Bab 5. Dingin vs Ngeselin

1108 Words
"Ini asli, kan?" Tanya Kalma sembari tangannya membolak-balikkan kartu yang sebelumnya sudah diberikan oleh Arka. Pertanyaan itu menjadi sebuah keheranan besar bagi Arka. Bisa-bisanya Kalma masih meragukan kartu yang ia pegang saat ini. "Tentu saja itu asli, Ndut. Lo pikir apa? KTP?!" "Boleh aja sih lo kasih gue KTP. Lumayan." Kata Kalma. Dia menaruh kartu itu di tasnya dengan sangat santai, seakan-akan benda tipis itu ialah milik pribadinya, bukan atasannya. "Lumayan kenapa?" "Lumayan, lo bisa gue gadaikan di pinjaman online. Seratus juta boleh tuh, langsung ditangan." Kalma tertawa ngakak setelah mengatakan itu. "Eh, enak aja! Harga gue bahkan seratus ribu kali lipat dari itu!" Bantah Arka. Kalma mengangkat bahu, tidak peduli. "Lo pikir gue peduli? Mau sejuta kali lipat pun, gue gak peduli. Yang gue pedulikan cuma satu, ganti hp gue!" "Memangnya sekarang kita lagi ngapain?. Kan gue lagi nganterin lo beli hp, bahkan kartu gue ada di lo, Ndut!" "Terserah lo deh Udin. Gue mau tidur sedikit. Nanti kalau udah sampe, bangunin gue." "Hmm..." Jawab Arka seperlunya. Dia masih sedikit dongkol dengan Kalma yang meremehkan dirinya dengan mudah. *** Mereka sudah sampai di salah satu mall. Arka mengatakan kalau mereka sekaligus makan di sini setelah membeli ponsel untuk Kalma nantinya. Berjalan berdua, beriringin memasuki mall. Beberapa kali Kalma berhenti, membuat Arka mau tidak mau juga ikut berhenti mengikutinya. Alasannya cuman satu, "Udin, ada tai mata gue, gak?" Tanyanya berulang kali. Berulang kali pula Arka mengatakan kalau tidak ada tai mata perempuan itu. Tapi, Arka juga manusia biasa yang punya batas kesabaran. Hingga akhirnya dia menjawab, "Iya. Ada tai mata lo. Bahkan iler lo juga masih nangkring di deket bibir lo. Puas?!" Ketus Arka. Dia sedikit gedeg, sekaligus gemas. "Yaelah, gitu aja marah. Gue kan mau tampil cantik kalau masuk mall. Kali aja ada cowok yang kepincut sama gue." Kata Kalma, tersenyum malu. Arka yang melihatnya sontak merasa aneh. Dia melengos sembari berkata ketus, "yang ada orang jauhin lo. Udah gendut, ngeselin, percaya diri tingkat dewa, sok cantik lagi!" Ketusnya. Kalma menyusul Arka. "Lo kali iri sama gue, bilang dong. Gue kan cewek, pantes cantik. Lo kan cowok, pasti ganteng. Gitu aja masa harus gue ajarin. Atau lo mau belajar make up sama gue?. Sini gue ajarin, tapi bayar! Gak ada yang gratis di dunia ini!" Hal itu menjadi sumber tawa Arka. "Lo aja gak pernah make-up an. Gimana mau ajar gue, Ndut?" "Eh, kok tahu? Berarti selama ini lo merhatiin gue ya?" Tanya Kalma sadar dengan ucapan Arka. Arka langsung salah tingkah. "Enak aja. Emangnya lo siapa? Kenapa gue harus merhatiin lo? Pacar aja enggak!" Padahal dalam hati, "sumpah. Keceplosan mulu! Ni mulut emang bener-bener mau dicabein!" Cercanya dalam hati. "Kali aja gitu lo kepincut sama gue. Tapi, kalaupun lo suka sama gue, gue yang gak mau sama lo." "Kenapa?" Kalma hanya mengangkat bahu tidak peduli, membuat Arka sontak berhenti berjalan. Dia terus memperhatikan Kalma yang sudah agak menjauh di depannya. "Ndut, kasih tahu gue!" Kata Arka sembari berlari menyusul Kalma. *** Mereka berdua sudah ada di depan toko smartphone. Mereka tidak langsung masuk sebab Arka sedang bicara dengan seseorang, sedangkan Kalma sudah menjadi detektif dari luar toko. Dia sudah mengincar smartphone mana yang akan dia beli. Beberapa kali penjaga di dalam toko itu memperhatikannya penuh curiga, tapi apa yang dilakukan oleh Kalma? Dia melambaikan tangan pada orang itu seakan-akan dia adalah orang yang terkenal, sembari berkata, "gue mau beli hp. Bukan maling!" Katanya. Benar-benar memalukan!. "Udin, kapan kita masuk beli hp?" Tagih Kalma, padahal ia tahu kalau Arka masih berbicara dengan seseorang yang meneleponnya tadi. Arka sontak menaruh jari telunjuknya di bibir Kalma. "Bentar, Ndut. Gue masih ngomong sama mama gue." Jawab Arka, sedikit berbisik. Tidak terima dengan sikap Arka yang demikian, Kalma langsung mengigit jari Arka hingga pria itu berteriak kesakitan. "Mampus! Siapa suruh buat gue nunggu sampe jamuran!" Ujarnya dan beranjak ke depan pintu toko itu. Duduk di lantai dengan gaya bodo amat, memeluk kaki seperti sedang mengamen. Semoga saja tidak ada yang menaruh uang di depannya. Arka tersenyum geli melihat Kalma yang demikian. "Tidak, ma. Tadi ada kucing liar yang tiba-tiba gigit jari aku." Katanya, sesekali tertawa geli. Cukup lama Arka berbincang dengan mamanya, sesekali melihat Kalma yang lelah menunggunya, membuatnya berkeinginan untuk menyudahi pembicaraannya dengan sang mama. "Yaudah, ma. Mama suruh saja pak sopir buat antar ke sini, nanti pulangnya sama aku aja." "Bye, ma!" Arka mendekati Kalma yang sudah menatapnya dengan tatapan tajam. "Entah aku harus kasihan dengannya, atau malah gemas sama dia. Sungguh dia berbeda dari yang lain." Pikir Arka. "Ayo beli hp!" Kalma dan Arka masuk ke dalam toko. Masuknya mereka disambut oleh seorang pegawai cewek cantik dengan body aduhai dan make up layaknya artis. Hanya saja, tatapan perempuan itu hanya tertuju pada Arka, sedangkan Kalma tidak peduli dengan hal itu. "Selamat datang." Katanya sembari membungkukkan badan. "Selamat datang juga..." Gumam Kalma tipis. Sedangkan Arka hanya mendehem tidak peduli. "Bilang selamat datang juga dong, Udin. Kasihan itu mbak-mbaknya." Kata Kalma memerintahkan hal itu pada Arka. Arka menatap Kalma. "Buat apa sih?. Kita kan mau beli hp, bukan mau silaturahmi." Kata Arka yang demikian membuat Kalma sontak melotot padanya. "Cepet bilang gitu. Kalau gak, nanti kita gak dikasih diskon!" Katanya hampir berbisik agar perempuan tadi tidak mendengar suaranya. "Gue bisa bayar penuh, tanpa diskon." Arka tetap keras kepala tidak mau melakukan apa yang disuruh Kalma padanya. "Bilang, gak? Kalau lo gak mau, gue jewer nih?!" Alhasil, sedikit ancaman itu membuat Arka mau melakukannya. Dia menghadap mbak-mbak pegawai tadi dan berkata, "selamat datang. Saya mau cari smartphone." Ujarnya singkat, padat, dan sedikit tidak jelas. Namun yang pasti, baik tatapannya ataupun nada bicaranya itu sangatlah DINGIN. "Halo, pak, Bu. Perkenalkan, saya Rie--" "Terimakasih atas perkenalannya. Saya mau beli smartphone. Tolong segera tunjukkan pada kami." Arka menyela dengan nada yang dingin. Kalma yang ada di samping Arka sampai terkejut dengan apa yang dilakukan pria ini. Dia ingin menabok pria itu, tapi bingung atas alasan apa. "Baik. Silakan ikut saya." Arka berjalan lebih dulu mengikuti mbak pegawai itu, sedangkan Kalma masih berusaha mengembalikan jiwanya yang sedikit mengambang akibat merasa kebingungan dengan sikap Arka. "Sama aku dia ngeselin, tapi kok sama orang lain jadi cuek gitu. Si Udin punya kepribadian ganda atau gimana? Jadi takut gue, pengen nampol!" Gerutu Kalma, langkah kakinya perlahan menyusul Arka. Kini, di depan mereka sudah begitu banyak jenis smartphone dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tinggal Kalma saja mau beli ponsel yang seperti apa. "Mau beli hp yang kayak gimana, Ndut?" Tanya Arka. "Yang setidaknya bisa ngehabisin duit di rekening lo aja, Udin. Mau beli buat tetangga kontrakan gue boleh. Pegawai sekantor lo juga boleh banget. Gue mah ikhlas kalau lo melarat!" Tom and Jerry versi Udin dan Ndut is BACK!.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD