Bab 2 Gadis Bisu

1246 Words
Dengan lembut dan perlahan, Raya membersihkan tubuh anak kecil yang kini sudah berani mendongakan kepalanya perlahan melihat ke arah Raya yang masih acuh, Raya sengaja tidak menoleh dan membiarkan anak itu memperhatikannya. Dia fokus membersihkan setiap bagian tubuh anak itu perlahan dan telaten. Ia sangat hati-hati, takut akan membuat gadis itu merasa kesakitan luka yang sudah kering itu terasa kembali. Dan benar saja anak itu sesekali meringis pelan namun ia tahan agar tidak membuat Raya sadar. Raya sudah tahu apa yang di pikirkan anak itu, dia perlahan tersenyum tipis dan mengambil handuk untuk menyelimuti tubuh anak itu dan perlahan menggendongnya dengan pelan, ia berjalan keluar kamar mandi dan menuju tempat tidurnya. Kini keduanya duduk di lantai yang beralaskan karpet lembut dengan motip karakter kucing warna biru muda. Raya terkejut ketika melihat wajah gadis yang ada di hadapannya itu, mata coklat bersinar, bibir kecil mungil, pipi berisi dan kulit putih. Membuat Raya menyentuh wajah gadis yang kini sudah menampakan wajahnya tanpa menundukan kepalanya lagi. "Eh, gadis secantik ini kenapa malah diam saja, apanya yang jelek? Kok kakak malah melihat seorang putri yang sangat cantik," ucap Raya dengan lembut. Anak kecil yang mendengar ucapan Raya tersenyum ketika mendengarnya, membuat Raya mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum. "Ya ampun, senyummu bahkan sangat manis Sayang! Unnnh manis deh," tambah Raya. "Emmm, kamu beneran tidak bisa bicara atau kamu belum mau bicara Sayang?" tanya Raya mencoba untuk bertanya lagi. Masih tidak ada jawaban dari anak itu untuk setiap pertanyaan Raya. Namun Raya sudah senang ketika gadis itu kini mau menunjukan wajahnya bahkan mulai tersenyum tipis. "Baiklah, karena kakak belum punya pakaian untukmu, bagaimana kalau kamu pakai baju kakak saja dulu ya," ucap Raya membuka lemarinya dan mengambil atasan baju tidurnya yang memang hanya di atas lutut dan lengan pendek. "Emmm, kamu lucu sekali Sayang, pakai baju ini, hahaha, kemakan baju kamu," tawa Raya melihat anak itu bahkan pakaiannya lebih besar dari anak itu. "Baiklah, baiklah, kamu diam dulu disini ya Sayang, kakak akan carikan pakaian yang cocok untukmu," tambah Raya berdiri dan berjalan keluar dari kamarnya menutup pintu perlahan. Raya berjalan keluar dari kamarnya dengan senyum diwajahnya, ia berjalan menuju panti asuhan, dimana ada banyak anak panti yang menyambutnya dengan hangat. "Bu, apa ada pakaian untuk anak seusia 4 atau 5 tahun?" tanya Raya pada pengasuh di panti. "Emm, ada kayanya non, sebentar ya," jawab pengasuh panti. Raya mengangguk dan masih menunggu kedatangan pengasuh itu kembali. Hingga datang dengan beberapa pakaian yang di minta Raya. "Hanya ada ini Non," ucap pengasuh itu. "Iya, gapapa Bu, ini sudah cukup, terimakasih," balas Raya tersenyum mendapati beberapa pakaian yang cukup muat untuk anak yang ada di kamarnya. Pengasuh panti itu mengangguk dan melihat Raya yang sudah pergi meninggalkannya. "Semoga nona Raya selalu di berkahi karena kebaikannya, anak orang lain saja dia rawat, padahal ... Ah sudahlah," ucap pengasuh panti. Raya berjalan dengan senyum tak lepas di wajahnya, saat ia masuk ke kamarnya, dia melihat anak gadis itu tegah duduk bersandar di tepi ranjang tidurnya sedang memakan coklat. Raya tersenyum tipis ketika melihat anak itu sudah tidak diam lagi. Saat melihat Raya berdiri tepat di depan pintu, anak itu tertegun dengan coklat masih di mulutnya. "Kenapa Sayang? Kamu suka sama coklatnya Sayang?" Raya duduk di samping anak kecil itu dan memperlihatkan beberapa setelan pakaian pada anak itu. "Kamu coba Sayang!" uca Raya menunjukan pakaiannya pada anak itu. Saat Raya mencoba untuk membuka pakaian yang di kenakan anak itu. Tiba-tiba gadis itu menggelegkan kepalanya mencegah Raya untuk membukakan pakiannya. "Kenapa? Kamu tidak mau ganti?" tanya Raya menatap gadis yang mengangguk. "Kenapa? Itukan kebesaran?" tanya Raya lagi. Anak itu berdiri dan memutar tubuhnya yang di telan baju yang kebesaran. Dia bahkan masih ada sisa coklat di wajahnya. "Hahaha, sayang kamu kok lucu sekali sih, sini baiklah kau boleh memakainya, tapi nanti kamu pakai baju yang ada ya! Kalau bayaranku sudah sampai nnti kita beli pakaian yang bagus untuk kamu ya," ucap Raya menahan tawanya dan menarik anak itu kepangkuannya. Raya sangat suka dan gemas dengan tingkah anak gadis itu yang ternyata, sangat menggemaskan baginya. Raya memeluk gadis itu dengan lembut. Ia masih takut akan melukai luka yang memang mengering di bagian tubuh gadis itu. "Hmmm, namamu siapa, Sayang?" tanya Raya baru mengingat akan hal itu. Raya mengangkat sebelah alisnya ketika melihat anak di hadapannya bahkan menatapnya dengan lekat. Dia sama sekali tidak berbicara apalagi menjawabnya. "Hmmm, aku tahu kamu masih belum mau bicara ya Sayang? Bagaimana kalau namamu Dora, biar kaya karakter kesukaanku, hihi," ucap Raya terkekeh mengingat nama itu. Anak itu bahkan hanya menatap Raya yang tersenyum dengan pikirannya sendiri. "Aku panggil kamu Princes mau?" tanya Raya. Gadis yang ada di pangkuan Rayapun mengangguk, menyukai panggilan yang Raya katakan padanya. "Emmm, karena kamu begitu mungil dan cantik, Princes bagus ternyata. Ya meski terlalu megah untuk ukuran kita yang bukan orang elite hihi, tapi kamu putri kesayanganku, eh aku kan kakak, kamu panggil kakak ya?" ucap Raya. Gadis yang bernama Princes itu hanya diam, dia menatap tajam ke arah Raya tanpa berkedip. "Kenapa? Kamu tidak suka aku jadi Kakakmu? Huh, ya sudah," tambah Raya. "Ibu." Raya terkejut ketika mendengar ucapan Princes untuk pertama kalinya Raya mendengarnya. "Hah, kamu bilang ibu, aku. Kamu bicara Sayang? Coba katakan lagi?" Raya begitu bahagia ketika mendengar suara mungil Princes untuk kali pertamanya. Namun tidak ada jawaban lagi dari Princes yang kini terdiam. "Hmmm, ya sudah terserah kamu saja, panggil aku sesukamu saja, mau ibu kakak juga sama saja, kamu akan bersamaku untuk waktu lama atau juga selamanya," ucap Raya tersenyum. Untuk pertama kalinya Raya malam ini tidur di temani seorang anak kecil, dengan mengenakan pakaiannya yang terlalu besar untuk usia anak menginjak 5 tahun itu. Raya tersenyum dan terdiam ketika Princes sudah tertidur setelah Raya mengoleskan obat untuk srtiap goresan luka di tubuh Princes yang hampir sembuh itu. Raya terdiam dalam hening malam itu. *Orang tua mana yang dengan tega membiarkan anak cantik dan manis seperti ini sendirian bahkan dengan luka yang begitu pedih? Nasibku bahkan tidak sepedih dia," batin Raya menahan tetesan air mata yang hampir jatuh keluar.* Malam itu, Raya kembali ke kursi di samping tempat tidurnya dan menyalakan laptopnya, ia menarikan seluruh jarinya diatas keyboard setelah mengenakan kacamatanya. Raya Nafisha adalah salah satu penulis online sebuah n****+ untuk sebuah penerbit. Dia bahkan bertahan hidup dari upah yang di dapat dari hasil tulisannya. Di tengah sulitnya mencari pekerjaan di dunia Realnya, Raya menyempatkan diri untuk bekerja online meski hanya sebagai penulis yang bahkan tidak terlihat oleh orang lain. Yang mungkin saja meremehkan pekerjaan itu. Namun cukup untuk perut dan kebutuhan yang terjangkau. Pagi sekali, Raya bersiap lagi untuk pergi mencari pekerjaan. Di sela hari berganti, Raya masih berusaha untuk mencari pekerjaan. Tidak ada hasil yang mengkhianati usaha. Selama kita masih semangat untuk meraihnya. Itu yang Raya tanamkan setiap kali ia mencoba untuk kembali mencari pekerjaan. "Kamu sudah bangun Princes? Jangan lupa sarapan ya! Semua sudah ada, kamu hanya perlu mengambilnya sendiri! Maaf ya Sayang, aku harus mencari pekerjaan untuk kita, jadi kamu baik-baik di rumah," jelas Raya menghampiri Prince yang sudah menginjak usia 6 tahun. Begitupun dengan Raya yang masih saja mencoba untuk mencari pekerjaan, bahkan seluruh perusahaan di kota sudah ia telusuri hanya untuk mendapatkan sebuah pekerjaan. Namun tak kunjung dapat. Meski seperti itu, tidak menyurutkan semangat Raya yang memang ia sambi di sela waktunya sebagai penulis yang cukup terkenal sekarang. Meski tak sepopuler penulis lain yang penghasilannya sudah ratusan juta, namun Raya masih bersemangat dan bisa mencukupi untuk kehidupannya bersama Princes yang kini sudah melekat seperti putrinya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD