Pertemuan 2

1044 Words
"Ternyata anak Mama cantik ya?" goda Camelia di hadapan putrinya yang sedang di rias oleh karyawan salon. "Apaan sih Ma? ngapain juga muka aku harus di dandani begini," gerutunya. "Sekalian sayang, kan udah potong rambut, sekalian aja di make up dikit," kekeh Camelia. "Emm ...terserah Mama aja deh," ketusnya. Camelia hanya tersenyum tipis melihat tingkah laku anak gadisnya itu, ia masih belum percaya kalau Kanaya harus menikah di umur yang masih cukup muda, ada perasaan bersalah di hatinya, namun karena ini merupakan keputusan Kanaya, Camelia tak bisa melakukan apapun kecuali mendukung putrinya itu sepenuh hati. Setelah selesai di make up, Kanaya dan Camelia keluar dari salon langganan Camelia dan Evelyn itu, bahkan mendiang Clarista pun selalu memanjakan dirinya di salon yang cukup mahal ini, berbeda dengan Kanaya yang selalu cuek dengan penampilannya. "Ma, sebaiknya Mama pulang duluan ya, Mama bisa kan pulang naik taksi, Kanaya ada janji ingin bertemu Reins," "Baiklah, Mama pulang duluan ya," "Iya Mamaku Sayang," Kanaya mengecup pipi sebelah kanan sang Mama sebelum berlalu meninggalkan Mamanya itu. "Hati-hati ya bawa mobilnya," nasihat sang Mama sebelum berlalu meninggalkan Kanaya. Kanaya mendesah pelan, sebelumnya ia sudah mengirim pesan pada Reins agar menemui dirinya di cafe langganan mereka untuk melakukan makan siang bersama, karena hanya di waktu itu Reins bisa keluar dari kantornya. Kanaya memperhatikan penampilannya yang memang tidak seperti biasanya, ia menggunakan crop top berwarna putih dan rok jeans semata kaki, kalau melihat busana yang di pakai Kanaya memang sudah biasa, yang berbeda adalah penampilan rambut panjangnya yang lebih terlihat pendek dan bermodel. Kanaya mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, sesekali ia bersenandung hingga akhirnya mobilnya di tabrak dari belakang. Brak ... Terdengar suara menyerempet, meskipun tidak keras namun jelas membuat Kanaya kaget. "Astaga!" teriaknya sambil menghentikan mobilnya ke pinggir. Kanaya keluar dan langsung mengecek bumper belakang mobilnya dan benar saja ada yang tergores, syukurnya mobil mewah berwarna hitam yang menyerempet ikut berhenti tepat di depan mobil Kanaya. Kanaya melihat ke depan dan mendatangi mobil mewah itu lalu mengetuk jendela supir. Tuk tuk tuk ... "Hei Tuan! keluar dari mobilmu, lihat akibat yang kau lakukan pada mobilku!" bentak Kanaya. Pintu supir terbuka dan menunjukkan sosok pria paruh baya " Maaf Nona, saya tidak sengaja menabrak mobil Nona, Tuan muda sedang buru-buru Nona," Melihat pria paruh baya itu membuat hati Kanaya luluh, apalagi pria yang menabrak mobilnya ini hanyalah seorang Supir. "Ooo ... begitu ya, lalu Tuan muda anda ada di dalam kan?" tanya Kanaya. Pak Supir mengangguk. Kanaya berpikir bagaimana pun orang yang sudah menabrak dirinya harus tetap bertanggung jawab, dan menurut Kanaya bos Supir itulah yang harus bertanggung jawab karena beliau yang sedang terburu-buru hingga membuat Pak Supir menjadi tidak fokus. Tuk tuk tuk ... Kanaya mengetuk jendela kaca mobil bagian penumpang, karena kaca film mobil sangat gelap ia tak bisa melihat sosok yang ada di dalam mobil. Namun Pak Supir malah melarang "Tolong Nona, jangan ganggu Tuan muda, beliau sedang fokus bekerja," ujar Pak Supir. "Tuan muda ini pasti manja, sebutannya saja Tuan Muda, mendengarnya saja aku geli, " batin Kanaya, ia merasa kalau pria di dalam pasti sosok pria kaya yang manja. Ethan yang sejak tadi fokus dengan tablet yang terganggu mendengar keributan di luar, Ethan memang menyadari kalau Supirnya menabrak mobil seseorang, namun ia pikir Supirnya itu bisa menyelesaikan masalah itu dengan mudah, namun bukannya segera masuk ke mobil dan membawa dirinya ke kantor, Pak supir malah berdebat di luar. Ethan menarik nafasnya dan membuka kaca jendelanya lalu menyerahkan segepok uang. "Ambil uang ini, perbaiki mobilmu!" perintahnya. Kanaya yang melihat sosok pria itu membulatkan kedua bola matanya. "Hei kau!" tunjuk Kanaya. Ethan yang tadi tertunduk menegakkan kepalanya menghadap asal suara wanita yang sejak tadi mengetuk jendela kaca mobilnya. Sama seperti Kanaya, Ethan juga mengingat sosok gadis di hadapannya itu. "Kau!" "Jadi ini mobilmu ya, dasar pria tukang mabuk," umpat Kanaya mendorong tangan Ethan yang memegang segepok uang. Ethan yang masih teringat jelas perbuatan Kanaya yang sudah menonjok hidungnya sampai berdarah menggertakkan giginya. Ethan yang selama ini selalu cuek dengan masalah sepele seperti ini pun membuka pintu dan keluar dari mobilnya. Pak Supir gugup setengah mati, sedangkan Kanaya berdecak pinggang. Tanpa sedikitpun rasa takut, Kanaya malah memasang wajah menantang di hadapan pria yang sudah menghina fisiknya itu, bahkan Kanaya membusungkan dadanya di hadapan Ethan agar kedua gunung kembarnya terlihat lebih besar. Namun sosok Ethan yang terlihat berwibawa dengan seragam kantor ala CEO membuat Kanaya menelan salivanya. Sama halnya Kanaya, Ethan juga memperhatikan sosok Kanaya yang terlihat berpakaian ala gadis-gadis muda yang ingin pergi ke mall. "Berani sekali kau menunjukkan batang hidungmu di hadapanku, aku akan menuntut mu karena sudah memukulku saat itu," ucap Ethan dengan tatapan dingin dan suara baritonnya. Namun bukan takut atau gentar, Kanaya malah terkekeh. "Hei Tuan Muda, kau tidak sadar saat ini kau yang bersalah karena sudah menabrak mobilku, dan kau bilang ingin melaporkanku karena memukulmu? kau tidak malu melapor hanya karena dipukul seorang wanita, lagi pula kau yang lebih dulu menghina fisikku," pekik Kanaya sambil berdecih. Ethan memperhatikan dengan seksama tubuh Kanaya, sepertinya ia saat itu memang sedang mabuk, nyatanya gadis di hadapannya ini terlihat memang sudah dewasa, padahal saat itu dia melihat sosok gadis itu seperti gadis yang masih sekolah. "Baiklah, kalau begitu kita impas, saya buru-buru dan harus ke kantor, saya tidak punya waktu mengurusi masalah sepele seperti ini," ketusnya. Ethan kembali ingin masuk ke mobil, namun tangannya di tahan oleh Kanaya. "Hei Tuan, setidaknya minta maaf lah padaku," ujar Kanaya. Ethan yang refleks malah menghempaskan tangan Kanaya dengan kasar. "Lepas! kau tidak boleh asal menyentuh tubuh orang lain," umpatnya. Kanaya berdecak kesal. "Percuma berbicara dengan Tuan Muda manja sepertimu, di sentuh begitu saja hebohnya gak ketolongan, dasar b******k!" umpat Kanaya berlalu meninggalkan Ethan begitu saja. Ethan yang masih shock bahkan tak berkedip melihat kepergian Kanaya dari hadapannya. "Berani sekali gadis itu memaki ku!" batinnya. Kanaya menggeber mobilnya tepat di hadapan Ethan yang masih berdiri di samping mobilnya. Brum brum brum ... "Astaga! dasar wanita kurang ajar!" umpat Ethan. Pak Supir yang shock bahkan menatap kosong ke arah Ethan, baru kali ini ia melihat Tuan mudanya itu banyak mengeluarkan kalimat dari mulutnya, Ethan yang biasa adalah sosok yang sangat pelit berbicara. "Pak Bahrum! kenapa diam saja, cepat bawa saya ke kantor," perintah Ethan yang membuyarkan lamunan Pak Supir dan di angguki dengan cepat olehnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD