“Dulu, setelah bertemu mas Saka, ... aku selalu takut kehilangannya. Sebab aku tidak mau terus-menerus terjebak sepi yang selama ini selalu memenjarakan aku dengan banyak ketakutan. Apalagi jika aku ingat bayang-bayang kapal meledak. Bayang-bayang seorang wanita tenggelam di antara puing-puing kapal dan juga kegelapan.” “Karena saat bersama mas Saka, aku sungguh tak pernah lagi dihantui ketakutan itu.” “Ya Allah ... demi apa pun, mimpi yang selalu membuat tubuhku basah karena keringat ketakutan itu, lebih mengerikan dari tsunami. Dan kini, mimpi itu kembali memenjarakanku.” “Aku ketakutan ya Allah ... izinkan aku membuka mata. Biarkan aku mengakhiri mimpi bur uk ini!” Tia sudah tersedu-sedu, tapi kedua matanya terus terpejam. Tia tak kuasa menyudahi mimpi sekaligus ketakutannya. Karena