Suasana di ruangan Rhea berubah seperti di sebuah pemakaman. Sepi, dingin dan sangat mencekam. Baik Rhea maupun Roman seperti sudah sepakat untuk saling mendiamkan diri. Menetralkan pikiran masing-masing sebelum kembali menyuarakan isi kepala mereka. “Kamu nggak mengenalnya dengan baik, Re.” Akhirnya Roman yang memiliki inisiatif untuk menguraikan kebisuan diantara mereka. “Aku juga nggak mengenal kamu awalnya.” “Tapi aku berbeda dengan Aga.” Rhea tersenyum perih. “Beda?” “Aku serius ingin berhubungan dengan kamu. Menghabiskan sisa hidup dengan mencintai kamu. Sedangkan Aga, bukan rahasia umum lagi kalau dia selalu mengganti wanitanya setiap malam.” “Terima kasih untuk keseriusan kamu,” ujar Rhea sakartis. "Aku bisa melihatnya."