B.24 Healing

1600 Words
Rasha diam menatap Abi, langkahnya perlahan mendekati wanita itu. Ada gemuruh rasa yang tak bisa dia ungkapkan melihat kondisi Abi saat ini. Bearkah wanita di hadapannya ini Abisha, wanita yang dia temui beberapa bulan lalu.  Rasha menatap dari ujung rambut sampai ujung kaki kondisi Abi, rambut berantakan tak terurus, wajah memerah seakan dia berganti kulit jadi merah bukan putih. Tangannya yang terlihat semakin kurus dan penuh dengan bercak merah. “Abi, apa yang terjadi padamu?” tanya Rasha pelan membuat Abi mendongak. Wanita itu hanya diam menatap Rasha, entah dia harus bersyukur atau kesal melihat lelaki yang membuat hidupnya jadi seperti ini. Gemuruh perasaan yang dirasakan semakin menyesakkan dadanya saat Abi tak merespon ucapannya atau memohon pertolongannya. Rasha kesal, marah, iba, sedih, terluka tak berdarah dengan apa yang ada di hadapannya. Kondisi Abi sekarang berbeda dengan sebelumnya, tampak mengenaskan. “Siapa yang berani melakukan ini kepadamu?” desak Rasha dan Abi masih diam dengan tatapan yang tak dimengerti oleh Rasha. Apa dia mengucapkan pertanyaan yang salah atau mengucapkan kata yang membuat wanita itu terluka sampai dia mendapatkan tatapan seperti itu. “Sebaiknya kita pergi dari sini Bos, sebelum banyak penjaga yang datang dan kita terjebak di sini,” saran Sergy membuat Rasha sadar jika mereka dalam kamp musuh. Sergy bersiap untuk menggendong Abi tapi Rasha menghentikannya. Lelaki itu menggendong Abi dan keduanya masih saling tatap menyelami pikiran masing-masing, sampai pandangan mata itu berubah dingin dan Abi menutup matanya lemah. ‘Kenapa dia menatapku seperti itu?’ pikir Rasha. Lelaki itu melupakannya sejenak untuk keluar dari sana dan memberikan Abi pertolongan. Sergy melajukan mobilnya menuju rumah sakit, karena dia yakin Abi membutuhkan pertolongan tim medis saat ini. Rasha menatap Abi lekat, “Kita ke mansion dan panggil Varrel kemari, jika perlu jemput dia menggunakan helikopter,” perintah Rasha dan Sergy mengangguk. Varrel bersiap dan dia pergi ke salah satu hotel milik Sandr menunggu kedatangan helikopter yang Rasha kirim untuknya. Ada perasaan lega sekaligus cemas yang dirasakan dokter itu setelah dia mendapat kabar jika Abi selamat. “Dokter Varrel ada di sini Bos,” lapor Sergy tapi Varrel yang tak sabar langsung menghampiri Abi sebelum Sergy menyelesaikan ucapannya. “Ada apa dengannya? Kenapa dia sampai begini?” cecar Varrel saat melihat kondisi Abi seperti ini. Dokter muda itu langsung mengeluarkan peralatan yang dia bawa dan memeriksa kondisi Abi, dia menarik baju panjang yang Abi kenakan sampai membuka beberapa kancing bajunya membuat Rasha marah dan menghentikan aksinya. “Aku harus tahu seberapa parah alergi yang dia alami,” ucap Varrel tahu jika Rasha tak suka dengan apa yang dia lakukan. Rasha mengawasinya dan meminta Sergy menyiapkan kamar inap untuk Varrel. Dokter yang mendengarnya menatap Rasha. “Kita harus membawanya ke rumah sakit agar kondisinya terkontrol dan rumah sakit memiliki alat medis yang baik daripada di rumah,” ucap Varrel. Rasha diam. “Dia akan dirawat di sini, sebutkan saja apa yang kau mau kepada Sergy, dia akan membantumu untuk menyiapkannya,” tegas Rasha tak ingin dibantah. Varrel terkejut dengan keputusan Rasha tapi tatapan intimidasi dan sorot kecemasan dalam manik mata lelaki berkuasa di hadapannya membuat dokter muda itu tak bisa berbuat apapun. “Oksigen, lampu penghangat atau selimut penghangat dan pastikan suhu di ruangan ini tidak lebih dari 25 derajat. Jika terlambat sedikit saja, Nona Abi bisa terkena hipotermia dan alergi akut yang membuatnya tak bisa bertahan hidup di hawa dingin,” jelas Varrel. Penjelasan membuat amarah Rasha menumpuk, lelaki itu mengeraskan rahang dan mengepalkan tangannya mengingat kondisi terakhir dia melihat Abi sebelum membawanya kemari. Varrel bisa melihat jika Rasha tak suka dengan kondisi Abi yang seperti ini, entah karena rasa peduli atau kondisi ini membuat program IUI yang akan dia laksanakan semakin tertunda. “Besok aku akan ambil tes darah untuknya guna melihat semua kondisi tubuhnya dan apa yang menyebabkan dia seperti ini,” kata Varrel.  Rasha menatap Varrel, “Pergilah, pelayan akan memanggilmu jika aku atau Abi butuh bantuan. Mulai sekarang kamu fokus pada kesehatannya bukan yang lain. Sergy akan menyiapkan tempat untukmu beristirahat,” perintah Rasha. Sebenarnya Varrel tak masalah diminta untuk merawat Abi, tapi melihat bagaimana lelaki ini memerintahnya seenaknya membuatnya kesal. Dokter muda itu menggenggam tangan Abi membuat Rasha menaikkan alisnya. “Aku akan kembali besok untuk memeriksamu, cepatlah sadar,” ucap Varrel lembut. Rasha mencengkram baju Varrel dari belakang dan menariknya paksa membuat Varrel berontak dan keduanya sempat terlibat adu fisik sampai Sergy melerai mereka agar tidak terjadi hal yang lebih kacau. Rasha duduk di samping Abi, dia membelai rambut wanita itu lembut. Perasaan campur aduk dirasakan oleh Rasha melihat kondisi Abi yang seperti ini. Rasha sendiri tak mengerti kenapa dia sampai merasakan hal ini, sejauh ini dia terlibat dengan banyak wanita tapi tak ada satupun wanita yang membuatnya menaruh perhatian seperti sekarang. “Adrian, Adrian,” geram Rasha. “Kali ini kamu membuatku semakin kesal dan aku bersumpah akan membalas semua ini untuk setiap kesakitan yang Abi rasakan,” sumpah Rasha dan berdiri meninggalkan Abi yang masih terlelap. Beberapa hari Abi dirawat di sana membuat kondisinya semakin membaik dan perlahan ruam di kulitnya juga pudar. Varrel yang memang bertugas merawatnya hampir dua jam sekali datang ke kamar Abi untuk mengecek kondisinya. Rasha menugaskan Maria untuk menjaga Abi sama seperti sebelumnya. Rasha sudah berpesan kepada Maria untuk tidak meninggalkan Varrel hanya berdua dengan Abi di dalam kamar. Maria sempat heran dengan perintah itu bahkan pelayannya itu tak sengaja melihat kilat amarah dalam manik mata Rasha ketika mengatakan hal itu. Tapi sebagai pelayan, dia tak berani menebak apa yang terjadi dalam diri tuannya, hanya bisa menuruti keinginan majikannya. “Siang Nona, kami menyiapkan sup daging untuk menu makan siang kali ini,” sapa Maria membuat Abi mendongak menatap pelayan yang dia kenal baik. “Maria apa dokter Varrel tidak datang kemari?” tanya Abi membuat Maria menatap Abi. “Dokter Varrel mengatakan hari ini ada jadwal ke rumah sakit dan bertemu Tuan Rasha mungkin akan kembali malam hari. Beliau hanya berpesan untuk rutin memberikan obat kepada Nona,” ucap Maria. Abi mengangguk paham. Dia menyendok makanan ke mulutnya membuat Maria lega karena wanita lembut itu tak menanyakan banyak hal lagi. Maria mendengar keributan di luar kamar membuat pelayan itu pamit untuk mengecek apa yang terjadi. Tapi belum sempat Maria keluar kamar seorang wanita paruh baya muncul di depan pintu kamar membuat Maria terkejut. “Nyonya Aleksandr,” lirih Maria sambil menunduk hormat. Maria berusaha menghalangi pandangan Carryn tapi sepertinya wanita itu tahu dan meminta Maria menggeser tubuhnya. Carryn terkejut melihat ada seorang wanita di ranjang tamu, tapi tak lama dia mengembangkan senyumnya dan menghampiri Abi. Abi terkejut melihat wanita itu dan menyapa dengan sopan. Carryn yang melihat kelakuan Abi semakin kagum dan duduk di samping Abi. Maria yang mengikuti majikannya dari belakang memberi kode kepada Abi jika dia Nyonya keluarga ini. “Siapa nama kamu Nona Cantik?” tanya Carryn ramah. Abi melirik Maria dan pelayan itu mengangguk pelan. “Abelone Zakharov, panggil saja Abi, Nyonya,” ucap Abi pelan dan meletakkan alat makannya. “Namaku Carryn Aleksandr, aku ibunya Rasha, emm, Yevara,” balas Carryn. Abi menunduk hormat setelah mengetahui hal itu dan membuat Carryn tersenyum senang dan memeluk Abi. Wanita itu hanya diam tak bereaksi mendapat perlakuan semacam itu. “Bagaimana keadaanmu?” tanya Carryn. Abi mengangguk, “Tidak perlu khawatir Nyonya, saya baik-baik saja,” balas Abi membuat Carryn menghela napas kasar. “Panggil aku Mamah, kan kamu nanti akan jadi istrinya Rasha, itu berarti kamu akan jadi anakku juga,” ucap Carryn santai. Abi membulatkan matanya mendengar hal itu sedangkan Maria menelan ludahnya. Carryn tak merasa sungkan mengatakan itu bahkan dia menggenggam tangan Abi lembut. “Tapi Nyonya ini tak seperti yang Anda bayangkan, aku dan Rasha hanya –“ Carryn menggeleng dan berdecak mendengar penjelasan Abi. “Tenang saja, jika Rasha memintamu untuk diam, aku sendiri yang akan bertanya dan membelamu, okay,” ucap Carryn sumringah. Abi hanya bisa menghela napas karena dia tak tahu bagaimana menjelaskan kepada ibunya Rasha soal statusnya tapi Carryn benar memang seharusnya Rasha sendiri yang menjelaskan. Senyum tulus dan bahagia milik Carryn membuat Abi tak tega untuk mengatakan yang sebenarnya. Setelah menghabiskan waktu sampai sore, Carryn pamit pulang membuat Abi merasa lega. Dalam perjalanan ke rumahnya Carryn menghubungi Zhen dan menjelaskan apa yang dia alami di mansion Rasha. Tepat saat makan malam, Carryn dan Zhen datang ke mansion Rasha dan menyiapkan makan malam yang istimewa. Maria tak bisa berbuat apapun, termasuk saat Maria minta ijin untuk menghubungi Rasha agar pulang lebih awal tapi dihalangi oleh Carryn. “Rasha, jam berapa kamu pulang?” tanya Carryn saat panggilannya tersambung. Rasha mengerutkan dahinya karena ibunya menanyakan jam pulang yang tak pernah dia tanyakan selama ini. “Ada apa Mah?” balas Rasha tanpa menjawab pertanyaan itu. “Mamah dan Papah mengajakmu makan malam hari ini, kita juga sudah siapkan menu kesukaanmu,” ucap Carryn selalu memutuskan sepihak soal ini. “Rasha tak janji Mah,” ucap Rasha singkat sambil memijat keningnya. Di benaknya malam ini dia berencana untuk menemui Abi dan ingin membicarakan soal kesehatannya yang selama ini belum dia tanyakan secara langsung. Carryn sudah menduganya, dia menghela napas. “Kenapa susah sekali mengajakmu makan malam bersama seperti Mamah akan memintamu nyawamu saja, padahal ini momen yang membahagiakan untuk kita semua,” ujar Carryn mendramatisir. Rasha menghembuskan napas kasar. “Sejak kapan Mamah jadi drama queen begini,” timpal Rasha tanpa sungkan. Seolah Carryn tak mendengar ucapan anaknya, dia melanjutkan ucapannya. “Jadi Mamah dan Papah hanya makan bertiga saja jika kamu tidak ada,” ucap Carryn dibuat sedih tapi Rasha menyadari sesuatu. “Bertiga? Dengan siapa?” tanya Rasha penasaran tapi dalam pikirannya muncul nama Adrian. “Abisha.” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD