlihat menutupi dahinya la merapikan rambut Valentina agar terlihat rapi.
"Kau sangat cantik dan juga manis." Puji Keano sembari mengelus pipi tirus Valentina.
Valentina berdehem kecil sembari melirik Keano melalui ekor matanya. la meletakkan ponselnya lalu menatap ke arah Keano dengan serius, la hendak berkata sesuatu namun Keano menarik tengkuknya dan melumat pelan bibirnya.
"Yaakk!!" Valentina mengusap bibirnya dengan pelan lalu kembali menghadap ke depan karena salah tingkah.
Keano mendengus geli melihat sikap malu-malu istrinya. Mereka pun sampai dan Keano segera mendekati Valentina kemudian merengkuh pinggangnya. Valentina berusaha menyingkirkan tangan Keano namun yang lebih tua semakin memeluk erat pinggangnya.
"Kau menggelikan." Valentina memicing tajam ke arah Keano.
Keano mengendikkan bahunya acuh, mereka menjadi bahan tontonan para pegawai lainnya. karena pemandangan manis tersebut tidak pernah mereka lihat. Keano dan Valentina bersikap individualisme jika berada di perusahaan, tak pernah terlihat bersama kecuali di dalam ruangan.
Cting!
Pintu lift khusus para petinggi pun terbuka. Mereka masuk dan mereka berdiri berdampingan. Keano sudah melepaskan rengkuhannya karena ia bermain ponselnya Valentina berpindah tempat ke samping kiri Keano kemudian menggenggam telapak tangan Keano yang bebas.
Keano terdiam sesaat kemudian tersenyum kecil dan membalas genggaman erat Valentina, la terkejut saat Valentina menyenderkan kepalanya di bahu lebarnya.
"Aku mencintaimu." Ujar Valentina dengan pelan lalu ia memeluk tubuhnya dan menyembunyikan wajahnya di ketiaknya.
Keano tertawa renyah melihat tingkah menggemaskan Valentina
"Apa seorang wanita bar-bar akan malu malu seperti ini?" Tanya Keano sembari menarik telinga Valentina dengan gemas.
Valentina mendongak menatap datar ke arah Keano.
"Malu sebagian dari iman asal kau tahu. Ah tentu saja kau tidak tahu karena kau manusia penuh dosa" Cibir Valentina dengan wajah. mengejeknya.
Keano tertawa terbahak mendengar gerutuan istrinya. Dan
Valentina terdiam karena terpesona dengan wajah tampan Keano saat tertawa, ia jarang melihat sang suami tertawa lepas seperti itu.
Valentina berdiri di depan Keano lalu mengalungkan kedua tangannya di leher Keano. Sedangkan Keano memeluk pinggang Valentina dengan erat hingga tubuh mereka menempel. Keano masih tertawa dengan pelan.
"Aku suka melihatmu tertawa." Valentina tersenyum manis sembari berjinjit pelan untuk mengecup bibir Keano.
Keano membantu mengangkat tubuh Valentina lalu mereka berciuman dengan lembut. Valentina memeluk erat leher Keano dan melumat bibirnya dengan lembut. Mereka saling tersenyum saat tak sengaja Valentina menggigit lidah Keano.
Cting!!
Pintu lift terbuka dan beberapa orang di sana terlihat terkejut karena melihat direktur utama mereka dan juga istrinya sedang berciuman mesra. Keano melepaskan ciumanriya lalu menatap dingin ke arah mereka.
"What's wrong?" Tanya Keano dengan dingin.
Mereka menelan ludah dengan kasar lalu menggelengkan kepala brutal Mereka masuk kedalam dan berdiri kaku di dekat pintu.
"Kau sangat manis Sayang" Ujar Keano sembari kembali memagut bibir Valentina.
la membalik tubuhnya dan mengurung Valentina di ujung lift. Menangkup rahang Valentina dan memperdalam ciumannya.
Valentina melenguh kecil karena hisapan Keano terlalu kuat pada bibir bawahnya.
Keano mengangkat tubuh Valentina ala koala kemudian memeluk tubuhnya sebelah tangan dan menekan kepala Valentina. dengan kuat. la melumat bilah bibir Valentina dengan rakus, Valentina pun membalasnya dengan senang hati walau ia merasa kualahan.
Valentina tertawa pelan saat Keano menepuk pantatnya main-main.
la menyingkirkan tangan Keano dan menggigit lidah sang pria agar keluar la menghisap lidah Keano dengan rakus dan menelan saliva sang suami, rasanya sangat manis bagi Valentina.
Beberapa orang yang ada di sana terlihat tertekan mendengar lenguhan Valentina dan suara kecipak lidah mereka berdua. Jujur saja mereka terkejut melihat mereka melakukan hal intim seperti itu namun mereka tak dapat melakukan apapun karena tidak ingin kehilangan pekerjaan mereka.
Cting!
Pintu lift terbuka dan dengan cepat mereka ketular karena situasi sangat canggung. Sedangkan mereka berdua masih saja berciuman dengan panas tidak tahu tempat Hingga beberapa orang lagi hendak masuk ke lift mereka urungkan setelah melihat tindakan tidak senonoh mereka berdua.
"Eummh sudahh ahh." Valentina mendorong tubuh Keano dengan pelan hingga ciuman mereka terlepas.
Keano tersenyum tampan
sembari mengelus bibir Jungkook yang basah dan bengkak.
"Apa kita tidak bekerja saja? Dan bercinta seharian?" Tanya Keano tanpa beban.
Plak!
Valentina menepuk bibir Keano dengan pelan lalu turun dari gendongannya. la merapikan pakaian formalnya kemudian keluar dengan langkah kaki yang aneh.
"Istirahat tunggu aku di ruanganmu okay?" Keano menunggu kepastian dari Valentina.
Valentina mengangkat tangannya tanda menyetujui pernyataan Keano tanpa menoleh ke arahnya. Kemudian siluet Keano sudah tak terlihat dan pintu lift kembali tertutup ruangannya berada di lantai paling atas mengingat dia adalah direktur utama atau pemilik perusahaan. Sedangkan ruangan Valentina tepat berada di bawah lantai ruangan Keano.
"Dia sangat menggemaskan" Keano terkekeh pelan sembari mengusap bibirnya yang basah karena air liur Valentina.
Mereka pun bekerja dengan serius. agar pekerjaan mereka cepat dengan selesai. Hingga tak terasa jam istirahat pun datang. Keano sudah hendak pergi menemui Valentina namun terhalang oleh klien pentingnya yang harus datang secara mendadak memajukan jadwal janji mereka nanti malam.
Mau tidak mau Keano berbincang dengan kliennya membahas project mereka. Sedangkan Valentina sedang merokok menunggu sang suami. hingga beberapa batang rokok sudah habis ia sesap namun sang suami tak kunjung datang. Valentina pun memutuskan untuk menyusul Keano, dan ia masuk tanpa permisi karena sekretaris Keano sedang makan siang tidak ada di tempatnya.
Cekleek..
"Pria jelek kenapa kau tama sekali?!" Valentina mengomel dan masuk sembarangan.
la terhenti saat melihat dua orang duduk di depan Keano la terlihat terkejut saat melihat salah satu dari mereka adalah seseorang yang pernah ia ajak kencan. la memundurkan langkahnya hendak pergi namun Keano lebih dulu menghampirinya dan mengajaknya ikut bergabung.
"Kenalkan, Valentina." Keano mengecup lembut pipi Valentina.
Valentina menjabat tangan mereka dengan singkat hingga pria tersebut menahan tangan Valentina cukup lama, memberi remasan cukup kuat dengan elusan menggoda pada telapak tangannya.
"Ah, ternyata kau sudah bersama Tuan Keano." Ujar pria tersebut yang merupakan sekretaris dari klien Keano.
"Kau mengenalnya?" Keano sembari menaikkan sebelah alisnya.
"Kami beberapa kali berkencan, Tuan Keano." Jawabnya dengan senyuman bangganya, tidak mengerti jika Valentina adalah istri Keano.
Wajah Keano seketika berubah menjadi datar, ia menarik pinggang Valentina agar duduk mereka lebih dekat Keano membahas project mereka dengan cepat dan membuat keputusan.
"Selamat bekerjasama dengan Anda Tuan Mark." Ujar Keano sembari memeluk singkat kliennya.
"Saya pun begitu Tuan Keano. Saya tunggu perkembangan nya" Tuan Mark membalas pelukan Keano.
Giliran sekretaris Tuan Mark yang hendak memeluk Valentina namun dengan cepat Keano menyembunyikan tubuh Valentina di belakang tubuhnya. Keano menjabat sekretaris tersebut dengan genggaman yang sangat kuat membuat wajah pria itu pucat. Keano memeluk pria tersebut dengan paksa.
"Jangan menyentuh milik Keano. Atau nyawamu yang menjadi taruhan." Bisik Keano di telinganya dengan menguatkan remasan tangannya.
Krkk!
Sepertinya jari tulang pria tersebut bergeser. Valentina tersenyum kecil melihat betapa posesifnya sang suami, mereka pun pulang dan Valentina segera memeluk tubuh Keano dengan erat.
"Kau cemburu?" Tanya Valentina
sembari mengecupi pipi Keano.
"Tentu. Yang lalu biarlah berlalu, namun saat ini kau milikku Sayang Hanya aku yang dapat menyentuhmu." Keano mengangkat tubuh Jungkook kemudian Valentina ke sofa.
Valentina duduk di pangkuan Keano, mereka saling mengecup bibir dengan main-main. dan melempar mereka senyuman bahagia.
"Selama ini-apa kau mempunyai pikiran m***m terhadap tubuhku?" Tanya Valentina penasaran.
Keano membuka mulutnya tidak percaya mendengar pertanyaan istrinya la memeluk erat pinggang Valentina kemudian mengusakkan wajahnya di ceruk leher Valentina, menjilatinya dengan pelan dan menghisapnya kuat meninggalkan bekas keunguan.
"Jawab aku." Ujar Valentina sembari menarik surai Keano agar menatapnya.
"Setiap saat ketika aku berkencan dengan orang lain maka namamu yang selalu keluar dari mulut ku. Puas?" Keano berdecih pelan.
Valentina tertawa mendengar
jawaban Keano, ia memeluk tubuh atletis sang suami dengan erat. Menyenderkan kepalanya malas di bahu Keano sembari mengecupi leher kokoh Keano.
"Aku tidak tahu kapan mulai tertarik kepadamu. Yang jelas sejak di mana kau menghilangkan kesucian ." Valentina mendengus geli.
Keano tertawa mendengarnya, ia memeluk erat tubuh Valentina
dengan gemas. Menggerakkan nya ke kanan dan ke kiri dengan santai.
"Cinta ku kepadamu tak dapat diukur Baby. Sangat besar bahkan melebihi cinta ku untuk diri sendiri. Kau adalah separuh hidup. Ku." Ujar Keano dengan lembut.
Valentina mengangguk pelan dengan senyuman harunya.
"Aku tahu. Terima kasih sudah mencintaiku Hubby." Ujar Valentina dengan menegakkan tubuhnya.
Menangkup wajah Keano
kemudian mengecupi bibir Keano dengan lembut.
Cup cup cup.
"Aku suka bibirmu. Sangat manis dan lembut." Valentina menggigit bibir bawah Keano lalu menghisapnya dengan rakus.
Keano hanya diam dan membiarkan bibir bawahnya bengkak dan memerah karena hisapan si kesayangan.
Tilulit tillit tilulit.
Keano mengangkat tubuh
Valentina ala koala karena Valentina tak kunjung selesai menghisapi bilah bibirnya secara bergantian Keano duduk di atas kursi kerjanya sembari mengangkat panggilan tersebut. mengaktifkan pengeras suaranya.
"Hm?" Jawab Keano dengan pelan.
Valentina melepaskan hisapannya.
la memasukkan jarinya kedalam mulut Keano lalu menarik lidah sang suami agar keluar. Keano menjulurkan lidahnya dan dengan
cepat Valentina menghisapnya, menggoyangkan tubuhnya pelan.
"Nanti malam kau ada acara? Aku merindukan Keano. Kencan dengan aku, ok?" Suara Sasa terdengar dengan nyaring.
Wajah Keano berubah menjadi pucat, Valentina melepaskan lidah Keano dan menatap ke arah ponsel Keano. Valentina mengambilnya dengan kasar.
BRAAAK!! Pyaar!!
Valentina membanting ponsel
Keano dengan kuat ke arah lantai
hingga pecah berkeping-keping.
"Wanita sialan itu!" Valentina menggeram marah dengan rahang yang mengeras.
Dengan cepat Keano mengelus pipi Valentina kemudian memeluknya erat untuk menenangkannya.
"Ssttt Baby. dia belum tahu jika kita sudah bersama. Aku akan memberitahunya nanti." Jelas Keano dengan lembut.
Valentina mendongak ke arahnya dengan tatapan tajamnya. Valentina menaikkan sebelah alisnya seakan menantang Keano.
"Baiklah sekarang Sayang." Keano mengecup singkat bibir Valentina talu mengambil ponselnya yang lain. Dengan cepat ia menghubungi Sasa, Valentina memeluk erat
tubuh Keano dengan posesif. la
mengalihkan panggilan Keano ke
panggilan video.
Klik.
"Yaak! Dasar i***t! Aku belum selesai berbicara kau tahu!" Sasa terlihat kesal. Keano hendak berkata sesuatu namun Valentina mengarahkan ponselnya ke arah mereka berdua. Sasa membulatkan matanya dengan lebar saat melihat Valentina melumat bibir Keano dengan
menuntut.
Keano menyeringai kecil sembari menatap ke arah ponsel ia membatas ciuman agresif Valentina dengan semangat.
"b******k! Bocah sialan! Lalu aku harus berkencan dengan siapa sekarang?" Sasa berteriak kesal.
Valentina melepaskan ciumannya dan mengecup sayang bibir Keano, la menatap dingin ke arah Sasa
"Pria berbatang di dunia ini bukan
hanya dia." Ujar Valentina dengan
merotasi bola matanya malas.
la kembali mengalungkan tangannya di leher Keano dan mengecupi rahang tegas Keano dengan mesra. Valentina tersenyum lebar ke arah Sasa sembari menaik turunkan alisnya senang.
Sasa mendengus kasar namun tak lama bibir Sasa bergetar dan melengkung ke bawah.
"Hiks .. b******k! Kau sudah mendapatkannya-haaaa!!!" Sasa menangis dengan keras membuat Valentina terkejut.
Keano tersenyum sendu menatap sahabatnya yang menangis bahagia karenanya. Valentina menatap Keano yang terlihat begitu menyayangi Sasa bukan sebagai pria yang menarik melainkan sebagai seseorang yang berarti baginya.
"Terima kasih Sasa sudah menjadi sandaranku selama ini." Ujar Keano dengan kedua mata yang berkaca-kaca.
Sasa semakin sesenggukan, ia mengangguk beberapa kali dengan semangat la menghapus air matanya berulang kali namun tetap saja air matanya kembali mengalir.
"Hiks hiks-hei bocah sialan! J-jangan menyakiti pria m***m itu eum? Hiks .. hiks ..aku akan merebutnya darimu jika kau membuatnya kecewa. Hiks hiks." peringat Sasa kepada Valentina.
Valentina melihat kasih sayang yang besar di mata Sasa, sama seperti tatapan mata sang suami. la pun tersenyum kecil sembari
mengangguk pelan.
"Hm. Cukup pukul aku seperti waktu itu untuk menyadarkanku jika aku terlalu dalam menyakitinya." Ujar Valentina sembari menyenderkan kepalanya di bahu Keano.
Keano mengerjap dengan cepat menghalau air matanya menetes. la mengelus kepala Valentina lalu. mengecup dahinya dengan sayang.
"Kau tetap sahabatku. Kemarilah jika butuh sesuatu, kecuali berkencan." Keano mengedipkan sebelah matanya ke arah Sasa.
Sasa berdecih pelan sembari mengusap ingusnya la pun melakukan melempar cium jauh ke arah mereka kemudian melambaikan tangannya dengan semangat.
"Cepat buatkan aku keponakan yang banyak!" Teriak Sasa kemudian memutuskan panggilan.
Suasana seketika menjadi hening.
teriakan Sasa yang terakhir kali masih berputar di telinga mereka.
"Sayang." panggil Keano dengan
pelan.
"Hm?" Sahut Valentina dengan gugup.
"Apa kita harus mewujudkan keinginan Sasa?" Tanya Keano sembari mulai mengelus p****t Valentina.
Sraak!
Dengan cepat Valentina berdiri dari pangkuan Keano kemudian berjalan keluar.
"Perutku lapar. Ayomencari makanan." Ujar Valentina dengan cepat sembari keluar lebih dulu.
Keano tertawa geli melihat Valentina yang salah tingkah la pun menyusul si kesayangan untuk mencari makan siang bersama.
"Ayo cepat!" Valentina menarik tangan Keano dengan sekuat tenaga agar bangun.
Ini akhir pekan dan Valentina sudah meminta bantuan Keano untuk bertanding dengannya. untuk mengasah kemampuan bela dirinya. Keano tak bergerak sama sekali.
ia mendengkur cukup keras karena memang ia masih mengantuk "Pria pemalas! Ayo cepat! Ini sudah siang." Valentina duduk di atas perut Keano dengan wajah lelahnya.
la memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di atas tubuh Keano, ia tersenyum kecil saat mencium aroma jantan dari tubuh sang suami la mengusakkan pipinya di d**a bidang Keano yang hangat.
"Tidur saja." Keano memiringkan tubuhnya hingga tubuh Valentina terjatuh kesamping.
la memeluk erat tubuh Valentina dan melilit tubuh Valentina dengan kakinya. la menekan kepala Valentina ke lehernya dan melanjutkan tidurnya kembali.
"Dasar idiot." Gumam Valentina dengan mencebik kesal.
la membalas pelukan Keano dan ikut memejamkan matanya walau ia sudah menggunakan pakaian olahraganya. Keano tersenyum kecil saat mendengar dengkuran halus istrinya. Mereka pun tidur bersama hingga siang hari.
Keano bangun lebih dulu kemudian mandi agar tubuhnya lebih segar la memakai pakaian olahraganya kemudian membangunkan Valentina.
Plak plak.
Keano menampar p****t Valentina dengan cukup keras kemudian menarik selimutnya dari tubuh Valentina.
"Ayo kita pergi Sayang" Ujar Keano sembari menarik pelan kaki Valentina.
Valentina bangun dengan mudah, ia mengusap matanya dan dengan cepat Keano menahannya.
"Nanti iritasi. Cepat cuci wajahmu, kita makan siang di luar saja." Keano membantu Valentina berdiri.
Valentina berjalan ke kamar mandi lalu membasuh wajahnya dengan air kemudian menghampiri Keano yang sudah menunggunya di bawah. Valentina bersiul menggoda saat melihat Keano memakai kaos tanpa lengan lalu celana pendek longgar sepaha.
"Aw, so sexy-" Valentina menaik turunkan alisnya dengan menggoda.
Keano mendengus kasar, ia memeluk tubuh Valentina lalu melumat singkat bibirnya. Valentina pun membalas tumatan Keano kemudian mereka menuju markas setelah makan siang di suatu tempat.
Mereka sampai di markas dan anak buah Keano yang berlalu lalang tak lupa membungkuk sopan ke arah mereka berdua. Keano merengkuh pinggang Valentina dengan mesra membuat mereka semua terheran heran akan pemandangan yang langka tersebut. Ini pertama kalinya mereka melihat suami istri tersebut terlihat mesra dan akur.
Keano menghampiri sahabatnya yang baru saja keluar dari ruangan kerjanya, dan sosok terlihat terkejut melihat Keano dan Valentina.
"Siapkan ring pertandingan untukku dan Valentina" Ujar Keano sembari menepuk pundak sahabatnya sekilas.
Sosok pria itu mengangguk mengerti dan mereka pun menuju ruangan pribadi Keano. Sahabat Keano menatap mereka berdua dengan intens karena tidak biasanya mereka terlihat mesra. la terlonjak kecil karena terkejut saat melihat Valentina tertawa kecil dan mengecup bibir Keano.
"Apa aku mimpi?" Beo sosok tersebut dengan bulu kuduk yang merinding.
la pun menggelengkan kepalanya brutal dan segera menuju ruang untuk tanding, la harus mengusir anggota lainnya yang sedang berlatih di sana dan membersihkannya lebih dulu karena Keano menyukai kebersihan.
"Haish, hentikan!" Valentina memekik kesal.
Pasalnya Keano tak berhenti mengecupi pipi Valentina yang mana mengganggu si manis yang sedang bermain game. Keano menumpukan dagunya di bahu Valentina, tersenyum lebar dengan perasaan berbunga la benar-benar bahagia karena sudah mendapatkan Valentina hati dan juga tubuhnya?
Cup cup.
Keano kembali mengecup pipi Valentina membuat sang empu menghembuskan napasnya kasar. la menatap tajam Keano dengan kedua mata yang menyipit.
Cup cup cup.
Keano kembali mengecupi bibir Valentina dan kedua pipinya.
"Biarkan aku bermain sebentar kumohon." Valentina menendang kesal kaki Keano.
"Kenapa? Itu hanya sebuah kecupan Baby. Kau terangsang karena kecupan ku?" Tanya Keano tidak tahu diri.
Valentina menatap Keano dengan tidak percaya, ia pun menarik rambut Keano dengan kasar lalu pindah ke sofa yang lain.
"Terangsang apanya! Kau membuatku tidak fokus bermain!" Teriak Valentina dengan kesal. Keano mendengus kasar, ia pun berbaring dan menghubungi sahabatnya untuk bertanya apa sudah selesai dan ternyata sudah selesai. la berdiri dan menyita ponsel Valentina dengan cepat.
"Yaak-mmpph!!"
Tanpa berkata apapun Keano
menarik tangan Valentina lalu
Keano membungkam bibir Valentina dengan telapak tangannya.
melempar ponsel Valentina ke sofa la membawa Valentina ke tempat latihan.
"Akhirnya aku dapat melawanmu." Valentina menaikkan dagunya sombong.
Keano berdecih pelan. merangkul bahu Valentina kemudian menarik kepala Valentina agar mendekat.
"Oh, itu bukan berarti kemampuanmu lebih dari cukup Baby. Hanya saja sekarang kau bukan sekedar istriku, jadi tak apa memberi keistimewaan." Keano mengecup gemas bibir Valentina.
Valentina menukik alisnya tajam, ia terlihat tidak suka mendengar perkataan Keano. Itu cukup membuatnya tersinggung karena memang dia belum berhasil melawan bawahan Keano di saat pria itu mengalami insiden terdahulu, namun ia langsung melawan sang suami yang kemampuan bela dirinya sudah sangat handal.
"Dan semuanya tidak gratis Sayang." Lanjut Keano membuat Valentina terperangah.
"Cukup bayar dengan milik mu." Keano meremas kuat p****t Valentina membuat sang empu meloncat menjauhinya.
"Kau benar-benar m***m b******n. sialan b******k!" Valentina mengumpat dengan ringannya.
Valentina berjalan lebih dulu meninggalkan Keano yang menggelengkan kepalanya sembari terkekeh pelan la melihat sahabat sang suami yang berjalan berlawanan arah dengannya, pria itu berhenti dan membungkuk sopan ke arah Keano hingga Keano melewatinya.
Klik.
Keano masuk kedalam ruangan dan melihat Valentina sudah
melakukan pemanasan. Keano pun melakukan hal yang sama sembari menatap intens ke arah Valentina, tatapan matanya benar benar penuh cinta Valentina sadar jika sang suami memandanginya namun ia berusaha tak menatap karena jantungnya tidak baik-baik saja.
"Sayang." Panggil Keano dengan suara huskynya yang menggema.
Dengan malu-malu Valentina
menatap ke arah Keano. panggilan manis itu selalu berhasil membuat Valentina ingin melebur menjadi minyak tanah.
"Kenapa?" Tanya Valentina dengan suara yang tercekat.
la benar-benar salah tingkah namun ia berusaha untuk biasa saja.
"Lepas sepatumu." Keano menunjuk ke arah sepatu Valentina yang sedikit berhak tinggi.
Valentina melepasnya lalu melemparnya sembarangan,
Keano menghampiri Valentina dan membuat Valentina terlihat gugup. Keano tertawa renyah melihat wajah gugup Valentina yang menurutnya lucu.
"Tenang saja. Aku tidak akan melakukannya di sini." Gurau Keano membuat Valentina
semakin malu.
Valentina menahan tubuh Keano agar jaga jarak dengannya. la menatap serius ke arah sang suami.
"Bisakah kau berhenti menatapku dengan tatapan seperti itu?" Valentina menggerakkan kepala Keano agar menoleh ke samping.
Valentina pun berlari menuju ke lemari penyimpanan perlengkapan untuk keamanan. Keano tertawa pelan kemudian ia naik menuju ring pertandingan, ia tak memakai pakaian pelindung karena ia hanya menghadapi pujaan hatinya yang bukan tandingannya la melepas kaosnya dan menyender ke batas ring menunggu sang pujaan hati bersiap.
Valentina naik ke atas ring dan memasang kuda-kuda. Keano menggerakkan dua jarinya memanggil Valentina agar mendekat dengan seringaian sexynya.
"Sudah kubilang jangan menatapku seperti itu sialan!" Valentina menggeram marah.
la menghampiri Keano lalu melayangkan kepalan tangannya namun Keano menghindar dengan mudah. Valentina terlihat terkejut karena Keano dengan mudah menghindar la mencoba melakukan tendangan tipuan dan Keano kembali menghindar dengan mudah.
"Ayo Sayang." Keano memasukkan kedua tangannya di saku celana sembari mengitari ring. Valentina mendengus kasar, la kembali meninju Keano namun tak berhasil.
BUGH!
Valentina melongo saat Keano menendang kepalanya dengan
mudah.
"Yaaak!!" Valentina berteriak marah Keano tertawa melihat wajah kesal Valentina, ia melangkah maju kemudian menendang perut Valentina dengan kuat.
Bruk!!
Tubuh Valentin terpental jauh
hingga mengenai ring pembatas. Tubuhnya memantul dan terjatuh
dengan wajahyang pertama
mencium lantai ring.
Sraak!
Keano menarik kuat surai Valentina agar kembali berdiri, lalu tanpa aba-aba dia memukul kuat rahang Valentina hingga kehilangan keseimbangannya ia menendang perut Valentina dua kali hingga sang empu terjatuh dan memuntahkan darah.
Uhuk! Uhuk!
Valentina kesakitan
sembari mengerang meremas perutnya.
"Akh." Valentina meringkuk.
Keringat dingin membasahi
wajahnya, Keano mengernyit
bingung melihat reaksi Valentina yang sedikit berlebihan. Pasalnuhal seperti ini sudah terlampau biasa bagi istrinya.
"S-sakit akh-" Napas Valentina tersenggal dengan wajah yang memerah.
Dengan cepat menghampiri Valentina.
BRAAKK!!
Valentina melilit leher Keano menggunakan kedua kakinya lalu membalik tubuh Keano dengan cepat. Valentina menduduki tubuh Keano yang tengkurap dengan
cepat, mengapit tehernya dengan kuat dan mengunci tubuh Keano menggunakan kakinya agar tidak dapat melawan.
"Argh-" Keano berusaha membalik posisi tubuh Valentina namun tak bisa.
Wajah Valentina sangat merah karena ia mengeluarkan seluruh tenaganya untuk mengunci tubuh besar sang suami.
Bugh! Bugh!
Keano memukuli lantai ring dengan brutal sembari berusaha melepaskan lengan Valentina yang ada di lehernya. Kepalanya mendongak karena tarikan dari apitan lengan Valentina.
"Kau menyerah heh?!" Tanya Valentina dengan suara bergetar karena ia sudah mencapai batas kekuatannya.
Keano mengangkat tangannya dengan cepat dan Valentina melepaskannya lalu ia berbaring di samping Keano dengan terengah.
Uhuk! Uhuk! Uhuk!
Keano terbatuk dengan kuat, ia mengelus lehernya yang terasa perih karena Valentina.
"Akh perutku sakit." Valentina
merintih pelan. Keano segera mendekat dan menaikkan kaos Valentina, ia melihat memar pada perut Valentina akibat tendangannya.
"Kemari Sayang." Keano
menggendong tubuh Valentina ala bridal dan membawanya turun.
la membaringkan Valentina di sofa lalu ia menyemprotkan cairan untuk mengurangi rasa nyeri dan mengurangi luka memar Valentina
terlihat lebih tenang dan mengerjap pelan.
"Sangat sakit?" Tanya Keano sembari membersihkan darah di bibir Valentina.
Valentina menggelengkan kepalanya pelan, perutnya hanya sedikit nyeri dan membuatnya mual karena tendangan Keano yang terlalu kuat.
"Maafkan aku." Keano
mengelus pipi Valentina dengan lembut. Valentina tertawa pelan sembari menggelengkan kepalanya. menarik tubuh Keano agar ikut berbaring di sampingnya. Lalu ia memeluk tubuh Keano dengan manja.
"Aku mencintaimu." Bisik Valentina sembari mengeratkan pelukannya.
Keano tersenyum kecil dan mengecup sayang dahi Valentina.
"Aku lebih mencintaimu Sayang. Maafkan aku karena sudah melukaimu." Keano mengelus perut Valentina dengan lembut.
Jujur saja Keano mempunyai kekhawatiran tersendiri mengenai Valentina, ketika latihan seperti ini dia tak bisa main-main dan berpura-pura lemah di depan Valentina. Karena ia ingin Valentina benar-benar dapat
berlatih dengan sungguhan. la ingin Valentina dapat melindungi dirinya sendiri, ia ingin Valentina menjadi lebih kuat darinya agar suatu saat ketika Keano pergi meninggalkannya ia akan tenang. Bagaimana pun Valentina akan menjadi penerusnya jika Tuhan memanggil nyawanya lebih dulu.
"Hubby ..." panggil Valentina dengan pelan.