B.14 Debate

1827 Words
Rasha terbelak mendengar ucapan jujur Abi dan rasanya lelaki itu ingin menyumpal mulut itu dengan tumpukan kertas di meja dokter itu. Tak ayal ucapan Abi membuat tawa dokter Varrel keluar begitu saja, sedangkan cengiran lucu muncul dari ekspresi Abi karena dia menyadari jika dia mengatakan hal terlalu jujur di hadapan dokter itu. “Astaga Nona, kamu ini lucu sekali, sepertinya memang keputusan ini dibuat atas kehendak dari Tuan Yevara seorang diri bukan dari keinginanmu juga, apa seperti itu?” tanya Varrel penuh selidik membuat Abi diam. Rasha berdehem sebelum Abi mengatakan apapun, “Cepat lakukan tugasmu tak perlu banyak bertanya dan mencampuri urusan orang lain,” protes Rasha. Varrel memulai sesi pemeriksaan dengan tanya jawab umum seputar kesehatan dan kebiasaan Abi selama ini. Rasha yang ada di sampingnya awalnya tak ingin peduli tapi samar dia mendengar jika dia masih berbagi apapun yang dia miliki dengan anak-anak panti yang membuatnya tak ingin banyak menghamburkan uang. ‘Itu memangbenar dia lakukan, apa hanya untuk pencitraan yang ingin dia tunjukkan di hadapan orang lain,’ gumam Rasha santai tapi telinganya masih mendengarkan. “Secara awam kondisi yang Nona Abi saat ini tak ada masalah, tapi kita akan tetap melakukan tes kesehatan secara menyeluruh untuk mengetahui kondisi kesehatan Nona secara detail,” ucap Varrel. Abi hanya mengangguk mengikuti ucapan Varrel. Varrel memandang Rasha, “Tuan Yevara tes yang kita lakukan mungkin bertahap dan tidak sedikit, karena keinginan Anda yang menginginkan anak lelaki dan sempurna jadi banyak hal yang harus kita periksa,” ucap Varrel dan Rasha masih diam. “Apa proses ini seperti operasi atau bayi tabung begitu dok?” tanya Abi penasaran dan Varrel menggeleng. “IUI berbeda dengan bayi tabung, secara garis besar dan bahasa sederhana, bayi tabung dilakukan pembuahan di luar dan melalui teknologi sampai pembuahan berhasil, sedangkan IUI dilakukan di dalam rahim, cukup disuntikkan benih pria dan menunggu hasilnya,” jelas Varrel. “Itulah sebabnya IUI harus dilakukan saat wanita mengalami masa subur agar proses pembuahan berhasil dan bisa hamil,” lanjut Varrel cepat sambil menatap Rasha. Lelaki itu paham jika dokter itu menyindirnya tapi dia seakan tak peduli dan santai memainkan ponselnya begitu saja. “Jika kondisinya begitu, ada kemungkinan program ini tidak berhasil Dok?” cecar Abi dan Varrel mengangguk. “Mungkin saja, karena itu sebelum kita melakukannya ada baiknya kita harus melakukan pemeriksaan secara menyeluruh terutama di saluran rahim dan kualitas benih yang akan digunakan sehingga potensi kegagalan itu bisa diminimalkan,” ucap Varrel. Abi awalnya merasa panik dengan program ini, entah karena program yang mendadak atau karena dia harus menerima benih dari Yevara, lelaki yang tidak pernah ada dalam bayangannya sama sekali. Namun, setelah mendengar penjelasan singkat dari Varrel membuatnya paham resiko dan apa yang harus dia lakukan sehingga dia merasa sedikit lebih tenang. Pemeriksaan berlangsung hampir dua jam dan Abi diberikan beberapa daftar yang harus dia lakukan sampai proses ovulasi pada dirinya terjadi. Varrel bisa saja melakukan program IUI sesuai kehendak Rasha, tapi dia tak tahu resiko apa yang bisa dialami Abi terutama di masa kehamilannya terutama jika itu membahayakan nyawa Abi, keraguan itulah yang  membuatnya tidak ingin mempercepat proses ini. “Nona Abi, jaga diri Anda terutama dari stress, hindari pikiran, tindakan yang membuat Nona stress dan makan-makanlah yang bergizi dan lakukan banyak hal yang bisa membuatmu bahagia, tapi ingat jangan makan fast food, okay,” pesan dokter Varrel dan Abi mengangguk sambil mengembangkan senyumnya ceria. Rasha melihat interaksi keduanya dengan jelas dan entah kenapa muncul rasa kesal dalam dirinya melihat keakraban keduanya sedangkan Abi dengannya bersikap ketus dan datar. “Anda bisa melakukannya kan, Tuan Yevara?” timpal Varrel mendadak membuat Rasha membuyarkan lamunannya dan hanya berdehem menjawabnya. Rasha keluar dari ruangan dokter disusul oleh Abi. Wanita itu berniat mengajak Rasha bicara soal kontrak yang sebelumnya dia terima tapi lelaki itu berjalan dengan langkah lebar membuat Abi kesulitan mengejarnya. Abi tidak bisa mengontrol langkahnya dan kepalanya menabrak punggung Rasha begitu lelaki itu berhenti di lobby rumah sakit menunggu mobilnya. Rasha mulai kesal sedangkan Abi mengaduh kesakitan karena kejadian itu. “Apa kamu tidak bisa jalan pake kaki dan gunakan matamu untuk melihat ada orang di depan atau tidak,” omel Rasha kesal. Abi cemberut mendapat omelan seperti itu, “Kamu berhenti mendadak kenapa jadi menyalahkanku,” keluh Abi pelan sambil menggosok kepalanya. Rasha enggan berkomentar karena dia melihat mobilnya datang disusul mobil Abi di belakangnya. Lelaki itu beranjak untuk masuk mobil, pergerakan Rasha membuat Abi ingat jika dia ingin bicara dengan Rasha soal kontrak itu. “Tunggu Rasha,” panggil Abi membuat tubuh Rasha menegang. Sejak kapan Abi berani memanggilnya dengan sebutan ‘Rasha’ sama seperti orang terdekatnya. Dari mana wanita itu mengetahui nama panggilannya? Apa semua ini karena Maria yang menjaganya selama ini? Rasha makin kesal mengingat hal itu. “Aku tahu ini urusan bisnis, tapi pebisnis juga bisa saling bicara terutama soal kontrak kerja mereka kan,” Abi memberanikan dirinya untuk mengungkapkan apa yang dia pikirkan. Rasha diam. Dia memang pengusaha yang berkuasa tapi dia tidak mau melawan pengusaha yang sudah lemah sedari awal dan menguntungkan dirinya, dia ingin bersaing secara gentle dengan orang yang kompeten. Soal kesepakatan yang terjadi diantara mereka, Rasha juga tidak akan bertindak sewenang-wenang hanya menguntungkan dirinya tapi sebisa mungkin juga tidak merugikan pihak kliennya. Jadi, jika ada kesepakatan diantara mereka pun Rasha bisa berdiskusi untuk saling mematuhinya. “Kita bicara di apartemen,” ucap Rasha singkat tanpa menunggu balasan Abi, dia langsung masuk mobilnya dan melaju dengan cepat. Meskipun dengan perasaan kesal karena Rasha meninggalkannya begitu saja, wanita itu menurutinya dan masuk mobil. Tak sampai satu jam dia tiba di apartemen dan sudah melihat Rasha duduk di ruang tengah sambil memandang gemerlap kota dari kaca besar di sana. Tak jauh dari sana ada dua orang kepercayaannya, Digga dan Sergy yang sempat menunduk kepada Abi. Wanita itu masuk ke kamar seolah tak melihat ketiganya membuat Rasha merasa terganggu sampai mengerutkan dahinya dengan tingkah Abi karena dia merasakan kehadirannya. Beberapa menit kemudian, Abi muncul dengan dua map yang sebelumnya diberikan oleh Digga. Wanita itu meletakkannya di meja, Rasha melirik tumpukan map itu sebenarnya dia penasaran ingin mengambilnya tapi dia menahan diri demi menjaga harga dirinya. “Aku punya pertanyaan soal point terakhir perjanjian ini,” ucap Abi sambil membuka dokumen dan menunjuk bagian yang jadi pertanyaannya. Semua orang yang ada di sana ikut melihat apa yang jadi pertanyaan bagi Abi. Masalah yang dimaksud mengenai perjanjian baru yang bisa diajukan jika memang hal itu mendukung proram yang mereka jalankan. “Apa keinginanmu?” tanya Rasha cepat, karena dia paham pasti ada yang diinginkan Abi dengan menunjuk point itu. “Sebelum itu aku boleh bertanya kebutuhan apa yang akan kamu tanggung selama aku hamil anakmu?” tanya Abi balik. Rasha mengerutkan dahinya, “Semuanya, makan, pakaian, rumah, kesehatanmu apapun itu selama anakku masih ada dalam perutmu dan semua hal yang berkaitan dengan keselamatanmu sebagai tempat hidupnya sementara,” ucap Rasha sarkas. Abi menghela napas, “Baiklah, jadi ini semacam meminjam rahim dan sel telur,” sahut Abi terbersit rasa kecewa. Abi lekas menyadarkan dirinya jika Rasha tak memiliki rasa kemanusiaan sedikitpun kepadanya, baginya ini adalah bisnis. Rasha hanya mengangkat bahunya santai dan tak peduli dengan apa yang Abi pikirkan. “Bisakah kamu memberiku uang terlebih dulu sebesar 72.000 dollar dalam deposit atas nama akun ini,” ucap Abi sambil menyodorkan kertas kecil. Ketiga pria yang ada di sana cukup terkejut dengan permintaan Abi. Nominal itu sepele bagi keluarga Aleksandr tapi jadi nominal yang cukup besar untuk wanita sepertinya. Rasha merasa firasatnya benar jika semua wanita sama saja dan bermuara pada uang. Rasha mengambil potongan kertas itu tanpa membacanya dan memberikannya kepada Digga. Pria itu menatap Abi untuk mengkonfirmasi nama yang tertera di sana, tapi wanita itu menggeleng dan membulatkan matanya seakan memberi kode jika dia tak perlu mengatakan apapun. Rasha terkekeh pelan dan Abi sadar jika pria itu menghinanya karena meminta uang sebesar itu. Ada keinginan dalam hati Abi untuk menceritakan kenapa dia membutuhkan uang itu, tapi melihat reaksi Rasha yang seperti ini membuatnya malas mengklarifikasi semuanya. “Aku tahu uang gajiku selama hamil anakmu tak cukup untuk membayar 72 ribu dollar yang aku minta, tapi jika memang aku dapat bonus sesuai dengan perjanjianmu, maka potong saja sisanya dari situ,” ucap Abi datar. Rasha mencurigai ucapan Abi yang santai mengenai uang sebesar itu. “Apa uang itu akan kamu gunakan untuk kabur dariku saat hamil anakku?” selidik Rasha membuat Abi kesal dan melotototkan matanya. “Apa nilai matematikamu tidak lulus dulu, masa berhitung begini saja tidak bisa, coba pikirkan bagaimana aku bisa kabur darimu kalo uang yang kamu bayarkan saja sudah aku alokasikan untuk membayar hutang. Memangnya nanti aku kabur mint abantuan pengawalmu,” kesal Abi. Rasha menyadari kebodohannya dan dia berdehem untuk melupakan kekonyolannya kali ini. Sergy dan Digga saling menatap dan menahan tawa melihat tuannya yang kali ini mati kutu karena seorang wanita. “Sama satu lagi, kalo uang itu sudah masuk, bolehkah aku menelpon seseorang, jika kalian tidak percaya apa yang aku bicarakan kalian boleh ikut mendengarkan,” kata Abi tanpa sungkan. Bbrraaaakkk… Gebrakan meja itu sontak membuat semua orang yang ada di sana terkejut terlebih lagi Abi sampai tangannya bergetar dan pelupuk matanya mulai buram karena menahan tangis. “Zhadnyy,” sentak Rasha penuh emosi. Abi membulatkan matanya dan berdiri menatap Rasha. “Apa kamu bilang?” tantang Abi mulai emosi dan tak bisa menahan amarahnya. “Kamu bilang aku serakah,” seru Abi dengan sorot mata penuh amarah. Siapa yang serakah di sini? Aku atau kamu?!” bentak Abi makin emosi. Dua pria di dekat Rasha menelan ludahnya melihat pertarungan abad baru ini. Rasha berdiri dan menatap Abi tak kalah sengit. Sepanjang hidupnya baru kali ini Rasha dibentak oleh seorang wanita di hadapan orang kepercayaannya. “Kamu meminta uang puluhan ribu dollar sebelum menjalankan tugasmu, sekarang minta akses telepon untuk menghubungi seseorang. Apa ini akal-akalanmu saja untuk mengelabui dan kabur dariku setelah menerima uang itu, Wanita Serakah!” sentak Rasha dan refleks Abi mengangkat tangannya. Ppllaaakkk… Abi menampar Rasha  dengan napas memburu, dua orang kepercayaan Rasha menahan napas melihat kejadian ini. Puluhan tahun mereka bersama bosnya, baru sekarang dia melihat seseorang menampar Rasha dan pelakunya seorang wanita. Rasha mengepalkan tangannya kesal karena perlakuan Abi, dia sudah bersiap untuk membalas perbuatan Abi tapi sorot mata penuh amarah dan ucapan Abi membuatnya tak bisa berbuat hal yang sama. “Kalau aku serakah, aku tidak akan minta uang kepadamu tapi aku akan menghabisimu saat aku hamil dan karena aku ibunya, maka aku punya kuasa sampai anakmu dewasa, dengan begitu semua hartamu jadi milikku meskipun kita tidak menikah,” sentak Abi dengan napas memburu. “Tapi sekarang aku hanya minta uangmu yang mungkin tak seberapa bagimu, sampai aku melupakan harga diriku karena kau meminjam rahimku!” bentak Abi. “Tapi kamu! Kamu merampas kebahagiaanku, kehidupanku, impianku hanya untuk menurutimu kemauanmu memiliki anak tanpa menikah, tanpa cinta, tanpa kasih sayang dan hanya derita yang bisa kamu berikan kepadaku. Katakan padaku siapa yang serakah sekarang!” protes Abi dengan lengkingan tinggi. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD