Sudah tidak terhitung berapa kali April dan Ibunya bertengkar gara-gara makhluk bernama Fathon Ramadhan.
Laki-laki berusia 32 tahun yang berjarak tujuh tahun dengan April. Laki-laki yang boleh di bilang matang dan sudah pantas untuk menikah dan berkeluarga. Laki-laki yang kata Ibu-ibu di cap sebagai menantu idaman karena sudah mempunyai pekerjaan yang mapan dan bisa di banggakan, PNS (Pegawai Negeri sipil).
Dua bulan yang lalu Ibu memberi tahu putri kesayanganya kalau keluarga Fathon ingin menjodohkan putranya dengan April. Awalnya samar-samar April tidak begitu mengingat laki-laki itu karena seingatnya ia bertemu Fathon ketika masih kecil dan terakhir waktu kelas 2 SMA.
Tahu ingin di jodohkan tentu saja April menolak, menurutnya ini bukan zaman siti Nurbaya. Apalagi di jodohkan dengan Fathon yang menurut April lebih dewasa tujuh tahun darinya.
Setelah obrolan di meja makan yang membuat nafsu makanya hilang. April ikut pergi ke keluar bersama Hendri untuk membeli sepatu. Bukan menemani adiknya memilih sepatu April malah janjian dengan Nurma disalah satu cafe.
"Kenapa mukanya di Tekuk gitu? " Tanya Nurma yang duduk didepan April.
"Biasa, " Jawab April yang terlihat masih kesal.
Nurma tahu apa yang terjadi pada sahabatnya. Karena itu sudah sering terjadi. Jika sahabatnya bertengkar dengan Ibunya April pasti mengajaknya bertemu atau April yang menemuinya, sesi curhat.
"Fathon lagi?" Tebak Nurma.
April mengangguk.
"Ibu kamu masih maksa kamu? "
"Nggak maksa sih, tapi ngomong terang-terangan kalau dia bakal senang kalau aku mau di jodohin sama Fathon. "
"Kenapa sih Pril, kamu nggak mau sama Fathon? Dia baik, dewasa, PNS lagi. "
"Kamu itu lama-lama kayak Ibu. Bahasnya pekerjaan si Fathon yang mapan. "
"Lah, memang omonganku ada yang salah? Setau aku setiap orang tua itu mau yang terbaik buat anaknya, termasuk jodoh. "
"Iya, aku tau itu. Tapi aku nggak suka sama dia. "
"Kenapa? Beri aku tiga alasan kenapa kamu nggak suka sama Fathon. Satu... " Nurma mengacungkan jari telunjuknya.
"Dia perokok berat. "
April pernah bertemu dengan Fathon di luar. Itu pun karena paksaan Ibu dan di iringi dengan pertengkaran. April janjian bertemu di sebuah cafe dengan Fathon. Selama pertemuan mereka April kebanyakan diam karena jujur saja dia tidak nyaman bersama laki-laki itu. Apalagi selama mereka bersama Fathon sering merokok sampai April batuk-batuk karena asap rokok.
Sepulang dari pertemuanya dengan Fathon, April marah pada Ibunya. Kenapa Ibunya bisa mempunyai keinginan untuk menjodohkanya dengan laki-laki itu. Apalagi setelah Hendri memberi tahunya kalau Fathon termasuk orang yang kasar. Bertambah lah nilai minus pada Fathon.
Setelah pertemuan mereka Fathon sering mengirim pesan pada April tapi gadis itu tidak pernah membalasnya. Apalagi kalau telefon, tidak pernah di angkat.
"Kedua..."
"Dia lebih tua dari aku tujuh tahun. Aku punya batasan jarak usia buat calon suami aku. Setidaknya maksimal lima tahun lah atau tiga tahun. Yang penting nggak berondong. "
"Ketiga... "
April tidak ingin mengatakannya karena dia tahu sahabatnya pasti akan menertawakanya.
"Kok diem. Apa yang ketiga? "
"Kamu sendiri tau jawabanya."
"Dia lebih pendek dari kamu, " Ucap Nurma disusul dengan gelak tawanya.
Ya, laki-laki itu lebih pendek dari April. Kalau di sejajarkan tinggi Fathon hanya sebahu April.
"Tuh kan, ngetawain." April mengerucutkan bibir.
"Sorry-sorry, " Ucap Nurma masih dengan sisa-sisa tawanya.
Nurma saja yang dia kasih tau kalau Fathon lebih pendek darinya saja menertawakanya. Apalagi orang-orang di luar sana.
Memandang fisik orang dengan kekurangannya memang tidak baik tapi apakah April tidak boleh berharap mendapatkan jodoh lelaki yang ia cintai begitupun sebaliknya. Bukan karena di jodohkan.
Dari luar cafe seseorang yang baru saja turun dari mobilnya memandang gadis itu. Dari jendela kaca cafe yang besar dia bisa melihat April yang sedang mengobrol dengan seseorang.
Ozy melangkahkan kakinya masuk ke dalam cafe. Berjalan mendekati dua gadis yang sedang mengobrol.
"Hai, April. " Sapanya.
Mendengar namanya disebut otomatis April mendongak. Dan wajah ganteng Ozy dengan lesung pipinya yang April lihat.
"Hai, " Jawab April yang sedikit kaget melihat Ozy disana.
"Boleh gabung?"
"Boleh. Silahkan... " April mempersilahkan Ozy duduk di salah satu kursi kosong di mejanya.
Sedangkan Nurma tahu itu Ozy. Dia masih ingat foto yang di unggah Hendri dulu.
"Oia, kenalin ini sahabat aku, Nurma, " Ujar April.
Nurma dan Ozy saling berjabat tangan, memperkenalkan diri.
"Nurma."
"Ozy."
Keduanya saling melepaskan jabatan tangan mereka.
"Aku nggak ganggu, kan? " Tanya Ozy.
"Enggak, " Jawab April.
Terdengar ponsel Nurma berdering. Gadis itu langsung mengangkatnya. Matanya tertuju keluar jendela, senyumnya terbit dan tanganya melambai. Seseorang yang sedari tadi ia tunggu telah datang, sang kekasih.
"Aku balik dulu, ya." Pamit Nurma seraya berdiri.
"Loh, mau kemana?" Tanya Ozy. "Kok buru-buru."
"Pacar aku sudah jemput di luar. Aku senang kamu datang, setidaknya sahabatku ini nggak akan sendirian. Dia lagi bad mood. " Nurma terkekeh.
"Apa'an, sih. " Protes April. "Jangan percaya dia, Zy. "
Ozy hanya tersenyum.
"Duluan, ya." Nurma meninggalkan mereka berdua.
Pandangan April mengikuti sahabatnya yang menghampiri kekasihnya. Nurma terlihat bahagia, kekasihnya mengusap kepalanya sayang, sampai memakaikan helm untuk Nurma.
"Kamu beruntung Nurma." Batinya.
Jujur April iri. Nurma sudah menemukannya belahan jiwanya sedangkan dia? Calon saja belum ada. Terkadang April berpikir Tuhan tidak sayang padanya. Kenapa di usianya yang ke dua puluh lima Tuhan belum mempertemukan dia dengan jodohnya. Apa April tidak pantas bahagia? Apa di luar sana memang tidak ada laki-laki baik untuknya. Atau memang Fathon Ramadhan itu jodohnya? Laki-laki dewasa yang tidak ia sukai. Astaga, memikirkan hal itu membuat April sedih, ingin menangis, dadanya tiba-tiba sesak. Gadis itu menunduk lesu.
Tidak tahu sejak kapan Ozy pindah tempat duduk dan sekarang di depan April. Laki-laki itu melihat perubahan raut muka April.
"Hei, kamu kenapa? " Tanyanya lembut.
April mendongak lalu menggelengkan kepalanya. Berusaha bersikap biasa, tersenyum, lebih tepatnya tersenyum kecut.
"Aku nggak apa-apa, " Jawabnya. Sebenarnya dia ingin menangis tapi tidak mungkin. Ada Ozy di depanya. Tidak mungkin dia menangis di depan orang asing. Baginya Ozy sama dengan orang asing.
Ya, Anisa Aprilia adalah gadis cengeng. Sedikit-sedikit menangis, apalagi menyangkut perasaan.
"Kamu ada masalah? " Suara lembut Ozy terdengar lagi.
"Semua orang punya masalah, Zy, " Jawab April lirih tapi masih bisa didengar Ozy.
"Itu benar. Aku nggak tau masalah kamu apa? tapi aku cuma mau bilang semua masalah pasti bisa di selesaikan. "
April menggeleng. "Nggak semudah itu. " April melempar pandangan keluar cendela. Melihat lalu lalang kendaraan.
Ozy tidak tahu apa yang terjadi pada April. Ingin bertanya tapi takut April akan marah. Dia tidak suka melihat April yang bersedih seperti itu.