Ruis kembali menjalani aktivitas bisnis seperti biasa. Banyak hal ia kerjakan untuk melepaskan diri dari ingatan yang tidak diinginkan. Menyadari bahwa semua tidak lagi sama. Dia merasa harus berhenti berharap, merelakan apa yang sebenarnya diinginkan. Teramat sulit, ketika ia terbiasa mendapatkan apa pun di dunia ini karena memiliki segalanya—uang dan kekuasaan. Namun, kini ia menyadari satu hal bahwa dirinya tidak ditakdirkan untuk mendapatkan cinta yang tulus dari siapa pun—termasuk dari ayah dan ibunya.
Ruis tersenyum miris, kopi yang berada di hadapannya sudah habis. Alli menggeleng ketika Ruis memberi tatapan isyarat padanya untuk membuatkan satu lagi. Sudah empat cangkir dan itu cukup mengkhawatirkan bagi kesehatan Ruis. Alli tidak akan membiarkan pria itu bertindak sesuka hati.
“
