1. Usia 25
Bagi April usia dua puluh lima tahun itu sangat tidak menyenangkan. Semua orang tahu apa alasannya? Ya, benar sekali jawabannya adalah J-O-D-O-H. Tidak tetangga, saudara, teman, kenalan pasti akan menanyakannya.
Kapan nikah?
Mana pasangannya?
Kok masih sendiri aja?
Mana gandengannya?
Sudah punya pacar belum?
Hari gini masih jomblo. Malu sama bocah.
Dan masih banyak yang lainya.
Dan jawaban terbaik Anisa Aprilia selama ini adalah hanya tersenyum yang sebenarnya di paksakan kemudian kabur.
Andai saja menemukan jodoh itu seperti membeli baju di toko. April akan membeli baju yang terbaik. Tidak perduli jika uang tabungnya akan habis.
Kadang April ingin bodo amat dengan omongan orang tapi tetap saja kupingnya panas. Ada juga keinginan untuk tinggal di luar negeri saja yang mana orang-orangnya cuek dan tidak mengurusi urusan orang lain. Mau menikah atau tidak, terserah yang menjalani.
Bukanya April tidak berusaha mencari jodoh tapi tidak tahu kenapa setiap cowok yang dekat denganya pasti akan berakhir gagal. Kebanyakan mundur dengan sendirinya. Orangtuanya juga beberapa kali mengenalkanya dengan anak teman mereka tapi selalu April tolak. Karena apa? Karena dia ingin mencari pasanganya sendiri.
Sebenarnya tidak ada yang salah jika menikah karena di jodohkan tapi April tidak menginginkan hal itu. Ini bukan zaman Siti Nurbaya lagi.
Kadang April merasa ada yang salah dengan dirinya. Apa dia kurang cantik? Kurang menarik? Kurang pintar? Tinggi badan 169 cm, berat badan 55 kg, kulit bersih, Hidung mancung, rambut panjang, selalu peringkat tiga besar saat sekolah, lulusan S1 jurusan ekonomi tapi lebih disuruh mengurus usaha keluarga dari pada mencari kerja diluar. Efek anak tunggal. Tapi entahlah jika menyangkut soal pendamping hidup tidak tahu kenapa begitu sulit.
"Lagi mikirin apa? " Tanya Nurma yang duduk disebelah April.
"Mikirin hidup, " Jawab April asal. Tangannya sedari tadi merogoh toples berisi keripik pisang yang ada di pangkuanya.
Nurma tertawa kecil mendengar jawaban sahabatnya.
"Sudah lah, jangan di pikirin terus nanti cepat tua. Nanti kalau sudah waktunya kamu juga bakal ketemu sama jodoh kamu. "
Nurma tahu apa yang di pikirkan sahabatnya. Dia tahu betul bagaimana rasanya karena dia juga pernah mengalaminya. Tapi Nurma lebih beruntung karena dua bulan dari sekarang dia akan melangkah ke jenjang pernikahan dengan kekasihnya.
Dalam hati April iri pada sahabatnya. Nurma beruntung bisa menemukan jodohnya di tempat kerjanya yang baru. Padahal waktu itu sahabatnya akan di jodohkan dengan anak teman dari Ayahnya. Tapi sayangnya Tuhan mempunyai rencana lain. Mempertemukan Nurma dengan Jodohnya di waktu yang tepat.
Kadang April juga bertanya-tanya? Apakah Tuhan akan mempertemukan jodohnya di saat yang tepat. Tapi kapan????
Jika memikirkan hal itu, April pusing sendiri.
Sebenarnya April juga tidak memasang kriteria yang tinggi untuk pasangan hidupnya. Tampang tidak masalah yang penting masih pantas di gandeng pas datang ke acara kondangan kawinan. Yang lebih penting April nyaman dengan orang itu dan orang itu bisa menerima April apa adanya, buka ada apanya.
"Jadi, kan, nganterin aku? " Tanya Nurma.
Hari ini April berjanji akan mengantar Sahabatnya untuk memilih undangan pernikahan.
"Jadi, lah, " Jawab April.
Sebenarnya dia malas keluar rumah tapi keburu sudah berjanji pada Nurma jadi mau gimana lagi. Mau tidak mau harus mau.
"Aku ganti baju dulu, ya, " Ucap April.
"Oke."
April baru saja meletakkan toples cemilan diatas meja ruang tamu, dia mendengar ponselnya berbunyi tanda notifikasi pesan masuk.
Ibu : April, kamu jadi pergi keluar? Kalau iya nanti sebelum pulang kamu mampir ke toko buah. Stok buah di kulkas habis
April : Siap, bu...