Day 1

1104 Words
"Ra, gue kayaknya tahu, deh siapa selingkuhan Mas Mahes." Vicky membuka percakapan di video call grup WA. Mereka masih belum percaya ketika Vara menceritakan percakapannya dengan Mahes dan keputusan mereka berdua untuk mengakhiri hubungan. "Siapa?" Vara tidak bisa menyembunyikan suara seraknya. Semalaman dia sudah menangis sambil menelepon kakaknya, Mery. Setelah kakaknya menutup telepon, Vara melanjutkan tangisnya sampai ketiduran. "Coba lo lihat di IG Mas Mahes. Ada, tu dia di daftar followers paling atas. Gue stalking tadi. Sorry, Ra, abis gue nggak percaya aja Mas Mahes bisa gitu." Bagi Vicky, Mahes adalah senior iklan yang paling dihormati sebelum dia mengundurkan diri dari divisi marketing Medvoice.id--portal web berita dan artikel daring di Indonesia. Dari Mahes dia belajar mencari iklan dan mempelajari klien potensial. "Lu kok bisa yakin kalo itu dia?" Amalia menyahuti penelusuran gadis berambut sebahu itu. "Ada highlight yang bikin gue curiga, Jo. Coba lu-lu pada buka. Yang HL-nya FS-21. Disitu ada poto yang captionnya, congratulation for the first day. Dan tau nggak itu tanggal berapa? Hari pertama Mas Mahes kerja di Shela Advertising." "Masa, sih?" Vara menyusut hidungnya yang merah. Kebanyakan menangis membuat hidungnya tersumbat dan tidak bisa menghidu bau-bauan. Dia mengingat hari pertama Mahes bekerja di tempat yang baru. Waktu itu Vara hanya mengirim pesan singkat berisi ucapan selamat karena sudah diterima kerja. Baginya itu hal yang biasa, karena Mahes pun tidak dengan susah payah mendapatkan pekerjaan itu. Sebenarnya pekerjaan itu milik teman kuliahnya dulu. Dia sudah diterima di sana lalu mengundurkan diri. Vara bilang pada temannya supaya dia merekomendasikan Mahes sebagai penggantinya sebelum perusahaan itu merekrut karyawan yang baru. Ternyata atasan temannya setuju untuk memberi kesempatan pada Mahes, apa lagi dengan track record Mahes yang terbilang sukses menggandeng klien-klien potensial untuk Medvoice.id. "Gue inget banget. Soalnya sehari sebelum Mas Mahes kerja di Shela, dia, kan datang ke tempat kita bawa Chatime. Pada inget, nggak? Dia bilang besok mulai kerja. Dan ditanggal yang sama, gue kena tegur sama Mas Eka karena lupa nyerahin proposal. Makanya gue hapal tanggalnya. Sampai gue tandain di kalender. The date when i made a mistake. How fool i am!" "Iya gue inget. Muka lu merah banget kena omel Mas Eka." "Nah, pas gue liat-liat lagi tu HL, gue nemu lagi foto yang bikin merinding?" Ketiga orang di layar ponsel menunggu laporan dari Vicky dengan wajah tegang. Tidak terkecuali Vara. Ini info baru untuknya. Selang sehari Mahes minta putus, dia harus menghadapi kenyataan kalau Mahes mungkin sudah bermain curang di belakangnya sejak lama. "Ada SS-an kalau, tu cewek abis ditembak Mahes pake e-mail." Vicky memandang Vara yang menatapnya datar. "Iya, Ran. Kata-katanya mirip banget sama kata-kata Mahes waktu nembak lu. Pake e-mail juga, kan?" "Apa nama IG, tu cewek?" "Hanindita." Setelah Vicky menyebutkan IG perempuan yang mungkin selingkuhan Mahes, Vara langsung mematikan sambungan dan membuka i********: miliknya. Dia langsung membuka IG Mahes dan melihat daftar pengikutnya. Hanindita. Seperti yang dibilang Vicky, nama itu ada di daftar teratas pengikut Mahes. Namun anehnya, Mahes tidak mengikuti akun IG perempuan itu. Entah kenapa. Vara mendesah cukup keras ketika menyadari Mahes belum menghapus foto-foto dirinya dan kebersamaan mereka. Melihat itu, membuat d**a Vara seperti ditusuki jarum dari dalam. Nyeri sekali. Dia seolah bisa merasa lubang-lubang halus di dadanya sedang mengalirkan air yang membuat tubuhnya lemas tak bertenaga. Sebelum membuka akun IG Hanindita, perempuan yang kini berwajah sembap karena kebanyakan menangis itu mengurut dadanya perlahan. Dia mencoba menguatkan hati agar tak terlalu sakit ketika tahu tentang orang ketiga dalam hubungannya dengan Mahes. Ketika Vara membuka IG Hanindita dan langsung melihat HL yang dimaksud Vicky, tulang-tulang di tubuhnya seperti kehilangan kekuatannya. Pada highlight FS-21, terlihat jelas momen-momen kebersamaan mereka sejak enam bulan yang lalu. Bahkan ada foto Hanindita memeluk seseorang yang wajahnya ditutupi stiker. Namun Vara bisa memastikan kalau orang yang difoto itu adalah Mahesa Prakarsa kekasihnya. Empat tahun bersama dirasa cukup untuk mengenal gesture Mahes walau wajahnya ditutupi. Dengan rasa sakit sebesar ini, apa dia masih sanggup bertemu Mahes dan memulai hari-hari terakhir kebersamaan mereka? Tangannya gemetaran membaca satu per satu caption di HL tentang mereka. Semua momen penting diabadikan Hanindita dengan rapi. Selalu ada kata-kata manis di setiap postingan untuk mengatakan betapa berartinya Mahes bagi Hanindita. Pada kencan pertama, Hanindita memosting foto dua tangan saling menggenggam di atas meja. 'I'll never let you alone. Take my hand and feel my heart beating. It's all b'coz of you.' Ketika hari pertama Mahes bekerja, Hanindita memosting foto sebuah dinding yang dihias tulisan 'congratulation' dan balon warna-warni. Sebuah memo kecil dipegang Hanindita tepat di bawah tulisan berhias itu. 'Selamat hari pertama kerja, Sayang. Hadiahnya menunggu di apartemen.' Vara ingat, hari itu Mahes menolak menemuinya karena katanya lembur. Kini dia tahu alasan yang sebenarnya. Yang paling mengiris hati Vara adalah foto Hanindita memeluk pinggang Mahes. Captionnya ... 'Nggak pernah nyangka, menyimpan kenangan mantan ternyata bisa memberikan kenangan pada yang baru.' Ada foto kecil di postingan tersebut. Foto seorang lelaki yang mengenakan baju yang sama persis seperti yang dikenakan Mahes. Vara cukup dewasa untuk memahami artinya. Sepertinya perempuan ini tinggal di apartemen sendirian dan Mahes menginap di sana untuk merayakan hari pertamanya bekerja. Entah bagaimana cara mereka merayakannya, yang jelas Mahes tidak punya baju ganti sehingga harus mengenakan baju mantan Hanindita yang tertinggal di apartemen. See, betapa otak kita bekerja lebih cerdas untuk menganalisa hal-hal yang menyakitkan. So, enough! This is too hurt to feel! Vara melempar ponselnya ke kasur dan menelungkupkan tubuhnya di atas bantal. Stalking bukan cara terbaik untuk mencari jawaban. Stalking hanya membuatnya tersakiti lebih dalam. Lagi ... dan lagi. Sudah cukup bukti yang dia dapatkan kalau Mahes sudah mengkhianatinya lumayan lama. Enam bulan. Enam bulan Mahes bermain curang di belakangnya dan dia tidak menyadarinya sama sekali. Apa segitu percayanya dia pada lelaki itu sehingga alarm tanda bahayanya tidak berbunyi ketika letupan-letupan pengkhianatan itu mulai terjadi? Vara mengorek-ngorek memorinya, berusaha mengingat hal-hal ganjil selama enam bulan terakhir. Dia kemudian menyadari satu hal. Ketika Mahes minta izin padanya untuk menonton konser Sabrina Claudio dan dia melarangnya, Mahes terlihat biasa saja. Vara tahu bagaimana sukanya Mahes pada penyanyi berdarah latin tersebut. Mahes juga tahu betapa tidak sukanya Vara karena musisi cantik itu suka berpenampilan kelewat seksi. Mahes tahu Sabrina akan tampil di We the Fest dan dia juga tahu Vara tidak memberinya izin menonton konser pertamanya di Jakarta. Namun Mahes terlihat biasa saja. Dari HL Hanindita, Vara jadi tahu, kalau akhirnya Mahes pergi menonton bersamanya. Kini Vara merutuki dirinya sendiri karena percaya begitu saja sewaktu Mahes bilang akan pergi main Dota di tempat tongkrongannya. Empat tahun. Vara salah karena menilai empat tahun waktu yang cukup panjang untuk saling mengerti dan memahami satu sama lain. Karena kini dia sadar, dia tak memahami Mahes yang berada di sisi Hanindita.[]
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD