Naura berjalan kembali hendak keluar dari ruang ganti, namun saat dia tepat berdiri di depan pintu. Ia sangat terkejut ketika melihat Altran yang berdiri di hadapannya, setelah ia keluar dari kamar mandi.
Yang lebih membuat Naura terkejut, pria itu hanya mengenakan handuk melingkar di pinggangnya. Memperlihatkan tubuhnya yang kekar, sedikit tetesan air di tubuhnya membuat Naura membulatkan kedua matanya. Antara dia takut dan terkagum melihat tubuh yang menurutnya sangat seksi itu.
"Astaga, dia pria dingin itukah?
Kenapa dia bisa seseksi ini," gumam batin Naura.
"Apa yang sedang kamu lakukan di kamar ku?" tanya Altran heran.
"Aku kebingungan mencari pakaian. Makanya aku pergi ke kamarmu mencari pakaian. Tadinya aku mau bertanya kepada kamu apakah ada pakaian yang bisa ku kenakan?
Tapi pas aku masuk kamu tidak ada, makanya aku masuk saja dan menemukan pakaian yang sekarang ku kenakan seperti ini," jelas Naura dengan tingkahnya tidak ada rasa bersalah sama sekali.
Altran mengangkat sebelah alisnya, dia memperhatikan Naura dengan intens. Apalagi saat melihat gadis itu hanya mengenakan kaos tanpa dalaman dan juga celana boxer pendek yang sering ia kenakan saat hanya berada di rumah saja.
Altran sama sekali tidak berbicara lagi namun, saat Naura hendak keluar dari kamarnya dan melewati dirinya. Altran menarik pakaian Naura hingga membuat gadis itu berhenti melangkah dan berbalik kearahnya.
"Sebaiknya kamu siapkan makanan kalau tidak aku akan menuntut bayaran tentang dirimu yang mengenakan pakaian ku tanpa seizinku. Tidak ada tertulis di dalam kontrak tentang kamu yang boleh mengenakan pakaian ku sesuka hatimu," tegas Altran menatap tajam kearah Naura.
"Iyaa iyaa ... aku akan masak, sebaiknya kamu lindungi tubuhmu itu sebelum ada sesuatu yang akan memberontak!" balas Naura, dengan acuh namun dia tersenyum tipis saat pikirannya menerawang tentang tubuh Altran yang ada di hadapannya itu.
"Maksudmu?" tatap Altran.
"Tidak ada," Naura tersenyum tipis.
"Jangan traveling!" dia memukul jidat Naura pelan.
"Iish, sakit tahu! Berontak baru tahu kemakan!" gerutu Naura, berjalan meninggalkan Altran.
Altran tidak memahami apa yang diucapkan oleh Naura, yang dia pikirkan gadis itu memang terlihat selalu sembarangan dalam berbicara.
Bahkan tanganpun terlepas begitu saja, tangan yang menarik baju Naura dan membiarkan gadis itu pergi keluar dari kamarnya.
"Sebaiknya aku segera menyelesaikan urusan ku dengan Ayah!" ucap Altran setelah melihat Naura pergi keluar.
Dia berjalan ke ruang ganti, namun dia sangat terkejut ketika melihat ruangan pakaiannya sangat berantakan, bahkan pakaiannya berserakan membuatnya sangat kesal.
"Gadis itu benar-benar menyusahkan," Altran tampak kesal melihat tingkah Naura yang memporok pondakan ruangan pakaiannya.
Naura yang kini berdiri di depan kompor dia tertawa terbahak saat mengingat, dimana Altran tentunya sangat kesal sekali, bahkan dia membutuhkan waktu yang sangat lama untuk membereskan pakaiannya itu lagi.
"Siapa suruh sangat pelit hanya pakaian saja dia perhitungan, untungnya aku sudah mengacak-acak pakaian dia. Aku banyak waktu untuk memasak dan bersantai," ucap Naura, dia tersenyum bahagia saat mengingat dirinya beberapa waktu lalu terpikirkan untuk membuat pakaian Altran berantakan.
Setengah jam lamanya Altran membereskan semua baju-baju dan celananya yang berhamburan akibat ulah Naura.
"Baru satu hari ... dia sudah bikin heboh dalam rumah ku," gerutu Altran yang masih merapikan ruang gantinya.
Ponsel Altran berdering ada suatu panggilan masuk. Bergegas dia keluar dari ruangan itu dan menghampiri ponsel yang dari tadi berdering.
"Bro, kamu sudah siap!?" tanya Lio dalam suara ponsel
"Siap mulut mu!" jawab Altran, dia tumpahkan kekesalannya pada Lio.
"Waahaha, ada apa Al, dari subuh tadi kamu nyolot terus kerjaannya," sambil tertawa Lio.
Setiap kali Altran marah kesal, Lio tak pernah balas marah, sebaliknya dia menertawakan sahabatnya itu.
Masakan dengan aroma yang begitu terasa nikmat. Lio yang baru masuk di depan gerbang saja mengendus-endus hidungnya mencium aroma yang sangat lezat.
"Hmm ... aroma masakan ini membuat ku laper,"
"Permisi...," Lio sudah di depan pintu rumah.
Dan Naura pun menghampiri suara seseorang yang dari luar sesekali berbunyi bel rumah. Dia membuka pintu rumah dan terlihat seorang pria yang berdiri sambil pegang ponselnya. Dia mengangkat sebelah alisnya saat membuka pintu dan melihat seseorang berdiri di depan pintu.
"Anda ...."
"Saya asisten Altran, perkenalkan," sela Lio mengulurkan tangannya, dengan senyum intriknya melihat Naura.
"Hmmm," Naura terdiam, dia bahkan tidak membalas uluran tangan Lio.
"Bau ini ...."
"Owh, silahlkan masuk! Aku masih harus menyiapkan masakan," Naura mempersilahkan Lio masuk dan berjalan di ikutinya.
Naura yang hanya mengenakan kaos putih dan celana pendek, membuat perhatian Lio hanya fokus melihat penampilan Naura dan juga kecantikannya yang alami.
"Apa yang kamu lihat?!" tatap Altran menghentikan Lio.
"Hee, Bro. Dia ...."
"Ke ruang tamu!!" sela Altran melewati Lio dan berjalan terlebih dahulu.
Altran tahu jika sahabatnya itu pasti akan memperhatikan Naura, apalagi melihat gadis itu yang terlihat menarik dengan pakaian yang dia kenakan, meski kebesaran. Namun itu sangat menarik perhatian banyak pria jika di lihat dari sisi tubuh gadis itu. Altran bahkan terburu-buru keluar dari kamarnya, saat suara Naura terdengar di ponsel Lio yang masih menelphonenya. Dan ternyata benar saja, Lio terkesima melihat Naura.
"Dia gadis itu Bro?" tanya Lio.
"Hmmm."
"Wow!!! Itu mah rezeki Bro! Darimana kau mendapatkannya?" seru Lio.
"Kau jangan banyak bicara! Cepat siapkan semuanya! Aku ingin 2 jam nanti sudah beres dan aku dapat semuanya!" tegas Altran.
"Pernikahan, sipil, akta dan tempat weedingkan?" tanya Lio.
Altran tidak menjawabnya, dia tahu jika Lio tidak pernah mengecewakannya. Maka dari itu, semua dia serahkan padabsahabatnya sekaligus asistennya.
"Aku jadi lapar Bro!" seru Lio mengendus bau masakan dari arah dapur.
"Kurang dari waktu yang aku tentukan, sebaiknya kau bekerja di cabang saja!" acuh Altran.
"Selow Bro! Baik-baik, kau sudah punya cewek cantik. Jago masak juga, malah semakin sombong, akukan juga ingin merasakan masakannya," gerutu Lio.
"Hmmm," Altran tidak menghiraukannya.
Mendapati Lio masih belum beranjak dari duduknya, Altran menatap asistennya dan membuat Lio tersenyum, berdiri, dan berpamitan terlebih dahulu, pada Altran.
"Kapan aku memperbolehkanmu melihatnya, apalagi mencicipinya. Aku bahkan baru kali ini mencium aroma masakannya dan tidak ada yang boleh memakannya selain aku," gumam Altran.
Dia bahkan sedari tadi menahan dirinya untuk menunjukan jika dia menjadi sangat lapar, saat mencium aroma masakan yang saat ini tengah di masak oleh Naura. Seorang gadis yang dengan tingkahnya, bisa menciptakan suatu aroma masakan. Bahkan membua Lio tak sadarkan diri, mabuk kelaparan hanya mencium aroma masakannya saja.
"Sebaiknya aku lihat dia, sebelum menghancurkan dapurku, seperti ruang gantiku," ucap Altran berdiri dari duduknya.