Bab 19 Tempat Baru

1045 Words
"Kau pulang lebih cepat dari kemarin, apa begitu banyak pekerjaanmu?" tanya Dina. "Ya, ada hal yang harus aku lakukan dulu baru bisa pulang," jawab Raya. "Tentang novelmu?" tanya Dina. "Memang kenapa dengan novelku?" balas Raya. "Namamu ada di beranda dan aku menceritakannya pada anak-anak panti termasuk Princess yang bersemangat mendengarnya," jelas Dina. "Iyakah?" tanya Raya, dia tersenyum tipis mendapat promo dari pusat untuk karya pertamanya. Princess menunjukan simpul cinta di kedua tangannya tersenyum untuk Raya. "Lihat anakmu ini sampai belajar melakukannya seharian ini," seru Dina tersenyum. "Benarkah? Aku juga cinta kamu, Sayang. Bagaimana jika kita kembali dan makan!" seru Raya mengajak Princess setelah dia berpamitan pada Dina. Melihat Raya sudah pergi, Dina menghela nafas mengingat ada beberapa pria asing baginya yang menunjukan sebuah poto sama percis dengan wajah Princess. Namun dia tidak mengatakan jika mengenali gadis yang sedang nereka cari. Sempat ingin membicarakannya dengan Raya, tapi dia urung, mengingat kebersamaan Raya dan Princess sangat dekat. Dia takut akan membuat masalah bagi Raya jika mengatakannya. Raya keluar dari kamar mandi, dia tersenyum tipis saat melihat princess sedang menikmati makanan yang dia bawa di atas meja. Namun Raya sudah tahu apa yang terjadi dengan Princess beberapa hari lalu, tentang Zira yang mencoba untuk menyakitinya hingga membuat dia tampak merasa kesal dan ingin sekali menghampiri wanita itu Namun dia tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk bertemu dengan anak pemilik Panti dan dia harus mencari waktu yang tepat untuk bisa bertemu dengannya. "Dia seolah-olah tahu jika aku akan mencarinya, benar-benar membuatku sangat kesal dan di malam hari aku memang tidak bisa meninggalkan Princess seorang diri di rumah," gerutu Raya. Raya berjalan menghampiri putrinya, mencoba untuk memperbaiki perasaan dan keadaan Princess dengan baik. Hampir setiap hari dia berada bersama dengan Dina teman Raya, untuk memastikan gadis itu baik-baik saja. Namun Raya juga masih khawatir kika sesuatu hal yang sama terjadi lagi kepada Princess, membuatnya tetap merasa khawatir meski dia sudah meyakinkan Dina untuk menjaganya, bahkan temannya itu selalu memastikan Princess baik-baik saja. Tapi ada perasaan khawatir yang dirasakan oleh Raya sepanjang waktu, membuat dia merasa tidak tenang di dalam pekerjaannya. Raya sering terdiam, setelah dia bekerja sepanjang hari hingga selalu pulang lebih awal setelah jam kerja berakhir Suatu hari saat Raya sedang di tengah kesibukan beberapa pekerjaan, setelah dia sering disibukkan dengan deretan pekerjaan, dia yang naik jabatan sebagai kepala divisi membuat Raya harus sedikit jauh lebih sibuk dari sebelumnya. "Apakah kau harus bekerja seperti ini terus? Kenapa kau tidak memiliki keringanan untuk segala tugas yang begitu berat seperti ini?" tanya Nadira. "Memangnya, apa yang bisa kulakukan dengan deretan pekerjaan yang begitu banyak dan juga upah yang sampai membuatku begitu puas?" balas Raya. "Kau bukan sedang bekerja, tapi kau sedang memaksakan dirimu! Meski aku tahu pikiranmu sedang berada di tempat lain, apakah kau memiliki masalah?" tanya Nadira Raya tidak menyangka, jika Nadhira menyadari akan hal itu. Teman baiknya itu memang memiliki mata dan perasaan yang begitu baik, hingga memahami keadaan dan selalu benar setiap kali dia membicarakan tentang apa yang dilakukan oleh Raya. "Ya, aku selalu merasa tidak nyaman membiarkan Princess tinggal di Panti Asuhan," ucap Raya sembari meminum kopi yang disediakan oleh Nadhira. "Memiliki upah yang begitu besar, tentunya keuanganmu lebih dari cukup jika hanya untuk menyewa sebuah rumah ataupun apartemen untuk memberi kenyamanan kalian. Apakah begitu sulit untuk melakukannya?" tanya Nadira. Raya terdiam, dia memang merasa hal itu jauh lebih baik dibandingkan tinggal di Panti Asuhan. Apalagi sempat ada satu hal terjadi kepada Princess, tentang apa yang dilakukan oleh Zira kepada putrinya itu. "Apakah aku perlu melakukannya?"0 tanya Raya. "Jika kau merasa tidak nyaman di suatu tempat, apakah kau akan dengan bodohnya tetap berada di sana? Jika aku memiliki peluang uang sebesar untuk pergi dan mendapatkan kenyamanan, sebaiknya aku akan bergegas pergi dari tempat itu dan menghampiri tempat yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Apalagi yang kita pikirkan adalah keluarga kita," jelas Nadira. "Ya, meski aku tahu bahwa Panti Asuhan juga adalah keluargaku. Tapi, yang selalu bersama denganku adalah Princess. Dia jauh lebih berarti dari apapun," ucap Raya. "Lalu, apalagi yang kau pikirkan?" tanya Nadira. "Apakah aku tidak akan menyakiti mereka?" tanya Raya. "Kau mencari ketenangan bukan menghindari mereka, apa yang akan mereka lakukan, jika mereka juga menginginkan tempat yang jauh lebih baik. Apakah kau tidak pernah terpikirkan apa yang diinginkan oleh mereka, aku yakin orang-orang Panti juga memiliki hal yang sama seperti dirimu. Hanya saja mereka tidak memiliki kemampuan yang lebih sepertimu. Dengarlah aku tahu kapan kamu saat tahu bahwa terjadi sesuatu hal buruk terhadap putrimu itu. Tapi jika aku jadi kau, orang pertama yang dapat memastikan dia baik-baik saja adalah dirimu. Sendiri sebaiknya kau mempertimbangkan semuanya dan juga bukankah di sini ada apartemen yang dekat dengan perusahaan dan juga ada beberapa tempat kos-kosan? Kenapa kau tidak mencoba untuk melihat-lihat disana?" Raya mengangguk mendengar saran dari temannya itu, Nadhira hanya tersenyum tipis, dia mencoba untuk meyakinkan Raya dan berpamitan pergi lebih awal pulang, mengingat Raya masih memiliki beberapa pekerjaan yang belum dia selesaikan. Di tengah-tengah pekerjaannya, Raya terpikirkan akan saran dari temannya itu. Dia kembali untuk mencari tahu tempat di sekitar pekerjaannya dan mencoba untuk mencari beberapa tempat tinggal yang cukup layak untuk di tinggali olehnya bersama dengan Princess. Gadis itu tampak jauh lebih bersemangat saat mencari tempat tinggal, tidak jauh dari tempat bekerjanya. "Jika perlu aku hanya menginginkan beberapa langkah untuk sampai di tempat kerja saja," gumam Raya Dia sangat bersemangat ketika melakukannya. "Kenapa aku tidak pernah terpikirkan tentang mencari tempat tinggal yang jauh lebih dekat dari tempat kerjaku rumahmu?" Raya sudah menemukan sebuah tempat yang cukup layak untuk ditinggali oleh dia dengan Princess kali ini. Raya yakin untuk tinggal di sana, setelah dia memastikan tempat tinggal itu jauh lebih baik dari kontrakannya, hingga rumah sewa yang cukup besar itu membuat Raya jauh lebih bersemangat. Dia kini berdiri di pinggir jalan, berharap ada sebuah taxi, sebuah mobil berhenti tepat di hadapannya. "Apakah kau terbiasa hanya menunggu di pinggir jalan, berharap seseorang berhenti dan mengajakmu?" tanya Morgan. Raya mengangkat sebelah alisnya, dia memilih untuk mengajarkan Morgan dan berjalan pergi menghindar dari Morgan. Pria itu akan mengangkat sebelah alisnya, dia tidak percaya jika Raya mengacuhkan dirinya, membuatnya menjalankan mobil dengan sangat pelan mengikuti kemana arah pergi Raya hingga membuat gadis itu merasa tidak nyaman dan berbalik dengan tatapan tajamnya. Dia tersenyum tipis melihat gadis itu mulai kesal karenanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD