First kiss

1136 Words
Joen Jung Man pernah membiarkan rambutnya lebih panjang dari keenam member lainnya. Kesan lucunya lenyap, berganti dewasa sekaligus seksi. Sosoknya langsung jadi sorotan, menjadi trending satu di berbagai media sosial. Di masa itu, Kanaya melihat Jung Man sebagai pemengaruh luar biasa. Calon legenda yang punya sekian ribu kelebihan dibanding idol pada umumnya. Kanaya ingat, ada nonna tetangga yang menghabiskan seluruh tabungannya hanya untuk menghadiri fansign. Ia begitu tergila-gila dengan Jung Man hingga memborong album dalam jumlah di luar nalar. Impiannya tercapai, bertemu lalu bicara dalam satu menit hidupnya. Tapi setelah itu, si noona jadi over reaktif. Apapun yang dilakukan Jung Man, ia akan menanggapinya dengan berlebihan. Termasuk ketika rambut panjang sang idola dipotong pendek. Mungkin bagi agensi, mempertahankan karakter polos membuat Jung Man kebih mudah dicintai. Namun terlepas dari semua, Kanaya kagum karena grub besutan Star Hit memulai karirnya dari nol. Perjuangan mereka yang panjang menghasilkan pencapaian yang menakjubkan. -- “Kana-shii, seka keringat artismu. Jangan sampai ia merasa tidak nyaman,” tegur Aera mengulurkan tissu agar Kanaya bergegas menuju ke arah Jung Man. Panggung itu lebih kecil daripada yang terakhir. Wajar karena Jung Man tampil sendirian. Member lainnya libur saat ia tengah mempromosikan album solo pertamanya. “Noona,” sapa Jung Man tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menggoda Kanaya. Ia sudah melakukannya berkali-kali tapi tidak digublis. Di sana terlalu banyak orang dan kamera, jadi Jung Man terlihat berusaha menjaga sikap. “Nanti malam, kosongkan jadwalmu,” gumam Jung Man tidak menyerah untuk mendapat perhatian. Kanaya masih diam, menyeka leher Jung Man dengan gerakan profesional. Meski, matanya sesekali melirik untuk menjaga jarak pandang. Kadang, sebagai stylish pun ia harus ikut mengecek wajah artis. Misal butuh re touch ulang karena luntur. Tapi gara-gara tingkah centil Jung Man, fokusnya kadang teralihkan. “Kana-shii, sudah belum?” seru Aera memberi isyarat untuk pekerjaan lain. Tanpa sadar Kanaya terlalu lama menyeka. Bahkan kulit leher Jung Man lebih kering dari seharusnya. Sial, apa kegugupanku terlihat sekali? batin Kanaya sebal. Ia sempat menangkap tawa jahil Jung Man tadi. Kosongkan jadwal katanya? Memangnya untuk apa? --- “Wah, benar kamu tidak tahu? Ahjumma yang biasa bersih-bersih di rumahnya sedang cuti jadi untuk sementara waktu kamu ditugaskan untuk ambil alih. Jangan bilang kalau saat menandatangani kontrak kerja kamu tidak baca?” Aera melotot tidak percaya. Ia pikir Kanaya cukup profesional, tapi tingkahnya masih awam. Pekerjaan memang oke karena bisa handle make up juga. Sayangnya untuk etika dalam berbisnis kurang. “Jangan berpikir negatif. Jung Man memang suka tebar pesona, tapi selama aku bekerja di sini, dia adalah artis terbersih. Nol skandal dan selalu mementingkan penggemar. Jangan percaya rumor, oke?” ucap Aera menepuk bahu Kanaya sebagai bentuk penghiburan. Pantas jam kerja di dokumen tertera jam kerja lebih lama dari pada yang lain. Ternyata sebagai pemagang, ia merangkap banyak hal. Menjelang sore, Kanaya mengekori Jung Man yang baru saja ganti baju. Staf lain rupanya sudah pulang, menikmati weekendnya dengan keluarga atau pacar. Sedang Kanaya? Masih tinggal dan diperbudak uang. “Kenapa? Lapar?” tanya Jung Man sesaat setelah mereka sudah ada di dalam mobil. Wajah lelah Kanaya terpantul lewat kaca kemudi. Lebih tepatnya stress karena harus berurusan dengan pria jahil. Padahal bagi fans, moment berduaan seperti ini adalah mimpi. Sekalipun sedang bekerja, tapi intinya ada kesempatan untuk berdekatan. Sayangnya, moment itu dianggap Kanaya sebagai bentuk p********n. Gajinya sebagai pemagang sama saja meski jam kerjanya bertambah. “Tidak, aku akan menyelesaikan tugas bersih-bersihku lalu pulang,” sahut Kanaya memaksakan diri untuk duduk tegak agar rasa kantuknya hilang. Hari ini memang cukup melelahkan. Banyak baju yang harus disortir untuk dikembalikan ke pihak sponsor. Belum lagi mengurus Jung Man dan hal-hal kecil lain. Aera sengaja hanya melihat, tanpa mau terlibat lebih jauh. “Kalau begitu, tidur saja dulu. Kalau weekend jalanannya sering macet. Apartemenku cukup jauh dari agensi,” ucap Jung Man mendorong kursi belakang agar berubah menjadi mode rebah. Kalau dipikir-pikir, Jung Man ternyata punya sifat ramah. Hanya saja, saat tidak ada orang, wajahnya jarang tersenyum. Mungkin lelah karena terus-terusan menampilkan kegembiraan palsu. Di industri hiburan, para idol memang selalu dituntut sebagai pribadi ceria, walau sebenarnya ia tengah menderita. Tak heran kalau ada publik figure yang tiba-tiba bunuh diri tanpa sebab. Kanaya tanpa sadar berakhir tertidur, memeluk dirinya sendiri karena dingin. Salju mungkin akan segera datang di bulan desember. Nanti saat gaji pertama Kanaya turun, ia berniat membeli jaket tebal. Pakaian musim dinginnya sudah tidak nyaman karena sudah terlalu lama dipakai. --- Kanaya tidak ingat itu jam berapa. Saat matanya terbuka, ia melihat Jung Man masuk ke kursi belakang dalam keadaan mabuk. Tak lama, seorang supir pengganti duduk di depan, menyapa Kanaya yang belum sepenuhnya sadar. “Maaf, apa yang terjadi? Tadi saya tertidur,” tanya Kanaya kebingungan. Apalagi Jung Man seenaknya bersandar di bahunya. Selain berat, tangan pria itu menyentuh ke mana-mana. Untung saja saat ditepis, ia berhenti. “Tidak tahu. Saya hanya supir pengganti. Sepertinya dia baru selesai minum di bar.” Bar? Jadi dia sempat meninggalkanku di mobil? Sendirian? batin Kanaya menepuk-nepuk bahu Jung Man agar pria itu terbangun dan tidak sembarang memeluknya. Sia-sia. Dalam sekejap, ia malah tertidur pulas di atas pangkuan Kanaya. Wajah b******k yang seharian ini ia lihat, benar-benar damai dengan pipi kemerahan. Bagaimana bisa mereka terjebak dalam situasi paling menyebalkan? Kalau manager sampai tahu, habis Kanaya dimaki. Skandal sekecil debu, kalau sampai ketahuan pasti akan menjadi sebesar bulan. Tapi tanpa rasa bersalah, Jung Man malah mendengkur lirih, mengusapi kaki Kanaya sembari mengingau tidak jelas. Di saat bersamaan, Kanaya merinding tidak karuan. “Agasshii, turunnya dibantu atau tidak?” tanya si supir pengganti. Ia sempat menawarkan dirinya sekali lagi sebelum pergi. Teguran itu membuat Kanaya malu, seperti dipergoki tengah melakukan sesuatu. Ia benci karena tiba-tiba ingin membelai kepala Jung Man hanya karena makhluk itu tiba-tiba terlihat tampan. “Ah iya, terima kasih.” Namun baru juga sampai depan pintu masuk, seorang penjaga apartemen datang. Ia langsung tahu kalau itu Jung Man, lebih tepatnya hapal. Mungkin ini bukan pertama kalinya. Bahkan untuk masukpun, kode pintu si penjaga tahu. Tak sampai setegah jam, Kanaya dibantu yang lain berhasil merebahkan tubuh tinggi Jung Man ke sofa ruang tamu. “Ah, aku juga harus pergi, sudah terlalu larut untuk bekerja,” gumam Kanaya sesaat setelah ia ditinggal sendiri. Tidak perlu menghubungi Aera atau manager. Jung Man sudah aman dari kamera usil orang luar. Andai pengacau ini tidak membodohiku dan pergi ke bar, mungkin aku sudah tidur di rumah sekarang, batin Kanaya menatap sekeliling lalu menemukan selimut. Ia kemudian memakaikannya di tubuh Jung Man yang terlentang tanpa pertahanan. “Paling tidak, lepas sepatumu!” seru Kanaya tiba-tiba kesal. Ia menarik ujung sepatu Jung Man lalu melemparnya ke pojokan. Tapi saat ia membungkuk untuk menarik sepatu sebelahnya lagi, tiba-tiba gadis itu tersandung, jatuh menimpa Jung Man yang masih mengingau dalam tidur. Cup Bibir mereka tanpa sengaja saling menaut. Kulit yang hangat dan basah itu membuat Kanaya enggan melepasnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD