Abi membulatkan matanya dan mulutnya menganga mendengar ucapan Rasha. Detak jantungnya berpacu dengan cepat, berharap apa yang lelaki di hadapannya ucapkan hanya omong kosong atau berniat menjahilinya.
“A-apa ma-maksudmu?” tanya Abi terbata.
Rasha menatap Abi tajam dan berdehem. “Aku butuh dirimu terutama rahimmu untuk menerima donor benih milikku sampai anak itu lahir,” ucap Rasha.
“Dan itu artinya hidupmu ada dalam pengawasankumu hamil, setelah anak itu lahir, aku baru membebaskanmu termasuk kembali pada kehidupanmu sebelumnya,” kata Rasha.
“Tiiidaaaakk!” jerit Abi cepat dan menggelengkan kepalanya cepat.
Mimpi apa dia semalam atau selama ini dia melakukan dosa apa sampai dia jadi penampung benih laki-laki dan harus hamil anaknya tanpa ikatan pernikahan atau rasa saling mencintai.
“Ini bukan penawaran, kamu cukup menerima saja, tidak ada negosiasi,” ucap Rasha santai saat mendengar jeritan Abi.
“Aku bukan wanita seperti itu, kenapa kamu memilihku untuk menampung benihmu, aku tidak mau menikah denganmu!” sentak Abi.
Rasha mengerutkan dahinya, sepertinya wanita ini salah paham mengenai tujuannya tapi memang masuk akal, semua orang akan berpikir jika punya anak dengan menikah tapi sepertinya dia lupa menyampaikan satu informasi.
“Aku tidak berniat menikahimu, juga jangan berpikir aku akan melakukan hal yang aneh-aneh padamu,” kata Rasha cepat.
Abi menggeleng tak percaya.
“Ga usah pura-pura, gimana caranya kamu punya anak kalo kamu ga melakukan hal yang biasa dilakukan pasangan pria dan wanita sekaligus status hukum anak itu bagaimana jika kita tidak menikah,” celetuk Abi.
Rasha menaikkan satu sudut bibirnya sepertinya memang wanita di hadapannya ini tak biasa, tak bisa disepelekan begitu saja. Rasha tidak pernah berpikir soal status hukum anak yang nanti jadi pewarisnya tapi Abi sudah memikirkannya. Hal yang luar biasa untuk orang asing.
Rasha berdiri mendekati Abi membuat wanita itu berteriak histeris karena takut jika dia diperlakukan kurang ajar oleh Rasha. Lelaki itu sampai mengorek telinganya karena suara keras Abi.
“Kita akan inseminasi, berisik!” bentak Rasha membuat Abi diam dan mengerjapkan matanya menatap Rasha tak percaya.
“Inse- apa?” tanya Abi meminta Rasha mengulang ucapannya.
Rasha menghela napas, “IUI, intrautine insemination. Kamu bisa pelajari sendiri di internet,” kata Rasha meninggalkan Abi.
Wanita itu sedikit bernapas lega tapi dia ingat jika dirinya tak bisa mengakses internet di sini, Abi langsung berteriak memanggil Rasha.
“Laki-laki Angkuh, tunggu!” panggil Abi keras.
Rasha menghentikan langkahnya dan berbalik sambil menatap Abi tajam.
“Apa? Aku kan memang tak tahu namamu jadi jangan salahkan aku memanggilmu begitu,” ucap Abi polos.
Rasha menghela napas enggan membalas ucapan itu dan berbalik meninggalkan wanita itu begitu saja tapi Abi kembali memanggilnya.
“Aku belum selesai bicara, kamu kan tahu tidak ada internet di sini bagaimana aku tahu apa itu IUI atau inseminasi apa tadi,” kata Abi polos.
Rasha ingat jika dia membatasi akses internet untuk Abi, jika rasha memberika akses internet, Abi bisa membocorkan rencana ini kepada banyak orang, bukan masalah reputasinya tapi keselamatan bayinya yang penting.
Rasha tak menjawab dan membuka pintu, dia menoleh dan menggerakkan kepalanya meminta Abi untuk keluar. Wanita itu membuka selimutnya dan turun dari ranjang tapi Rasha ingat jika pakaiannya berantakan.
“Lima menit. Aku tunggu di luar, ganti pakaianmu!” perintah Rasha dengan penekanan.
Abi menunduk melihat kondisi pakaiannya yang terekspos sana sini dan Rasha menutup pintunya keras sampai Abi terlonjak kaget.
“Dasar, dia itu lelaki macam apa sih kenapa dingin sekali dengan wanita. Anehnya, kenapa banyak wanita menyukai dan mengidolakannya, kayanya mereka ga tau tabiat aslinya, tukang culik,” gerutu Abi sambil berjalan menuju walk in closet.
Rasha duduk di sofa single yang ada di ruang tengah, sampingnya ada Digga dan Sergy duduk bersebelahan sedangkan Abi di hadapan mereka yang sudah berganti pakaian dan terlihat seolah dia akan diadili.
Abi memperhatikan dua orang pria yang ada di samping Rasha. Sekilas ekspresi mereka nampak sama saja dengan Rasha memiliki aura yang menyeramkan tapi Rasha masih menempati urutan pertama aura paling menyeramkan terutama sorot mata itu.
“Mereka asisten dan pengawal pribadiku, tak perlu menatapnya seperti itu,” ucap Rasha seakan tahu apa yang dipikirkan Abi.
Abi menelan ludahnya dan meatap Rasha curiga.
“Apa kamu bisa membaca isi pikiran orang?” tanya Abi polos membuat dua orang kepercayaan Rasha menaikkan alis mereka.
Rasha menoleh ke arah Digga dan asistennya itu menyodorkan sebuah map kepada Abi.
“Ini adalah surat perjanjian antara Nona Abi dan Tuan Yevara, silahkan dibaca terlebih dulu dan dipahami,” ucap Digga.
Abi membuka surat perjanjian sebanyak lima lembar. Dia tak berniat membacanya dan meletakkannya begitu saja.
“Apa ada pilihan untukku?” tanya Abi terlihat arogan membuat Rasha mengerutkan dahinya.
“Hidup atau mati,” jawab Rasha singkat membuat dua orang kepercayaannya menatapnya tak percaya sedangkan Abi langsung pucat mendengar itu.
“Maksudku apa ada pilihan untukku menolaknya, jika memang kamu butuh orang untuk menampung benih milikmu, aku bisa membantumu mencarikannya dan aku janji rahasia ini akan aku bawa sampai mati,” ucap Abi sambil mengacungkan tangannya khas orang berjanji.
Rasha berdecak keras.
“Aku tidak memilih sembarang wanita untuk melakukan hal itu,” kata Rasha cepat.
“Lalu kenapa kamu memilihku, aku masih ingin melakukan banyak hal tidak ingin berada dalam pengawasanmu dan hidup dalam aturanmu, aku ingin bebas, apalagi hamil anakmu,” sahut Abi cepat tak mau kalah.
“Bukankah kamu bilang kalau kamu ingin punya anak tapi tak ingin menikah, jadi aku membantumu mewujudkannya dan kita memiliki misi yang sama,” ucap Rasha.
Abi terkejut karena Rasha bisa tahu soal pembicaraan itu dengan teman-temannya.
“Ba-bagaimana kamu bisa tahu soal itu?” tanya Abi terbata.
Rasha mendekatkan tubuhnya dan menaikkan sudut bibirnya.
“Aku harus memiliki pewaris Sandr dalam waktu satu tahun, tapi aku tidak ingin menikah dengan wanita di luar sana yang serakah,” kata Rasha sambil berdiri membuat dia tampak tinggi menjulang.
Abi terhenyak dengan ucapan Rasha dia tak menyangka jika lelaki yang jadi idola wanita juga tidak ingin menikah tapi dia memiliki kewajiban menghasilkan keturunan.
Rasaha berjalan ke tepi jendela sambil memasukkan tangannya dalam kantong celana dan tatapannya memandang lurus ke luar jendela.
“Aku benci dengan wanita serakah yang mau menikahiku hanya karena uang, kekuasaan dan wajahku. Aku tidak percaya dengan cinta tapi mencari orang yang tulus untuk mau bersamaku, aku rasa tak ada dalam kehidupan ini,” ungkap Rasha yang membuat Abi trenyuh seakan dia paham apa yang Rasha rasakan.
“Apa ini semacam pernikahan kontrak sampai anak itu lahir dan nantinya kita akan bercerai?” tanya Abi cepat.
Rasha membalik tubuhnya dan menggeleng sambil menatap Abi.
“Sudah kukatakan sebelumnya aku tidak akan menikahimu, tidak ada hubungan antara pria dengan wanita seperti pasangan pada umumnya,” ucap Rasha melirik kepada kedua orang kepercayaannya untuk menjelaskan maksud perjanjian ini.
Sergy berdehem membuat perhatian Abi teralihkan.
“Saya akan bantu menjelaskan Nona Abi,” jeda Sergy membuat Abi bingung.
“Kalian juga tahu namaku, tapi kenapa aku tidak tahu nama kalian, ini tidak adil,” keluh Abi mendadak membuat dua orang kepercayaan Rasha saling menatap bingung dan Rasha mengangguk.
“Maafkan saya Nona, perkenalkan nama saya Sergei Imanov, Nona bisa memanggilku Sergy, saya pengawal pribadi Tuan Yevara,” kata Sergy memperkenalkan diri.
“Saya asisten pribadi Tuan Yevara, Diggory Fusnasky Nona bisa memanggilku Digga,” kata Digga.
Abi mengangguk dan tersenyum manis kepada keduanya sampai membuat dua pria itu terhenyak karena senyuman itu. Bukan karena mereka terpesona dengan senyuman itu tapi selama mereka bertemu dengan banyak wanita, baru kali ini dia melihat senyum yang tulus dan menenangkan seperti milik Abi.
Rasha berdehem membuat Sergy dan Digga kembali dengan kesadaran mereka.
“IUI atau intrauterine insemination adalah proses pembuahan yang dilakukan dengan cara inseminasi yaitu benih lelaki disuntikkan di rahim perempuan setelah melalui berbagai pemeriksaan dan dinyatakan siap,” ucap Sergy.
Abi mengerutkan dahinya membayangkan hal itu dan dia ingat soal beberapa waktu lalu dia membaca artikel di internet mengenai donor benih yang ada di berbagai negara dan baru menyadari jika bank donor itu ada di negara ini.
“Astaga, tidak mungkin,” ucap Abi kaget sampai membuat dia menutup mulutnya tak percaya.
“Jadi prosedur itu benar-benar ada,” tanya Abi kaget menatap dua orang itu.
Sergy mengangguk yakin dan Abi menghempaskan tubuhnya di sofa begitu saja.
“Aku kira itu hanya berita bohong, bahkan aku sempat merasa aneh dengan kondisi itu tapi sekarang aku malah jadi penerima,” gumam Abi masih tak percaya.
“Kehamilan normal butuh 9 bulan, proses pemeriksaan inseminasi memerlukan satu sampai dua bulan. Setidaknya 11-12 bulan kamu harus ada dalam pengawasanku,” ucap Rasha.
Abi mendongak dan menatap Rasha tak suka.
“Kan aku belum bilang kalo aku mau, kenapa kamu sudah mengaturku, Dasar tukang Paksa,” protes Abi membuat Rasha memijat keningnya lelah merasakan keluhan Abi.
“Ini perintah,” ucap Rasha tak mau kalah.
“Tapi ini keputusan yang besar, bahkan kamu tidak mengatakan tolong kepadaku untuk ini. Kamu menculikku seperti sekarang dan memaksaku melakukannya. Aku bisa melaporkanmu ke polisi karena hal ini,” ucap Abi menarik napas panjang.
“Lagipula kita tidak menikah, orang Rusia memang tidak mengenalku tapi bagaimana denganmu, semua orang tahu siapa kamu, itu pasti jadi pemberitaan media dan akan mencoreng nama baikku, saat anak itu lahir kamu mengambilnya sedangkan aku kamu buang begitu saja,” cerocos Abi.
“Lalu, semua akan menganggapku sebagai bekas wanitamu, padahal aku tidak melakukan apapun kepadamu. Astaga, membayangkannya saja memalukan untukku,” omelan Abi berlanjut bahkan lebih panjang.
Rasha menaikkan kakinya di meja membuat Abi kaget dan tubuhnya menegang.
“Aku tidak menerima penolakan Abisha, titik!” sentak Rasha dengan tatapan membunuh.
Hening.
Rasha menurunkan kakinya dan melirik Digga, asistennya itu mengeluarkan satu map lagi berisi beberapa aturan yang sudah dibuat oleh Rasha selama satu tahun ini. “Dokumen ini berisi aturan yang harus Nona Abi lakukan selama setahun,” ucap Digga dan Abi melihat lembaran dokumen yang lebih tebal dari sebelumnya.
Abi berdiri dengan muka kesal. “Aku kan sudah bilang aku tak mau melakukannya kenapa kalian masih saja memaksaku, bagaimana jika aku punya penyakit berbahaya dan program ini tidak berhasil, bukankah ini akan sia-sia,” ucap Abi berusaha untuk mengalihkan perhatian.
Rasaha memberi kode kepada kedua orang kepercayaannya untuk pergi dari sana dan melupakan apa yang Abi katakan.
“Hei, kalian mau kemana, aku belum selesai bicara,” kata Abi cepat.
Rasha menghentikan langkahnya.
“Besok jadwalmu bertemu dengan dokter di rumah sakit, jam 4 sore. Jangan coba-coba kabur, karena aku bisa menemukanmu dimanapun kamu berada,” ancam Rasha.
“Aku tidak akan tanda tangan, aku tidak akan pergi!” sentak Abi.
Rasha berbalik saat mendengar ucapan Abi seperti itu.
“Tanda tangani surat itu jangan sampai aku berbuat lebih jauh karena penolakanmu yang tak penting itu,” seru Rasha tak mau kalah.
“Aku tak peduli, aku tak takut kepadamu,” balas Abi tak kalah sengit dengan mata membulat penuh amarah.
Digga dan Sergy tak menyangka jika Abi bisa kekeuh melawan Rasha, selama yang mereka tahu tak ada satupun orang yang berani melawan kehendak Rasha, tapi sekarang seorang wanita membantah kehendak Rasha tanpa takut.
Rasha menatap Sergy tajam, lelaki itu mengeluarkan dua buah foto dan menyerahkan kepada Rasha. Pria itu berjalan mendekati Abi dan melempar ke wajah Abi membuat wanita itu kaget.
“Ini urusan diantara kita berdua, jangan sampai mereka terlibat,” desis Rasha meninggalkan Abi yang syok melihat dua lembar foto di hadapannya.
*****