"Pak! sebentar, Pak." Fajar mengejar Himsa yang berjalan din koridor. Himsa yang merasa namanya dipanggil pun berhenti seraya menoleh. "Ada apa, pak Fajar?"
"Maaf, Pak. Saya hanya ingin menyampaikan sesuatu pada Bapak."
"Tentang apa?"
"Tentang Jani."
"Jani?"
"Iya. Jani adalah mantan istri saya!"
"Saya sudah tahu, lalu kenapa?" Himsa merasa kalau lelaki ini sepertinya kurang waras.
"Saya mau bilang, kalau Jani itu hanya lulusan SMK, apa Bapak juga tahu?"
"Iya, tentu saja."
"Oh. Tapi kenapa Bapak malah tetap menjadikan dia seorang administrasi? diakan tidak pantas!"
"Jadi anda mau bilang, kalau Jani tidak pantas menjadi seorang administrasi, lalu seharusnya saya memilih anda, Begitu?" Oh, kenapa Himsa merasa kepalanya ingin meledak. "Apa anda tidak tahu, kalau sikap anda ini sangat
