Dingin

2075 Words
Lio yang melihat Altran bergegas berjalan ke dapur menghampiri Naura, dia bergegas berlari mengejar Altran dan berhenti saat temannya itu juga berhenti. Altran melihat Lio yang pergi menuju dapur, dengan segera ia berjalan menghampiri Lio dan menarik kerah bajunya "Tuan rumah yang duluan!" Altran membuat terkejut Lio dengan menarik kerah lehernya hingga tercekik sedikit. "Tamu adalah raja," balas Lio menarik tangan kiri Altran. Belum sempat melangkah, tangan kanan Lio di tarik oleh Altran dan hampir tersungkur. "Tamu dari Hongkong!" balasan Altran tak mau kalah dari sahabatnya itu. Naura yang melihat tingkah kedua orang pria itu seperti anak kecil, mengangkat sebelah alisnya dan mengelengkan kepalanya sambil memegang spatula. "Sudah pada tua, masih saja bertingkah seperti ini, kekanak-kanakan!" seru Naura, menyimpan makanan di atas meja. Altran tertegun mendengar dan melihat Naura yang menggerutu dengan menggemaskan. "Kenapa Bro?" Lio memiringkan kepalanya bertanya pada Altran yang terdiam. Lio melihat Altran yang terdiam dan beralih melihat ke arah meja makan yang di mana seorang gadis cantik manis, tengah menyiapkan sarapan. Makanan yang cukup banyak tertera di atas meja, bahkan Lio tergiur berjalan menghampiri meja makan. Namun Altran menahannya, menghentikan langkahnya dan berbalik melihat temannya. Tatapan mengerikan, membuat Lio bergidik. Dia tersenyum canggung dan mempersilahkan Altran berjalan terlebih dahulu darinya. "Cepat makan! Setelah itu bersihkan bekas makanannya!" seru Naura duduk di kursi dan memakan sarapannya. "Kau yang selesaikan semuanya! Dan bersiap untuk keluar!" Altran duduk sembari membalas ucapan Naura. Dengan wajah datar dan dinginnya, dia mengacuhkan Naura yang hendak protes, akan ucapannya. *"Dia dingin sekali," gerutu batin Naura.* *"Pantas dia gak ada wanita yang bersamanya, datar dan dinginmu itu benar-benar mengerikan," batin Lio, duduk di kursi.* "Nona, kau pintar sekali masaknya! Sampai seenak ini!" seru Lio dengan mulut penuh. Naura tersenyum mendengar penuturan Lio, namun lain dengan Altran yang tidak senang saat mendengar hal itu. "Biasa saja!" sela Altran. Dia melihat makanan yang ada di hadapan Naura yang terlihat enak, ketika gadis itu memakannya, dia mengambil makanan itu tanpa bertanya pada Naura. Naura mendengus mendengar ucapan Altran dia sangat kesal sekali pada pria dingin di hadapannya itu. Namun tetap memakan makanannya, dia mendelik ketika Altran mengambil makanannya menggunakan sumpitnya. *"Tahu gitu, aku buat makanan yang sangat pedas untuknya!" gerutu Naura.* Altran terdiam, saat dia memasukan sesuap makanan ke dalam mulutnya, dia bahkan menahan pedas di dalam mulutnya, saking pedasnya. Wajahnya yabg putih tampan memerah kepedasan. Lio yang melihat Altran yang tidak menyukai makanan pedas, dia tersenyum tertahan, hingga menertawakn sahabatnya itu. Naura bingung, "Kenapa dia? Apa dia ga suka sama masakan ku?" tanya Naura. Lio yg melihat Altran seperti itu, tertawa geli sendiri melihat sahabatnya yang kepedasan. "Dia bukan nya gak suka, tapi kepedasan ... hahahaha," makin jadi Lio tertawanya. Altran meminum air yang ada di hadapannya tanpa berbicara, namun dia menatap Lio dengan tajam dan geram. Tatapan menekan pada Lio, membuat temannya itu berhenti tertawa. *"Mengerikan Bro, haha," batin Lio.* "Lagian, itukan makanan aku! Makanya aku membuat yang tidak pedas. Takutnya kamu tidak suka," jelas Naura. "Hanya dia yang tidak suka," tawa Lio. "Beneran gak apa-apa?" tanya Naura. Altran tidak menjawab Naura, namun dia memakan makanan yang tidak pedas di berikan oleh Naura. Mereka sarapan pagi bersama, meski terasa aneh. Gadis penakut dan manja, bisa membuat masakan dan makanan yang sangat enak di lidah Altran dan Lio. Juga, Naura membersihkan bekas masakannya di dapur. Altran hanya datar dalam sarapannya, tanpa berbicara sama sekali. Setelah dia memakan makanan milik Naura. Setelah selesai sarapan, Altran berjalan meninggalkan meja makan setelah melihat Naura Yang Sedang membereskan sisa makanan dan juga ikut berjalan dari arah belakang. Lio yang melihat Altran dan Naura pergi menaiki tangga, dia tersenyum tipis. Saat melihat sepasang gadis cantik yang ceria manis dan menggemaskan, berjalan mengikuti seorang pria tampan, dingin dan acuh jauh lebih tinggi dari Naura membuat Lio sangat kagum. "Sepertinya, Tuhan sudah bosan dengan kesendirianmu Al, hingga mengirim seorang gadis yang bisa membuatmu yang sedingin es luluh karenanya," gumam Lio, mengingat Altran yang berpendirian untuk tidak tertarik kepada seorang wanita terlebih dahulu. Dia hanya mementingkan tentang pekerjaan dan suatu hal yang sangat ingin Altran cari tahu tentang dirinya. Pasalnya, Lio baru mendengarkan penjelasan Altran. Bahwa temannya itu, bukanlah Putra Anggara. Meski Lio tidak mempercayai hal itu, namun pada kenyataannya, memang Altran jauh lebih tampan dari keluarganya yang hanya dari kalangan biasa saja. Bahkan dia jauh lebih menonjol dalam hal apapun, kecerdasannya melebihi orang seharusnya. Dia lebih pandai dalam hal apapun. Karena kemampuannya, saat Altran terjun ke dunia perbisnisan. Membuat keluarganya bangga, dengan kejeniusannya dan bertalenta, saat di bangku sekolah dan juga Altran yang sukses di dalam setiap bidang. Bahkan keluarganya menjadi berjaya sampai saat ini. Lio hanya bisa membantu Altran semampu dia, namun dia sudah berjanji kepada dirinya akan melakukan apapun untuk sahabatnya Altran pasalnya, disaat Lio yang bukan siapa-siapa, tiba-tiba Altran mengulurkan tanganya membawa Lio berdiri tepat di sampingnya hingga berjaya. "Kau, bersiaplah! Kita akan pergi keluar!" Altran berbicara tanpa beralih melihat ke arah Naura. Dia mengangkat sebelah alisnya, saat tidak pernah suka jika ucapannya tidak ada yang menjawab ataupun menyahut nya. Dia berhenti dalam langkahnya, perasaan kesal saat gadis yang ada dibelakangnya itu tidak menjawab ucapannya. Namun dia tertegun saat mendapati Naura menabrak tubuhnya. Naura mengaduh dan menggosok dahinya yang terbentur punggung Altran. Altran hanya mengangkat sebelah alisnya, mendapati Naura yang terlihat polos, namun seringkali membuatnya kesal. "Kenapa berhenti mendadak? Sakit tahu!" protes Naura mendongakkan kepalanya memajukan bibirnya. Naura menatap tajam Altran sembari menggosok dahinya, yang sedikit sakit. Altran yang hendak protes kepada Naura yang tidak menjawab ucapanya, dia terdiam. Saat melihat Naura terlihat sangat menggemaskan ketika dia menggerutu seperti itu. Apalagi Naura menatap tajam kearahnya yang malah terdiam setelah membuatnya menabrak tubuhnya. "Kenapa?" tanya Naura. "Cepatlah bersiap kita akan pergi keluar!" Altran yang tidak pernah mengulang ucapannya, kali ini dia mengatakannya untuk seorang gadis yang bernama Naura. Gadis yang hanya 1 hari dia kenal, bahkan sudah membuatnya tampak kacau. Namun bisa membuat seorang Altran mengulang ucapannya dan bahkan menjelaskan perlahan kepada Naura. "Terus kenapa kamu berhenti berjalan!" seru Naura kesal, mendapati Altran berjalan meninggalkannya. Naura hanya mendengus kesal dan berjalan cepat sedikit berlari dan mendahului Altran, sembari dia menatap tajam kearah pria itu dan menggosok dahinya yang masih terasa sakit, Naura juga sempat menjulurkan lidahnya ke arah Altran yang datar. "Dia sangat sombong Saat tubuhnya jauh lebih kekar dan lebih tinggi dariku!" gerutu Naura berjalan memasuki kamarnya tanpa menghiraukan Altran yang terdiam mengangkat sebelah alisnya melihat Naura yang menggerutu. "Aku keluar? Lalu apa yang harus aku kenakan?!" Naura membuka pintunya kembali, dia hanya mengeluarkan kepalanya dan bertanya kepada Altran yang pendiam namun mengangkat sebelah alisnya saat melihat Naura seperti itu. "Pakai apa saja yang ada!" balas Altran, dia berjalan dan tidak menghiraukannya. Naura sudah menduga bahwa Altran akan mengatakan hal itu, dia memang sengaja ingin membuat pria itu tampak kesal akan pertanyaannya. "His, lama sekali," gerutu Lio. Lio menggerutu sedari tadi, dia bahkan kesal menunggu apa, yang saat ini tengah dilakukan oleh Altran dan Naura. Namun dia tertegun saat melihat Altran dan Naura berjalan menuruni tangga bersamaan. Bahkan terlihat sangat kompak membuat Lio tersenyum tipis, menyambut kedatangan mereka yang kini sudah berdiri di hadapannya. "Kalian menjadi cuple mengenakan pakaian sama seperti itu?" Lio tersenyum saat melihat Altran dan Naura mengenakan pakaian yang sama. Naura yang mengenakan kemeja yang sering dipakai oleh Altran. "Jangan terlalu banyak berbicara! Cepat selesaikan urusanmu!" seru Altran datar. Meski merasa risih, namun Naura tahu akan maksud Altran yang memberinya setelan pakaian formal untuknya dan pergi keluar bersama mereka. "Aku kira, akan ada acara pernikahan yang kamu bilang itu. Tapi sepertinya aku akan pergi ke tempat bekerja, dengan pakaian ini," ucap Naura. "Sedang bekerja dan sebentar lagi akan dimulai," balas Altran tanpa melihat ke arah Naura yang tertegun. *"Kenapa terdengar sangat mengerikan," batin mengangkat sebelah alisnya melihat Altran yang berbicara sedatar itu.* Altran dan Naura, kini berada di dalam mobil yang dimana Lio di balik kemudi. Tidak ada pembicaraan diantara mereka. Namun Naura sepanjang perjalanan masih teringat akan ucapan kedua orang tuanya, mereka meminta dia untuk segera menikah dengan pria pilihannya. Mengingat dirinya yang masih belum juga bekerja. Naura tidak di perbolehkan untuk keluar. Jika dia memang tidak memiliki pekerjaan dan mengharuskan dirinya untuk menikah sesuai pilihan dari kedua orangtuanya. "Sebenarnya, aku juga tidak tahu saat ini tengah di dalam keadaan baik-baik saja atau kau tidak menguntungkan! Tapi harapanku cuman ini saja. jika aku menikah dengan pria ini. Aku akan tetap menjadi seorang gadis dan setelah selesai kontrak," batin Naura. "Ada kemungkinan saat itu tiba, aku sudah mendapatkan pekerjaan dan terbebas dari perjodohan. Selain aku bisa bebas, aku juga bisa mendapatkan uang kompensasi yang di janjikan oleh pria dingin ini!" tambah batin Naura tersenyum tipis membayangkan apa yang dia pikirkan itu. "Jangan menjadi gila dulu! Aku tidak ingin memiliki seorang istri yang yang gila sepertimu!" seru Altran dengan datarnya. Dia mengatakan hal seperti itu. Naura mendengus kesal mendengar perkataan Altran yang membuatnya sangat ingin memukul pria yang ada di sampingnya itu. Sepanjang perjalanan pun Naura menggerutu mendengus kesal, kepada pria yang duduk disampingnya. Sedari tadi Altram memasang wajah datarnya, terlihat menyebalkan saat sesekali Naura bergumam ataupun memikirkan tentang apa yang akan terjadi bahkan Naura bertanya kepada pria itu tapi tidak dijawab olehnya. Mesti seperti itu, Altran juga tidak membiarkan Lio untuk berbicara kepada Naura. Sekitar 1 jam mereka kini ini berada di depan sebuah gedung Catatan Sipil. Naura mengangkat sebelah alisnya, dia tidak mengerti dengan apa yang saat ini tengah terjadi aturan berjalan terlebih dahulu dari mereka. "Sebenarnya, ini mau ngapain?" rumah Naura. "Tidak akan ada yang terjadi Nona. Sebaiknya anda segera menyusulnya! Jangan sampai singa itu, berbalik dan menunjukkan ketajamannya!" seru Lio berdiri di samping Naura. Naura belum menjawab ucapan Lio, sudah terlihat tatapan dingin dari pria yang ada dihadapan Naura. Membuat gadis itu terkejut dan ia berjalan sedikit berlari menghampirinya. Naura tersenyum tipis berjalan sembari melihat kearah Lio yang menunggu mereka di depan mobil. Membuatnya menahan tawa saat dugaan Lio, sangat tepat ketika mengatakan bahwa pria yang ada dihadapan Naura itu akan menunjukkan tatapan singanya, kepada Naura dan juga yang setiap kali selalu berbicara kepada Naura. Mereka memasuki gedung itu dan berdiri tepat di depan resepsionis resepsionis dan mereka diberi beberapa berkas di hadapan Naura dan Altran. Naura terdiam, namun dia tidak berpikir terlalu panjang dan ingin segera meninggalkan tempat itu berulang kali dia mendatangani beberapa berkas dan kertas bersamaan dengan Altran juga membaca dan menandatanganinya. Saat Naura selesai melakukannya, wanita itu menyadarkan 2 buah buku pernikahan kepada mereka berdua. Naura mengangkat sebelah alisnya tidak menduga jika untuk mendapatkan buku pernikahan semudah itu. "Selamat Tuan Nyonya, kalian sudah sah menjadi suami istri!" seru wanita itu dengan ramah. Altran hanya mengangguk, namun lain dengan Naura. Dia mengangkat sebelah alisnya tidak mempercayai apa yang saat ini tengah terjadi. Bahkan saat ini dia sudah menjadi seorang istri dari pria yang ada di hadapannya itu. Pria itu berjalan mendahului Naura yang masih tidak mempercayai dengan apa yang saat ini tengah terjadi. Altran yang berjalan dan menyadari jika Naura tidak mengikutinya, dia berbalik dan melihat kearah Naura yang masih tertegun dan terdiam. "Cepatlah! Masih banyak hal lagi yang harus kita selesaikan hari ini juga!" seru Altran membuyarkan lamunan Naura. Mereka kini sudah berada di dalam mobil lagi, dengan Naura yang masih terdiam. Namun Naura tersenyum tipis saat mengingat kedua orang tuanya, yang tentunya akan bahagia mengetahui jika Naura sudah mempunyai suami meski hanya sebatas di atas kontrak. Altran dan Naura kini pergi ke sebuah toko dan studio. Berulang kali Naura mengenakan pakaian pengantin dengan sangat cantik membuat Altran tertegun, melihat gadis itu berdiri di sampingnya dengan cantik dengan sangat cantik. dan ceria membuat hasil foto mereka terlihat sangat nyata. Naura sangat bersemangat melihat hasil foto prewedding itu, dia kini sangat bersemangat melihatnya, membuat Altran sangat kesal dan menarik Naura untuk keluar dari sana dan menyelesaikan urusan mereka secepatnya. Lio mengantar Altran kemanapun bersama dengan Naura dari tempat prewedding dan juga toko pakaian khusus untuk Naura. Naura ingin mencoba pakaian itu, namun Altran meminta manajer di pusat perbelanjaan itu, untuk menyiapkan pakaian yang pas untuk Naura. Dalam setelan apapun, memang pekerjaan yang sangat sulit bagi orang biasa, namun pekerja di pusat perbelanjaan itu sudah sangat ahli dalam menilai ukuran dan style untuk seseorang terlebih lagi aturan sudah b**********n di sana. "Jika aku tidak boleh mencoba pakaian itu semua. Kenapa mengajakku ke sini?" gerutu Naura duduk di kursi belakang tanpa melihat kearah pria yang duduk disampingnya. Meski Naura menggerutu sepanjang perjalanan, namun tidak ada yang menanggapinya. Gadis itu mendengus kesal dan duduk tanpa melihat pria di sampingnya. Dia melihat jalanan yang cukup ramai dengan para pejalan kaki.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD