AKHIRNYA AKU MENEMUKANMU

1569 Words
Laki-laki yang Binar cari adalah seorang ksatria kerajaan di masa lalu. Ksatria yang sangat dicintai oleh dirinya mulai dari dulu sampai sekarang, tujuannya terus mengulang hidup dan mempertahankan ingatan dari kehidupan pertama yang menyiksa; Langit Arifan.  Sebuah kesalahpahaman terbentuk di antara mereka. Antara Langit yang dikuasai oleh dendam dan Binar yang terlalu polos sampai-sampai tidak berpikir panjang dan menganggap pernikahan itu didasari oleh cinta. Semuanya adalah kesalahan yang disebabkan oleh selir dari Ayah pertamanya, perempuan licik itu menghasut para pengawal istana untuk membuat kesalahan yang akhirnya megakibatkan kematian pada dirinya tepat sehari setelah dia berumur 20 tahun.  “Jika terus mengulang kehidupan seperti ini, apa tidak apa-apa?” Itu adalah pertanyaan Corn ketika mereka berdua dilahirkan kembali untuk pertama kalinya. Saat itu perang di mana-mana dan mereka berada di keluarga yang memiliki pengaruh tinggi. “Sejak kapan kita bisa bahasa daerah ini? Sebenarnya di negara mana kita dilahirkan kembali?”  “Memangnya aku mengetahuinya? Ini adalah pertama kalinya untukku, aku saja terkejut melihatmu dilahirkan bersamaku seperti ini. Jujur saja, kau memiliki masalah sampai bisa terhubung denganku seperti ini, bukan?”  “Enak saja. Aku ini tidak tahu apa-apa, aku hanya mati karena terkurung di dalam kandang dan semua orang lupa memberiku makan lalu ketika aku terbangun sudah ada kau yang berdo’a di sampingku, pada dasarnya kau yang membawaku ke sini untuk menemukan ksatria itu. Hah, dasar para malaikat kematian itu, kenapa mereka tidak menjelaskan apa-apa?”  Begitulah yang terjadi di kehidupan kedua mereka setelah untuk pertama kalinya mengalami kelahiran kembali. Mereka berdua hanya akan hidup selama 20 tahun dan karena baru pertama kalinya, Binar dan Corn kehabisan waktu lalu meninggal dalam keadaan kebingungan.  “Jadi ini kehidupan ketiga kita?” gumam Binar. “Sudah berapa lama aku berdo’a sampai akhirnya dihidupkan di zaman ini? Kenapa juga perang belum berhenti? Aku rasa aku akan mati hanya dengan mendengar suara tembakan.”  “Mereka bilang kita tidak akan mati sampai berusia 20 tahun, kau bisa tenang,” sahut Corn. “Tapi kita lagi-lagi dilahirkan di keluarga berada, ya? Apa mungkin karena kita membutuhkan banyak dana untuk menemukan laki-laki itu?”  “Kenapa kau tidak pernah menyebut namanya?” kesal Binar. “Laki-laki itu, ksatria itu. Sebut saja namanya! Memangnya susah? Langit Arifan, nama panggilannya adalah Langit. Kau diberikan kemampuan untuk berbicara tetapi rupanya kau masih sama gilanya.”  “Jangan mencemoohku seperti itu. Hanya aku yang menemanimu setelah melintasi banyak waktu, kau jangan semena-mena padaku atau aku akan meninggalkanmu.”  “Ya, dan kau akan ditangkap lalu dibunuh dan dijadikan santapan orang-orang yang sedang berperang,” sahut Binar acuh tidak acuh. “Selamat, kita sudah berhasil mengubah takdir dan kau tidak akan lagi dikubur di sampingku melainkan mendarat dengan sempurna di perut tentara-tentara yang sedang kelaparan itu. Tamat dengan akhir yang mengharukan.”   Begitulah akhir dari perjalanan mereka di kehidupan ketiga. Mereka tidak menemukan Langit Arifan meskipun sudah keliling ke mana pun, laki-laki itu pasti belum menyelesaikan hukumannya jadi Binar harus bersabar sampai dia benar-benar kembali dilahirkan.  “Orang-orang itu selalu menangis di pemakamanmu, kau benar-benar dicintai oleh keluargamu terutama Ayah-Ayahmu. Dulu Yang Mulia Raja juga menangis tersedu-sedu sampai jatuh sakit setelah melihatmu terbaring tak bernyawa, lalu kemudian Ayah keduamu, Ayah ketigamu dan mungkin hal itu juga akan terjadi kepada Ayah keempatmu di kehidupan ini.”  “Kau membunuh rasa optimisku, Corn,” gumam Binar yang sedang berguling-guling di atas kasurnya. “Perang sudah selesai dan hidupku akan berakhir dalam beberapa minggu tetapi dia tetap tidak terlihat. Apa dia tidak ingin dilahirkan kembali? Tetapi dia berjanji akan meminta maaf padaku dengan sangat tulus di kehidupannya yang akan datang.”   “Dosanya besar, Tuan Putri,” sindir Corn. “Dia membunuhmu dengan pedang, menusuk perutmu sampai kau kehabisan banyak darah dan meninggal begitu saja. Aku ada di sana, aku melihatnya dengan mata kecilku ini bagaimana kau menahan rintihan keluar dari mulutmu supaya tidak ada yang mendengar dan menangkap laki-laki itu. Jujur saja, aku membencinya.”  “Karena pada akhirnya kau juga meninggal karena semua orang lupa memberimu makan?” ledek Binar. “Jangan terlalu membencinya, hidup kita akan berlanjut jika kita bisa menemukannya.”  “Memangnya itu tujuan kita hidup selama ini? Hanya untuk memiliki hidup yang berkelanjutan?” Corn balas meledek. “Jika hanya itu, kau bisa meminta kepada mereka untuk hidup sebagai orang lain, melupakan masa lalumu yang menyakitkan dan bangkit. Teapi lihat, kau tidak bisa melakukannya, kau rela menjadi tahanan waktu dan menunggu.”  Binar menatap ular miliknya, teman hidup dan matinya. “Lalu bagaimana denganmu? Kenapa terus hidup dan mati denganku? Kau bisa membuat keputusanmu sendiri.”  “Dan kau akan mati kesepian. Tamat.”  Tawa Binar terdengar, dia sangat senang karena Corn selalu ada di sisinya meskipun ular itu sangat cerewet seperti Neneknya dulu. Tetapi hidup mereka benar-benar berakhir dalam beberapa minggu karena pooling atau penyerapan limpa yang diakibatkan oleh anemia sel sabit yang dimilikinya. Meskipun bukan pertama kalinya, tetapi tetap sulit mendengar tangisan Ayah-Ayahnya yang merasa sangat kehilangan setelah menjaganya selama 20 tahun.  Lalu sampailah mereka berdua di kehidupan yang kelima dengan Gibran sebagai Ayah Binar. Lagi-lagi keluarganya sangat kaya tetapi dia tidak memiliki seorang Ibu, benar-benar kehidupan yang sama seperti dirinya yang pertama.   “Lihat siapa yang sangat cantik hari ini?” puji Gibran. Dia sudah membangunkan putrinya itu lalu para Bibi di rumah mereka mulai membantu Binar mandi dan berpakaian dengan sangat cantik. “Kamu cantik sekali, benar-benar berbinar seperti nama kamu.”  Binar terkekeh lucu, dia menunjukkan tas miliknya yang berisikan Corn sehingga Gibran ikut terkekeh. Katanya tidak akan ada yang mau mencuri tas milik Binar karena Corn akan muncul dan menakuti pencuri itu. Gibran kemudian menggendong putri semata wayangnya dan membawa Binar serta Corn masuk ke dalam mobil mereka yang sudah dirancang untuk situasi darurat lengkap dengan dokter yang juga ada di dalamnya.  “Hari ini tidak ada yang sakit, Binar?” tanya dokter yang lebih sering Binar panggil Tante itu dengan sopan. “Di dad* Binar, tidak ada yang sakit?”  “Tidak ada,” jawab Binar semangat. “Hari ini Binar mau senang-senang sama Ayah, sama Corn juga. Iya, ‘kan, Ayah?”  “Iya, sayang,” jawab Gibran, dia mengusap kepala Binar beberapa kali.   Mobil melaju dengan kecepatan sedang sampai akhirnya mereka tiba di perusahaan. Binar turun dengan tangan digandeng oleh Gibran sementara Corn menjulurkan kepalanya untuk melihat situasi. Dia yakin bisa mengenali Langit Arifan, dia juga tidak kehilangan ingatannya ... mungkin.  “Binar mau ikut Ayah ke dalam atau mau tunggu di sini?” tawar Gibran. “Kalau mau ikut tidak apa-apa, kalau mau tunggu di sini sama Tante dokter dan paman pengawal, ya?”  “Binar tunggu di sini saja,” jawab Binar polos. Sebenarnya dia ikut Gibran untuk mencari Langit, dia jarang keluar rumah jadi mungkin saja dia bisa bertemu Langit di kantor Ayahnya.  “Jika dia ada di sini, menurutmu dia sudah bekerja atau masih anak-anak sepertimu? Bahkan saat itu dia juga lebih tua darimu, bukan?” tanya Corn, dia berbicara ketika dokter dan pengawal Binar sedang sibuk memastikan keamanan.  “Iya, lebih tua empat tahun,” jawab Binar. “Jika mereka yang di atas benar-benar mengulang sesuai apa yang terjadi di awal kehidupan, dia sekarang sudah berusia enam belas tahun.”  “Apa yang akan anak berusia enam belas tahun lakukan di perusahaan besar seperti ini?” Corn jadi merasa putus asa. “Sepertinya kita tidak akan bertemu dengannya di tahun ini tetapi aku akan membantumu berdo’a kali ini, semoga kita bisa menemukannya sebelum kematian menjemput kita sekali lagi.”  Binar membiarkan Corn bermain di tangannya, melingkar dan melakukan apapun. Dalam hatinya dia juga menyematkan do’a yang sama karena Binar mungkin akan menyerah demi Corn dan juga dirinya serta orang-orang di atas yang selalu kerepotan karena permintaannya.  Ternyata benar kata Corn, mereka tidak bertemu dengan Langit hari itu dan juga bertahun-tahun setelahnya sama sekali tidak ada tanda keberadaan Langit. Tetapi ada yang aneh, selama beberapa tahun kemudian Binar jarang sakit sehingga Gibran mulai mengizinkannya masuk ke sekolah umum ketika Binar menginjak usia enam belas tahun.   Lalu sejak mendapatkan izin itulah Binar mulai belajar bela diri karena dia tidak mau dikelilingi oleh pengawal dan menjadi pusat perhatian di sekolahnya. Binar belajar dengan ceria, semua orang menyukainya karena tawa dan juga tekadnya yang tidak pantang menyerah sampai mereka harus berhenti sejenak ketika kepala pengawal meminta perhatian sambil membawa seorang laki-laki yang memiliki perawakan tinggi dengan mata tajam sekaligus lembut dan juga memiliki senyum tipis yang cantik. Benar-benar laki-laki yang sangat tampan dan tentunya terlihat kuat, seperti yang seharusnya.  “Oh, kebetulan sekali Nona Binar juga ikut latihan di sini,” ujar kepala pengawal ramah. “Saya ingin memperkenalkan anggota baru kita, dia memang masih sangat muda tetapi pengalamannya sudah bagus dan dia juga kuat. Namanya Langit Priyanjani, Nona dan kalian semua bisa memanggilnya Langit.”  Mungkin tidak ada yang tahu, tetapi ketika laki-laki yang dibawa oleh kepala pengawalnya itu menatapnya sebelum memperkenalkan diri, Binar merasakan gemuruh di dalam dirinya. Dia bertanya-tanya apakah kehadiran Langit adalah alasan kenapa dia menjadi jarang sakit akhir-akhir ini atau itu hanya sebuah kebetulan yang sebisa mungkin diabaikan?  “Nama saya Langit, mohon bantuannya.”  Dia benar-benar orang yang dicarinya. Caranya berbicara dan gestur tubuhnya ... dia dilahirkan dengan wajah yang sama pula sampai-sampai Corn yang bersantai di dalam kandangnya yang diletakkan di halaman juga terkesima melihatnya.  Binar mendekati Langit, dia tidak mengedipkan matanya dan bergumam, “Akhirnya ... akhirnya aku menemukanmu.” ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD