"Aku tidak perlu bantuan mu Reins, pergilah!" Kanaya memutar tubuhnya dan berjalan pergi meninggalkan Mama dan juga Sahabatnya itu.
"Kana," panggil Reins.
"Aku mohon, jangan rusak hubungan yang sudah terjalin lama ini, pulanglah," ucapnya sebelum benar-benar pergi meninggalkan Reins.
Camelia menatap sendu wajah pemuda yang menyedihkan itu.
"Maafkan Tante Reins,"
Reins tak mengucapkan sepatah katapun setelah pergi dari kediaman Taufan.
Airmata yang terus mengalir membuat ia seperti anak kecil bukan seorang pemuda dewasa.
"Hentikan tangisan itu Reins!" bentak Nurma yang masih berada di depan pintu kediaman Taufan.
Wanita paruh baya yang sudah berdandan cantik itu berulang kali mengumpat.
"Sudahlah Ma, sebaiknya kita pulang, ini bukan salah Kanaya ataupun Reins, Tuan Antonio sejak dulu memang begitu, bahkan sejak kecil di depan mata Papa si Kanaya selalu di perlakukan berbeda dari Clarista, sebaiknya kita tenangkan diri dan pulang,"
Harto merangkul pundak Putranya itu "Aku tidak bisa kehilangan Kanaya Pa, aku sangat mencintai Kanaya, apa tidak bisa Papa berhutang dulu, aku janji aku akan membayar uang sepuluh milyar itu," rengek Reins.
Pemuda itu masih terus berusaha membujuk keluarganya.
"Pada siapa kita meminjam uang Reins, lagipula sejak awal Papa merasa kalau Tuan Antonio memang tak merestui hubunganmu dengan Kanaya, dari yang Papa lihat, ini hanya alasannya saja menolak lamaranmu," ujar Harto.
Setelah berulang kali berdebat, Reins pun menyetujui untuk pulang ke rumah, menurut Harto sebaiknya mereka mendiskusikan hal ini di rumah dari pada di depan kediaman Taufan.
Evelyn yang sejak awal menguping pembicaraan mereka semua hanya bisa mengelus d**a, ia bahkan terus melihat dari balik jendela bagaimana keluarga Gantara di permalukan sampai terpaksa berdebat di depan rumah mereka.
"Lihatlah Suamiku, Papamu itu memang tidak waras, ia memperlakukan keluarga Gantara sampai seperti itu," ujar Evelyn.
Alex memegangi kepalanya yang sakit "Itu sebabnya aku tidak mau ikut pertemuan gila itu, saat Camelia mengatakan keluarga Gantara ingin melamar Kanaya, aku sudah memiliki firasat yang buruk," jawab Alex.
***
Keesokan harinya.
Hari ini Kanaya tak banyak bicara, wajahnya tampak ditekuk, seorang MUA datang untuk merias wajahnya, sebuah kebaya kuning dengan mode terbaru sudah membalut tubuhnya, bila saat pertunangan Clarista menggunakan kebaya merah, kali ini Kanaya menggunakan kebaya kuning yang menunjukkan lekuk tubuhnya, bagian d**a dan punggung yang putih terekspos jelas, rambutnya di sanggul dan di beri aksesoris bunga yang warnanya sama dengan kebaya yang dia pakai, ia sangat cantik terlihat seperti bunga terompet emas, namun sayang wajahnya yang cantik terlihat murung.
Berulang kali MUA terkenal di kota itu menegur Kanaya agar terus tersenyum, namun Kanaya mengabaikan dan terus cemberut.
Camelia masuk melihat persiapan Kanaya sembari menunggu Ethan dan Kakeknya datang, acara memang terlihat sangat sederhana, mereka hanya akan melakukan acara makan malam lalu bertukar cincin. Meskipun begitu untuk tetap menjaga kelestarian budaya di keluarga mereka, setiap wanita yang akan bertunangan selalu di haruskan menggunakan kebaya. Bagi Antonio kebiasaan itu tidak boleh di abaikan.
"Kamu sudah siap Nak?"
Kanaya mengangguk.
Camelia menyuruh agar MUA keluar dari kamar Kanaya.
"Kanaya, kamu bisa membatalkan pertunangan ini Nak, Mama akan berusaha untuk bicara pada Kakekmu, Ethan Hazardy itu bukan pria yang baik," lirih Camelia.
Kanaya menggenggam tangan Mamanya lalu memeluk tubuhnya.
"Mama tenang saja, aku akan melakukan semua kehendak Kakek, aku juga akan membereskan masalah ini dengan caraku, kalau pria itu memang b******n, aku akan membuatnya menyesal sudah menikahi wanita sepertiku," ucap Kanaya menenangkan sang Mama.
"Tapi Kanaya-"
"Tenanglah Ma, aku juga harus mencari tahu fakta meninggalnya Clarista, aku tidak sanggup melihat Tante Eve terus berada di dalam bayang-bayang penyesalan," ungkap Kanaya.
Semalaman gadis pintar itu memikirkan hal yang mengganggu pikirannya itu, dan ia sudah memiliki rencana untuk mengatasi semua permasalahannya ini.
"Kamu yakin?" tanya Camelia memastikan.
"Aku yakin Ma, aku dengar Kakek Edward itu adalah pria yang bijaksana, aku akan mendekati pria tua itu terlebih dahulu, jadi Mama tenang saja ya," kekeh Kanaya.
Sebenarnya hatinya pun sangat berdebar, namun untuk membuat hati Mamanya tenang, Kanaya menunjukkan sikap tenangnya.
"Baiklah kalau begitu, Mama percaya pada anak gadis Mama ini," goda Camelia.
Setelah selesai berbicara dengan Kanaya, Camelia keluar dari kamar Putrinya itu karena masih banyak persiapan yang harus di lakukan untuk menyambut kedatangan Keluarga Hazardy.
Kanaya melihat wajah dan tubuhnya di depan pantulan cermin.
"Hari ini aku sangat cantik, kemben ini juga membantu penampilanku, area dadaku terlihat lebih berisi," kekeh Kanaya, ia sendiri berusaha menghibur diri agar tidak gugup.
Sekilas Kanaya mengingat perkataan pria yang pernah menghina fisiknya "Argh ...kenapa aku jadi ingat perkataan pria b******k itu!" kekehnya.
Kanaya malah melamun dan mengingat pria yang menyebalkan itu.
"Yah, kalau dilihat-lihat sih pria itu memang tampan, terakhir aku menemuinya ia terlihat seperti CEO yang ada di drama Korea yang aku tonton atau seperti Mafia tampan yang ada di n****+," kekeh Kanaya.
Kanaya menepuk jidatnya sendiri.
"Kenapa aku memikirkan pria itu, Huh ...semoga aku tidak pernah bertemu pria yang tak punya sopan santun itu," batinnya.
Tok tok tok ...
Suara ketukan pintu membuat Kanaya tersentak.
"Masuk!" teriaknya dari dalam kamar.
"Tante Eve!" sapa Kanaya.
Evelyn masuk ke dalam kamar, wajahnya masih terlihat sembab, berhari-hari wanita paruh baya itu menangis merenungi nasib putrinya.
Evelyn memang tidak berencana untuk ikut berpartisipasi dalam acara pertunangan Kanaya dan mantan calon menantunya itu, Evelyn sangat muak hanya mengingat nama Ethan Hazardy.
"Kamu terlihat cantik, mirip sekali seperti Camelia waktu muda," ujar Evelyn.
Dengan wajah pucatnya, ia berusaha tersenyum ke arah keponakan kesayangannya itu.
Kanaya mendekat lalu memeluk tubuh Evelyn.
"Aku sayang sama Tante," gumamnya.
"Tapi kamu tidak sayang pada dirimu sendiri, kenapa kamu malah membiarkan dirimu di mangsa oleh pria terkutuk itu!" gerutu Evelyn.
Kanaya melepaskan pelukannya "Tante tidak perlu khawatir, aku punya rencana dan aku akan membongkar kelakuan busuk pria itu, aku akan membuat dia membayar semua yang telah ia lakukan pada Clarista," ujar Kanaya.
Walaupun Kanaya sendiri tidak yakin kalau Ethan yang membuat Clarista mengakhiri hidupnya.
"Tante hanya memperingatkan kamu Kanaya, jangan sampai kamu terluka oleh pria itu, apa kamu sudah tahu bagaimana wajahnya?" tanya Evelyn.
Kanaya menggelengkan kepalanya.
Evelyn mendesah pelan.
"Kakek kalian memang sangat kejam, ia bahkan langsung menerima pertunangan tanpa mempertemukan kalian dahulu,"
Evelyn terlihat lemas, ia sangat khawatir bagaimana keadaan Kanaya ke depannya, Ayah mertuanya itu akan menghancurkan kehidupan satu-satunya penerus Taufan.
"Kalau saja Tante bisa membawamu pergi dari sini," tegasnya.