Rhea melangkah ringan menuju ruangan Pak Gibran. Ia bahkan ingin bersenandung ringan saking senangnya. Setelah berulang kali semesta mengirimkan Aga untuk merusak hari ini, kali ini Rhea ingin meneriakkan syukur karena satu email masuk ke inbox email-nya beberapa saat setelah ia bergerak gelisah di ruangannya tadi pagi. Hari sudah sore, tapi Rhea yakin kalau rektoratnya tersebut masih menunggu kedatangannya untuk menuntut penjelasan. Maka dengan sangat senang hati, Rhea akan menjelaskannya kepada Pak Gibran dengan sebaik-baiknya. Setelah mengetuk dan dipersilahkan masuk, Rhea berjalan menuju meja kerja Pak Gibran. Lelaki tua itu langsung memberikan isyarat tangan mempersilahkan Rhea untuk duduk di hadapannya. “Selamat sore, Pak.” “Selamat sore,”