Uli keluar dari lobi menuju pos security. Sore telah beranjak malam . Saat Uli keluar tadi sudah jam lima lebih tiga puluh menit. Sebentar lagi maghrib tiba. Dan selama dia bekerja di kantor, hampir setiap harinya selama satu minggu ini Uli selalu menghabiskan waktu magrib nya di perjalanan.
Jarak antara kantor dan rumah kos memang lumayan jauh. Ditempuh dalam waktu empat puluh lima menit jika kondisi jalanan lancar. Akan tetapi jika macet bisa menghabiskan hampir dua jam sendiri di perjalanan.
Sebenarnya bu Agustina pernah menyarankan agar Uli pindah kos yang dekat dengan kantor. Tapi Uli berpikir sekali lagi, kantor tempat dia bekerja berada di kawasan industri yang letak nya di daerah pinggiran kota. Bisa dibilang jauh dari keramaian. Berbanding terbalik dengan tempat kos Uli saat ini yang berada di tengah kota. Akses untuk pergi kemana-mana sangat gampang. Dekat dengan pusat perbelanjaan, Jalan umum dan tempat makan. Sementara jika di daerah sekitar kantornya ini sangat sepi. Bahkan untuk mendapatkan swalayan seperti indomart atau alfamart pun harus menempuh perjalanan yang cukup jauh. Dan Uli tak yakin bisa hidup di tempat seperti ini. Bukan nya Uli sok sok an tak bisa hidup di tempat sepi, bahkan di kampung tempat tinggal nya dulu jauh lebih sepi dan Uli bisa bertahan hidup disana. Yang menjadi masalah buat Uli adalah di tempat ini susah bagi Uli untuk bisa mengembangkan sayap karir nya.
Sebenarnya selain bekerja di kantor, sampai saat ini pun Uli masih ikut bekerja di sebuah wedding organizer. Seperti dulu sebelum dia bekerja kantoran. Uli enggan meninggalkan pekerjaan lamanya ini. Selain karena Uli bisa menjalani nya sebagai pekerjaan sampingan, wedding organizer itu adalah kepunyaan seseorang yang begitu banyak berjasa bagi Uli.
Jadi jika Uli harus pindah kos maka dia akan kesusahan jika ingin pergi ke pusat kota.
Suara klakson mobil mengejutkan nya. Uli sedang berdiri di seberang jalan tepat di depan kantornya untuk menunggu kendaraan umum. Bukan nya Uli tak tahu jika seorang lelaki yang berada di balik kemudi itu adalah bos nya. General Manager yang Uli tau bernama mister Kien. Meskipun belum ada yang mengenalkan Uli pada lelaki itu, tapi Uli sudah faham karena Uli sudah sering mendengar cerita tentang lelaki itu baik dari mulut mbak ana atau bahkan dari bu Agustina.
Sekali lagi Uli mendengar suara klakson dari mobil itu. Uli menoleh ke samping kanan, kiri serta belakang. Tapi di tempatnya saat ini tak ada siapa siapa selain dirinya. Lantas apa maksud si bos membunyikan klakson lagi. Apa itu ditujukan padanya agar Uli menyingkir atau bagaimana. Entahlah Uli tak tahu.
Untung saja bus yang Uli tunggu sedari tadi pada akhirnya lewat. Gadis itu melambaikan tangan nya berniat memberhentikan bus yang sedang lewat. Segera Uli bergegas menaiki bus tersebut begitu kendaraan itu berhenti tepat di hadapan nya. Tanpa menghiraukan lagi si bos yang melotot melihat Uli dari dalam mobil mewah nya.
Kien tak habis pikir dengan respon gadis itu. Bahkan dengan terang terangan tak menghiraukan keberadaan nya. Padahal Kien sudah berniat baik ingin memberikan tumpangan pada gadis itu. Karena dilihatnya gadis itu sedari tadi sedang berdiri seorang diri.
******
Sejak pertemuan pertama nya dengan mister Kien hari itu, Uli tak pernah lagi melihat batang hidung si bos yang menurut Uli aneh dan misterius. Entah kenapa Uli merasa takut melihat laki laki itu. Padahal dia baru pertama kali bertemu.
Pagi ini Uli tampak cantik dengan kemeja soft Pink yang dipadu dengan celana Pink fanta serta jilbab yang senada. Tampak cerah dan berseri. Tak terasa sudah dua minggu pula Uli bekerja.
" pagi Uli.... Haduh cantiknya pagi ini." Bu Agustina yang baru datang menyapa Uli dengan senyuman dan pujian.
" terimakasih mami. Pagi ini mami juga sangat cantik."
Bu Agustina terkekeh sebelum menjatuhkan diri di atas kursi kerjanya.
" oh ya Uli... Beberapa berkas yang harus di sign mister Kien sudah disiapkan.?"
" oh sudah mam. Sudah saya simpan di dalam map. Ada di meja mami. "
Bu Agustina memang meminta Uli untuk memanggilnya mami, sama dengan karyawan lain nya. Karena menurutnya panggilan mami itu terkesan lebih familiar dan menghilangkan kesan canggung.
" kalau begitu nanti Uli bawa ke ruang mister Kien ya. Oh iya, uli belum pernah mami kenalkan ke mister Kien ya."
Uli menggeleng.
" baiklah kalau begitu. Nanti sekalian mami kenalin Uli dengan mister Kien. Sebenarnya mami sudah akan mengenalkan Uli saat mister Kien pulang dari jakarta. Tapi ternyata mami kelupaan dan setelahnya mister Kien malah ga pernah datang kantor."
Uli hanya tersenyum mendengar cerita bu Agustina.
" selamat pagi.... " bu Agustina dan uli tersentak kaget mendengar sapaan dengan suara berat khas lelaki.
" loh Kien... Akhirnya ke kantor juga. "
" mami kangen sama saya? " Kien melirik perempuan yang berada di belakang Bu Agustina. Perempuan itu menunduk menghindari tatapan nya.
" sangat sangat kangen... Apalagi itu berkas berkas yang butuh Kien sign. Sudah sangat menunggu kehadiranmu. "
" baiklah kalau begitu. Kien masuk ke ruangan dulu. Boleh saya bawa sekalian berkas nya."
" sangat boleh. Ini... Silahkan di cek dulu semuanya. Siapa tau ada yang kelewat atau butuh direvisi." Bu Agustina menyerahkan map pada Kien yang diterima oleh lelaki itu.
Kien sudah berbalik beranjak pergi tapi langkahnya terhenti karena teriakan bu Agustina.
" Kien....!!!! Kesini sebentar. Mami mau ngenalin sama karyawan baru. "
Kien kembali menghadap bu Agustina.
Bu Agustina menarik lengan Uli agar gadis itu berdiri.
" kenalkan ini Uli. Dia yang nanti nya akan membantu pengganti mami selepas mami pensiun. "
Bu Agustina beralih menatap Uli.
" Uli, ini mister Kien. General Manager kita."
" oh.. Senang bertemu dengan anda mister Kien." ucap Uli ramah.
" saya pun begitu. Senang berjumpa denganmu Uli. Semoga kamu betah bekerja disini. "
" terimakasih mister."
" mami pinter cari karyawan. Cantik."
Kien mengerling pada dua orang wanita di hadapan nya sebelum pergi menuju ruang kerjanya.
Bu Agustina hanya geleng-geleng kepala.
" jangan heran dengan nya. Begitulah Kien. Sebenarnya dia baik. Jadi uli tak perlu takut padanya. Dan satu lagi jika uli butuh apa-apa yang berhubungan dengan pekerjaan atau Uli merasa kesulitan dalam bekerja, Uli bisa langsung menghadap mister Kien. Karena dialah petinggi di kantor ini dan punya kuasa penuh pada segala sesuatu yang ada disini. "
Uli hanya mengangguk paham dengan apa yang disampaikan bu Agustina. Tapi jujur dalam hati uli merasa takut melihat sosok bos nya itu. Entahlah hanya dengan melihat postur tubuh bos nya yang tinggi besar, suaranya yang berat dan tajam serta wajahnya yang tampan tapi juga mengerikan , gadis itu sudah merasa ketakutan. Bagi Uli aura yang dipancarkan mister Kien itu sungguh menakutkan dan Uli merasa tak nyaman.
#####