"Nenek kenapa menangis?'' "Jangan menangis, Nek, Namira tidak apa-apa," ucap lembut Namira, seraya menyeka air mata di kedua pipi sang nenek. Nenek Ratih seketika menatap kedua kelompok mata cucunya dalam, ia menyelami mata teduh dan penuh ketulusan milik Namira. Seandainya, badannya Nenek Ratih sekuat masih muda dulu. Tentu, ia akan melarang cucunya untuk bekerja. Tapi, melihat dirinya yang mulai rapuh di usia senjanya. Maka ia tidak mampu berbuat apa-apa, ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri saat ini. "Nenek sedih, karena Nenek tidak bisa menjadi Nenek kebanggaan kamu, Sayang. Nenek hanya bisa menyusahkan kamu, dan selalu membuatmu kesulitan," terang Nenek Ratih penuh sesal, dengan menyalahkan dirinya. "Sssttt, Nenek jangan bilang seperti itu. Namira melakukan semua ini, karen