Angga turun dari bus yang di tumpanginya, bibirnya sedikit tersenyum sambil melangkah pelan. Kota yang banyak meninggalkan masa kelam. Angga segera keluar dari terminal bus itu menuju kediaman orang tua angkatnya. Untuk menghemat biaya Angga tidak menggunakan angkutan umum melainkan jalan kaki. lagian jarak antara terminal bus dan rumah tidak jauh hanya dua km.
Setelah sampai Anggga langsung menatap rumah di hadapannya, gubuk yang sudah rusak dan di penuhi tumbuhan liar.
''nak Angga...'' tegur seorang wanita paruh baya. Angga menengok ke asal suara
''iya bu...'' jawab Angga
''ya tuhan kamu tampan sekali...'' pekik bu Halimah tetangga sebelah Angga
''ah ibu bisa saja, gimana kabarnya bu ? '' Angga meraih tangan bu Halimah lalu menciumnya.
''alhamdulillah saya baik nak, ibu turut berduka atas meninggalnya ibu kamu, Karren...'' ucap bu Halimah sendu, Angga hanya tersenyum lirih. Dua tahun yang lalu Angga mendapatkan kabar kalau ibu angkatnya telah meninggal akibat penyakitnya yang sangat parah, kanker getah bening stadium akhir.
''terima kasih bu...'' kata Angga.
''ayo ikut ibu ke rumah ketemuan sama Nana hihi siapa tau jodoh...'' tawar bu Halimah sambil menarik Angga namun pria itu menahan dirinya sendiri
''maaf bu nanti saja kapan- kapan, saya istirahat dulu, permisi...'' kata Angga sopan sambil masuk ke dalam rumahnya.
Decitan pintu kayu yang mengenai lantai begitu terdengar. Setelah menempuh waktu beberapa jam akhirnya Angga sampai di Samarinda tepatnya di rumah ke dua kedua orang tua angkatnya.
"Mamah, bapak! Angga pulang..." gumam Angga sambil melihat dalam gubuk. Angga menapaki kakinya masuk ke dalam menuju kamarnya yang bisa di bilang cukup layak di tiduri walaupun atapnya bolong- bolong .
Angga berbaring di kasur lapuk dan tipis ia meletakan tangannya di belakang kepala sebagai tumpuan mehanan kepala kokohnya agar bangun sedikit sedangkan tangan yang satunya lagi tengah menggenggam kalung Aika.
"Ai, kakak lelah sayang!! Temani kakak tidur sebentar" gumam Angga sambil menutup kedua matanya.
Bayangan perempuan itu tidak pernah lepas dari pikiran Angga.
''secantik apa kamu sekarang Ai...'' gumam Angga sambil membayangi wajah kekasihnya itu
Flashback
Angga memberanikan diri untuk menghampiri gadis itu untuk pertama kalinya.
'' Ai suka ice cream...'' tanya Angga ke Aika. Kini mereka sedang berada di halte, Angga tengah melihat Aika sedang memakan Ice cream pemberiannya tadi. walaupun ia harus meminjam uang ke temannya . Lelaki itu sedang menemani Aika menunggu jemputannya, ia melakukan hal itu hampir setiap hari.
''Ai suka kak, makasih...'' kata Aika sambil melihat Angga. Angga tersenyum sambil mengacak rambut Aika.
''sama- sama Ai...'' jawab Angga.
''kakak di makan dong es nya jangan di pegang terus...'' seru Aika sambil melihat tangan Angga yang berisikan es cream yang hampir meleleh Angga melihat tangannya dan melotot
''yah Ai es kakak meleleh...'' pekik Angga sambil buru- buru memakan es creamnya, sayang kalau meleleh dan gak di makan bayarnya mahal lima ribu hehe. Bagi Angga uang lima ribu itu sangat berarti bisa beli roti dua untuk makan dua hari. Aika menggelengkan kepalanya ia meraih kerah jaket angga lalu menariknya hingga mendekat, tanpa permisi Aika mengusap bibir Angga.
''kakak bibirnya belepotan es...'' kata Aika. Angga sempat terpaku dengan cepat ia menjauhkan dirinya mengatur deru nafas dan detakan jantungnya.
Flashend
Jam menunjukan pukul lima sore, Angga terbangun dari tidurnya, ia duduk di tepi kasur sambil menunduk lalu mengusap wajahnya dengan telapak tangan. Angga melepaskan pakaiannya hingga menyisakan celana pendek hitam.
Angga akan mandi di sumur yang letaknya di depan rumah mereka.
''whuuh siapa cowok itu...'' bisik anak abg mirip cabe- cabean.
''bodynya keren banget...'' puji salah satu cewek. Angga yang mendengar itu hanya cuek dan menyiram kepalanya dengan air.
''aku mau dong di mandiin masnya...'' teriak anak remaja itu. Angga menatap tajam ke lima perempuan itu.
''jangan galak- galak dong mas ih...'' kelima cewek itu pergi begitu saja.
setelah mandi ia berniat untuk jalan- jalan sore. kaos putih oblong sederhana dan celana hitam selutut membuat penampilan pria berdarah Thailand itu terlihat tampan apalagi bentuk rambutnya hm.
Angga keluar dari rumah lalu berjalan menelurusi pertokoan, tangannya ia masukan ke dalam saku sebelah. Matanya menatap toko demi toko sambil berjalan santai. Angga menatap sebuah kertas yang di tempel di dinding samping restoran,ia berhenti sejenak untuk membacanya.
Lowongan pekerjaan
Dibutuhkan tenaga pekerja L/P sebagai pelayan di restoran .
Umur max 21 hingga 28 thn
Tamatan sekolah min SMA sederajat.
Angga berniat untuk melamar pekerjaan awalnya dia bersemangat tapi setelah ia pikir gak mungkin.
"SMA saja aku tidak lulus..." gumam Angga lesu. Ia hendak melanjutkan berjalan lagi tapi langkahnya terhenti saat melihat cowok remaja di depannya
"Hey kak" sapa seorang remaja tampan Abra.
"Hay juga..." jawab Angga sambil tersenyum ramah
"Kakak mau daftar kerja di sini? " tanya Abra. Angga melihat poster yang berisi lowongan itu.
"Awalnya begitu tapi setelah di pikir- pikir lagi gak mungkin karena pendidikannya...'' jawab Angga sambil tersenyum masam. Abra menaikan sebelah alisnya ia tersenyum lalu menepuk bahu Angga.
"Siapa bilang!! Masuklah ini restoranku kak... kita bicara di dalam saja!! Oh ya nama kakak siapa..." tanya Abra. Restoran ini memang asli milik Abra tanpa uang orang tua pastinya, ia membangun restoran itu dengan jerih payahnya sendiri bekerja paruh waktu dari kaffe ke kaffe.
Angga langsung tersenyum sumringah " benarkah," tanya Angga tak percaya. " namaku Et.. Angga, Anggabaya Cakara..." sambung Angga ia mengurungkan niatnya untuk mengatakan namanya Ethan.
"Baiklah kak Angga kalau gitu perkenalkan namaku Abra, Abraham Putra Ardiansyah..." Abra mengulurkan tangannya dan di sambut oleh Angga. Abra tidak ingin menyebutkan nama belakang keluarganya.
"Salam kenal..." kata Angga.
"Kalo gitu mari masuk..." tawar Abra sambil membuka pintu restorannya, Angga mengangguk sambil melangkah masuk ke restoran. beginilah sifatnya mudah akrab dengan siapa saja dan Anggapun terlihat ramah dan sopan karena setiap tertemu siapa saja ia selalu tersenyum ramah
Flashback
Suara ponsel Abra berbunyi saat lelaki tampan itu pulang dari kampusnya. Setahun yang lalu Abra memilih untuk pulang ke Samarinda dan melanjutkan sekolah di universitas Mulawarman.
''asalamuallaikum bang...'' salam Abra sambil masuk ke dalam mobilnya.
''walaikumsallam, gimana kabarmu kiddos...'' tanya Adrian di balik telpon.
''alhamdulillah baik bang, nape...'' tanya Abra sambil memasukan kunci mobil di bawah setir.
''abang boleh minta tolong ...'' kata Adrian
''bantuin kenapa..?'' tanya Abra sambil melihat seorang pria tengah berjalan. Abra menyipitkan matanya untuk memfokuskan penglihatannya
''abang wattsap aja ya...'' kata Adrian lagi.
''yailah abang pake Wa! Ngomong aja napa...'' kata Abra sambil menjalankan mobilnya pelan perlahan ia mengikuti lelaki itu.
''bentar...'' kata Adrian di ujung sana, terdengar suara decitan kursi. '' hallo...'' kata Adrian lagi
''ya bang...'' kata Abra sambil memakirkan mobilnya sambil mengawasi pria tadi.
''Ethan, cari tau tentang dia di sana...'' kata Adrian serius.
'' Ethan alias Anggabaya Cakara itu kah...'' tanya Abra serius juga
''ia dia orangnya!!...'' jawab Adrian
'' ngapain di cari abang, dia itu sudah hancurin kak Aika! Harusnya kita jauhin dia dari Aika bukan di dekatkan...'' dengus Abra kesal.
''Abra Ethan harus tanggung jawab...'' kata Adrian sambil menghembuskan nafasnya.
''baiklah, nanti ku telp lagi, assalamualaikum...'' kata Abra sambil buru- buru. Sedangkan di sebrang sana Adrian nampak Akward sambil melihat ponselnya
Abra keluar dari mobil ia berlari dari sebrang jalan berputar hingga ia bertemu dengan pria tadi. Abra sengaja datang dari arah depan pria itu bukan dari belakang. Abra melihat pria itu sedang membaca info lowongan yang di pasang tadi pagi oleh dirinya.
''mirip Ethan..'' gumam Abra pelan. Abra melihat penampilan Angga yang terlihat sederhana. Abra tersenyum ia mempunyai ide dengan santai ia menyapa pria itu.
Flashend
Abra dan Angga tengah menarik kursinya dan duduk secara bersamaan.
''jadi, kakak ingin bekerja di sini...'' kata Abra sambil memanggil pelayan dengan bahasa isyarat tangannya. Angga menunduk ia nampak berfikir apa lelaki itu mau menerima dirinya yang notabene adalah mantan napi. Angga menangkat wajahnya dan mengangguk pelan
''iya, saya mau tapi saya gak punya ijazah dan lainnya...'' kata Angga tak enak. Abra memberikan segelas jus mix fruit ke Angga.
''tidak masalah kak, yang penting kakak jujur dan giat! Itu sudah bisa kerja di sini...'' kata Abra.
''beneran...'' kata Angga antusias. Abra mengangguk sambil meletakan jus yang ia minum tadi.
''beneran kak, tapi ada satu syarat...'' kata Abra.
''apa...'' tanya Angga waspada. Abra menatap Angga sejenak pria itu seperti ketakutan.
''tidak ada kak!! Mulai besok kakak bisa kerja di sini dan ngomong- ngomong kalau boleh tau kakak tinggal di mana....'' kata Abra sekaligus bertanya. Ia mengurungkan niatnya untuk membahas Aika.
''saya dari Balikpapan lalu ke Samarinda hari ini,'' kata Angga sendu '' saya tinggal di ujung jalan sana, gubuk reot yang di penuhi tumbuhan liar...'' jawab Angga. Abra mengangguk seolah mengerti. ia tau bagaimana keadaan gubuk itu uhhhh sungguh sangat horror. Setiap Abra lewat pasti merinding
''kakak tidak takut tinggal di situ? Dua tahun yang lalu ada soerang wanita paruh baya meninggal sendirian di rumah...'' kata Abra. Angga tertawa pelan
''dia ibu saya, ibu saya meninggal tepat dua tahun yang lalu..'' jawab Angga. Abra langsung kikuk ia merasa salah.
''sorry kak, aku berduka cita...'' jawab Abra. Angga membenarkan posisi duduknya sambil tersenyum
''tidak apa- apa, oh ya jadi yang cocok aku manggil kamu apa...'' kata Angga karena sedari tadi dirinya tidak pernah memanggil namanya Abra.
''panggil aja Abra kak!...'' jawab Abra '' silahkan di minum kak, gratis kok...'' kata Abra sambil mencoba untuk bercanda. Angga tersenyum sambil mengangguk ia meraih jus itu lalu meminumnya
''jusnya enak...'' nilai Angga. Abra mengangguk antusias
''iyalah enak siapa dulu Abra gitu loh...'' kata Abra membanggakan diri. Untuk hal ini Abra tidak akan memberitahukan Adrian kalau ia sudah menemukan Angga.
♧♧♧♧♧
Adrian belum mendapatkan informasi tentang lelaki itu. terakhir yang ia tau lelaki itu sudah keluar dari penjara. Informasi itu ia dapatkan dari polres Balikpapan.
"Akh sial!!" Umpat Adrian sambil melempar berkasnya.
Tok
Tok
Tok
"Masuk" kata Adrian sambil kembali duduk di kursi kebesarannya. Ia merapikan jas bewarna dark blue itu. Adrian adalah penerus perusahaan ayahnya mulai sekarang .walaupun ada daddy Adit tapi beliau tidak mau memegang perusahaan itu, kebetulan juga anak mereka Aldo dan Aldi sedang sibuk kuliah dan meraih gelar doktor di negeri paman sam sana.
"Ran gue udah dapet asisten pribadi loe eh maksudnya sekertaris, sesuai tepi loe ! Cantik? Iya imut? Iya pokoknya sempurna dan satu lagi dia bukan mata duitan yang suka ngincer duit elo tanpa bekerja...." tutur sahabat Adrian, Eko Priama Kusuma bagian manager pemasaran. Adrian menautkan ke dia tangannya lalu menaikan alis sebelah.
"Buktikan..." ujar Adrian.
"Ok sebentar..." balas Eko sambil memanggil wanita itu. "Nah ceweknya..." jawab Eko sambil melihat wanita itu.
Adrian bersekedap ia memegang pegangan kursi itu, lelaki tampan itu kaget begitupun sebaliknyahj
"Kamu!!" Peygykik Adrian berbarengan dengan perempuan itu.
"Kalian saling kenal..." tunjuk Eko bergantian.
"Dia cewek yang marahin gue di bandara beberapa waktu yang lalu..." jawab Adrian namun wanita itu tidak terima. Wanita itu melototkan matanya.
"Hey tuan, saya menyelamatkan anda dari lelaki tua yang memaki anda!!'' kata Adriana
flashback
Sepeninggal Adriana, Adrian terus menatap dirinya hingga Adrian tidak sadar menginjak kain baju seorang wanita tua yang hendak melewat. Adriana nampak berhenti saat melihat Adrian di maki habis- habisan oleh lelaki tua namun Adrian diam. Adriana gregetan akhirnya mentangi kelaki yang memaki Adrian tersebut.
"Hey tuan!! Istri anda yang memakai gaun kepanjangan hingga lelaki ini tidak sengaja menginjaknya!!! Pergilah " kata Adriana sambil menyingkirkan kaki Adrian dari kain itu.
"Dasar lelaki tuli!! Ganteng- ganteng tuli..." hardik lelaki itu sambil membawa pergi pasangannya.
Adrian hanya menggaruk kepalanya seolah tidak terjadi apa- apa.
"Het tuan jangan berdiri di pinggir jalan!! Ini bukan tempat pribadi anda!! Banyak penumpang yang ingin keluar dari pintu ini bukan cuma anda saja!! Permisi!!" Kata Adriana sambil berlalu pergi.
flashend
"Jadi begitu ceritanya Na..." kata Eko.
"Iya bener seperti itu..." kata Adriana.
"Gila loe Ran!! Gaun nenek- nenek lu injek!!" Kata Eko sambil menggelengkan kepalanya.
''Gue mana tau ko, lagian tu nenek ngira dirinya ledie dai apa, pake gaun ala ratu inggris gitu..." dengus Adrian.
"Tapi lu kan bisa denger Ran ada alat bantu ini..." jawab Eko.
"Gue waktu itu kaga pake Ekoooooo!!!! telinga gue sakit dan ngeluarin darah jadi gue lepas alat itu..." jawab Adrian kesel.
"Beruntung lu sepupu gue bantuin kalo kagak !! Tamat luu..." kata Eko.
"Udah lah ko mending lu pergi dari ruangan gue, nih cewek biar sama gue!! Udah sono balik sebelum gue pecat! Gue CEO di sini..." kata Adrian sekaligus mengancam. Eko hanya bedecih
"Lu pecat gue gak bakal ada ngaruhnya" jawab Eko santai sambil mengambil sekaleng minuman dingin.
"Gue pecat jadi sahabat nih.." ancam Adrian membuat eko tersedak minuman itu.
"Ancrit loe Ran, iya gue pergi puas lo!!!" Kata Eko kesel sambil melangkah keluar. Kini tinggal Adrian dan Adriana
"Bawa kemari surat lamaran loe, duduk di situ..." Ran mengacungkan tangannya sambil meminta lamaran yang di bawa Adriana. Adriana memberikan surat itu lalu duduk. masih 20 tahun..." gumam Adrian tak menyangka. Adriana mengangguk santai. Bila Adrian teliti Adriana sangat menarik untuknya.
"Baiklah mulai sekarang kamu boleh bekerja dan ruang kerjamu jadi satu denganku untuk sementara bekerjalah di sofa itu''. Adrian menutup map berisi lamaran itu lalu menunjuk sofa empuk.
"Bukannya ruangan saya di luar yaa pak..." tanya Adriana
"Kemarilah biar kutunjukan" Adrian bangun dari dudukannya lalu menarik Adriana membawa gadis cantik itu berkeliling kantornya
"Lihatlah tampang mereka, galak bukan!! Kalau kamu bekerja di luar ruanganku pasti kamu akan di kerjai oleh mereka..." bisik Adrian ke Adriana, Adriana menggeleng gak mau membuat Adrian tersenyum geli.
"Yaudah aku di ruangan bapak saja..." putus Adriana membuat Adrian senang
"Apa liat- liat bekerja..." teriak Adrian ke seluruh karyawannya terutama wanita. para karyawan itu langsung menunduk dan menyembunyikan kepala mereka di balik kubikel masing- masing. Adrian lalu berbalik masuk ke dalam kantornya, ia tersenyum saat melihat Adriana dari belakang
''you are mine...'' bisik Adrian dalam hati.
♧♧♧♧♧
Aika duduk di kamarnya, di dalam hatinya terdapat rasa ke kecewaan, kejadian sepuluh tahun tidak bisa di hilangkannya. Kecewa karena seseorang yang di bilang sempurna telah menodainya. Aika tidak bisa lupa dengan lelaki itu.
''aku bukan orang yang menye- menye meski kejadian itu sudah sepuluh tahun yang lalu. Semangat Ai...'' kata Aika.
♡♡♡♡♡
Makan malam begitu sepi karena Abra dan tripplet tidak ada. Mereka berempat sedang berada di Samarinda. Abra kuliah dan tripplet berlibur di rumah nenek Anggun.
"Pah!! Ran besok mau jengukin Abra di Samarinda!! " ujar Adrian sambil makan. Adrian akan ke Samarinda untuk berlibur sebentar di sana sekalian mencari lelaki itu.
"Oh yaa? Kalau begitu pergilah!! papah tidak melarangmu son!!! " jawab Ardi santai.
"Pah, mamah boleh gak ikut babang Ran hm?" Kata Ratna manis.
"Gak boleh! "Jawab Ardi cepat membuat Ratna cemberut.
"Sayang mamah kan bukan si gadis mahakam lagi jadi udah temanin papah aja di sini, nanti kalau mamah pulang terus papah sama siapa sayang" kata Ardi sambil membujuk istrinya. Aika yang mendengar itu jadi tertarik. ia ingin juga pulang ke kampung halamannya.
"Ai boleh ikut abang gak?" Tanya Aika sambil melihat ketiga orang tua di hadapannya. Trauma? Ah sudahlah. Aika akan menghilangkan rasa itu dengan pelan. Mereka nampak berfikir alasan mengapa Ardi memutuskan untuk tinggal di Jakarta karena ia tidak mau anak perempuannya mengalami depresi.
"Ai boleh ikut kok temanin abang ... " kata Adrian sambil mengelus kepala adiknya pelan. Aika tersenyum sumringah walaupun di dalam hatinya berasa ketakutan karena kejadian masa lalu.
"Jadi kapan kita berangkat..." kata Ai.
"Besok pagi.." jawab Adrian sambil mencium pucuk kepala adiknya.
Ratna meninggalkan makanan nya karena kesal. Ardi tidak mengijinkannya pulang ke Samarinda. Ardipun langsung menyusul istrinya di kamar, hingga tinggal lah mereka berdua
"Ai..." panggil Ardian
"Hm..." jawab Ai sambil memakan udang saos.
"kamu yakin ingin ikut abang pulang ke kalimantan..." kata Adrian hati- hati mengingat adiknya itu punya trauma di sana.
"Ai yakin bang... Ai mau pulang ke Samarinda!!'' jawab Aika sendu.
"Ai, abang akan melindungin kamu selama di sana jadi jangan takut dan khawatir " ucap Adrian menenangkan. Aika hanya tersenyum sambil mengangguk, Aika yakin dengan ucapan Adrian.
Aika menghabiskan makananya dengan cepat lalu ia pamit untuk ke kamar, meninggalkan Adrian yang tengah meminum air.
''Ai sudah selesai!! Ai ke kamar dulu ya bang...'' kata Aika sambil beranjak dari meja makan.
Ai menutup pintu kamarnya setelah ia sampai, ia menyandarkan tubuhnya di balik pintu dan terduduk sejenak. Besok dirinya akan pulang ke Samarinda
''semangat! Ingat Ai sekarang sudah berubah lelaki itu sudah busuk di penjara...'' kata Aika ke dirinya sendiri.
Di sisi lain.
"Sayang jangan marah dong..." ujar Ardi di belakang Ratna
''Kamu ngeselin Ar, ke empat anakku di sana dan Adrian sama Ai mau pulang juga. terus aku sendirian di sini hiks!! Kamu jahat Ar..." rajuk Ratna. Beginilah pasangan suami istri itu, setelah pernikahan mereka sepuluh tahun yang lalu.
"emang yakin mau pulang ke sana..'' kata Ardi. Ratna mengangguk yakin seperti anak kecil. Ardi mengehmbuskan nafasnya pelan dan akhirnya berkata
''Baiklah kita akan pulang ke sana..''
Perkataan Ardi langsung membuat Ratna berjingkrat hebat hingga ia duduk diatas pangkuan Ardi
''terima kasih sayang...'' ujar Ratna sambil mengecup hidung Ardi sekilas