Bab 28. Tsunami

1549 Words
Sosok yang saat itu hanya dilihat sekilas oleh Ryan, sekarang sudah bisa dilihatnya dengan sangat jelas. Waktu itu Ryan sangat ketakutan, tapi sekarang berbeda, tangan Ryan tiba-tiba mengepal kuat. Dia merasakan amarah yang kuat saat Penyihir Hyunfi menampakkan diri sepenuhnya. “Kenapa, Pangeran Arthur? Apakah kamu terkejut melihatku?” Penyihir Hyunfi tertawa jemawa. Bi Narti menoleh. Dia melihat cahaya berwarna biru sudah menjalar di tangan kiri Ryan. “Apa yang kamu inginkan, Hyunfi?” tanya Adi tanpa basa-basi. Penyihir Hyunfi harus segera dipukul mundur agar kembali ke Negeri Zalaraya. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya. Penyihir Hyunfi sangat terkenal akan kekuatannya yang dahsyat. “Aku hanya ingin menyapa kalian.” “Lupakan, Adi. Kita harus segera melumpuhkan Penyihir Hyunfi, kalau tidak dia akan membuat tsunami yang sangat dahsyat.” Bi Narti melihat percikan air di tangan Penyihir Hyunfi. Maka tidak salah lagi, dia ingin menyerang desa pesisir. Adi mengangguk. Imbauan Bi Narti masuk akal. Dia juga melihat yang sama. “Kalian tidak akan bisa mencegah tsunami itu, Makhluk lemah!” Penyihir Hyunfi mengangkat tangannya. Kesiur angin mengungkung dirinya. Ujung jubahnya bergerak-gerak. Dua detik kemudian lautan yang semula surut tiba-tiba penuh terisi air. Air itu semakin lama semakin tinggi, hingga menyentuh angka 10 meter bersiap untuk melahap apa saja. “Apakah kalian siap?” Penyihir Hyunfi menatap mereka semua. Tutup kepala Penyihir Hyunfi terbuka. Sanggulan rambut panjang, wajah penuh luka, dan mata tertutup sebelah. Ya. Itulah penampakan wajah Penyihir Hyunfi yang selama ini dia sembunyikan. Kesiur angin yang kuat membuat tutup kepalanya terbuka sendiri. Adi menghentakkan kakinya. Benteng tanah setinggi 15 meter dengan panjang 3 kali lipatnya muncul di belakang mereka. Sekarang tidak ada lagi yang bisa melihat pertarungan mereka. Para penduduk hanya bisa mendengar suara air dan petir serta kesiur angin. Mereka harus bisa mencegah agar air jangan sampai menghancurkan desa. “Kamu pikir hanya dengan benteng tanah lemah itu bisa mencegah tsunami ini?” Penyihir Hyunfi berdecih. “Kalian hanya makhluk lemah!” Ani dan Bi Narti bertukar pandang. Bi Narti menjentikkan jarinya. Ratusan pohon bakau berjejer di sebelah benteng tanah Adi. Setidaknya itu cukup untuk menahan air pantai. “Baiklah. Sepertinya kalian tidak sabar ingin bertarung denganku.” Penyihir Hyunfi mengarahkan tangannya ke depan. Air laut setinggi 10 meter itu berjalan menuju mereka. Farhan menghentakkan kaki. Benteng setinggi air muncul, menghalangi laju air. Pecah! Benteng tanah Farhan tidak sanggup menahan kekuatan laju air pantai itu. Ryan mengangkat tangannya, mengarahkan ke air. Tiba-tiba air yang tadinya melaju kencang mendekati mereka berhenti. Ryan mengatupkan tangannya. Terdengar bunyi menggeretak. Air itu perlahan mengeras, berubah menjadi es. Gunung es setinggi sepuluh meter berdiri tegak tidak jauh dari mereka. Penyihir Hyunfi tertawa. Dia senang sekali melihat Ryan menunjukkan kekuatannya. “Maaf, Pangeran. Sepertinya kamu masih harus menyusu dengan orang tuamu.” Penyihir Hyunfi menghentakkan tangannya ke depan. Gunung es langsung berubah menjadi air, mengalir cepat ke arah mereka. Apa yang harus mereka lakukan. Hanya tinggal hitungan detik saja, maka air itu akan menghabiskan seluruh permukaan yang tersapu olehnya. Kekuatan Adi tidak akan cukup untuk menampung air itu. Bayu menoleh ke Ryan—berharap Ryan melakukan sesuatu. Ryan memejamkan matanya. Sedetik kemudian dia menghilang. “Ke mana dia?” Adi terkejut melihat Ryan menghilang. Air di depan semakin dekat dengan mereka. Air itu terlihat seperti mulut monster yang siap melahap apa saja. Adi menghentakkan kakinya. Dia membuat ombak tanah setinggi air itu. Adi mengarahkan tangannya ke depan. Ombak tanah dan ombak air beradu. Bum! Dentuman yang dihasilkan sangat kuat sekali. Tubuh mereka terhuyung ke belakang karena gelombang yang ditimbulkan. Adi menahan kakinya sekuat tenaga. Dia harus bisa mempertahankan posisinya agar ombak tanah yang dia buat bisa menahan laju ombak air Penyihir Hyunfi. Bukannya malah kewalahan, Penyihir Hyunfi justru tertawa puas melihat Adi. Dia mengarahkan tangannya ke depan. Dorongan air semakin meningkat. Kaki Adi semakin menjorok ke dalam pasir. Farhan tidak mau diam saja. Dia menghentakkan kakinya. Muncul tiang-tiang dari dalam tanah. Farhan menggunakan tiang tanah itu untuk membantu Adi menopang ombak air Penyihir Hyunfi. Adi mengangguk, suka dengan ide Farhan. Bi Narti dan Ani terus berdoa semoga mereka bisa mencegah ombak itu sampai perkampungan. Ani tidak bisa membantu apa-apa. Kekuatan yang dia miliki hanya bisa digunakan untuk menyembuhkan orang. Bayu juga tidak mau tinggal diam. Dia mewarisi kekuatan ayahnya, bukan? Bayu menghentakkan kakinya. Dia memunculkan tiang-tiang penyangga sama seperti Farhan. Tiang penyangga semakin banyak. Kekuatan tanah mereka bertiga bersatu untuk menahan ombak air Penyihir Hyunfi. “Hanya itu saja kemampuan kalian?” Penyihir Hyunfi memajukan tangannya. Puluhan tiang penyangga patah. Kaki mereka bertiga menjorok 30 cm ke dalam pasir pantai. Adi hampir kewalahan menahan ombak tanahnya. Farhan dan Bayu serempak menghentakkan kaki ke tanah. Muncul lagi tiang-tiang penyangga. Mereka bertiga bekerja sama menahan ombak itu. Sekarang jumlah tiang-tiang penyangga menjadi dua kali lipat. Penyihir Hyunfi tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah. Dia senang karena sudah lama kekuatan yang dia miliki itu tidak digunakan. Inilah saatnya, sudah cukup lama dia dibelenggu oleh Raja Barelfie. Maka sekarang, waktunya pembalasan. Ani terperanjat kala melihat Ryan tiba-tiba muncul di atas kepala Penyihir Hyunfi. Ryan mengangkat tangannya ke udara. Cahaya biru pekat muncul dari ujung tangan Ryan. Penyihir Hyunfi terlambat menyadari kemunculan Ryan di atasnya. Saat Penyihir Hyunfi mendogak, Ryan langsung menghantamkan pukulan yang sangat keras ke kepalanya. Dentuman yang sangat kuat sekali terdengar. Ombak yang Penyihir Hyunfi buat langsung jatuh ke bawah. Air pantai sudah kembali normal. Ombak pantai juga kembali seperti biasa. Adi menghentakkan kaki ke tanah, ombak tanahnya masuk kembali. Begitu juga Farhan dan Bayu. Keadaan jadi lengang. Ryan sudah muncul di tempat semula. Semua menatap ke arahnya takjub. Melihat kekuatan Ryan barusah membuat mereka semua merasa senang. Kesenangan itu tidak berlangsung lama. Tiba-tiba letupan dahsyat terdengar. Air bercipratan ke mana-mana. Sosok berjubah hitam muncul dari tengah-tengah—mengambang di udara. Hyunfi tertawa. Bajunya sudah basah sekarang. “Hebat, Pangeran Arthur. Belum ada yang bisa memukulku seperti itu selama ini.” Penyihir Hyunfi memegang kepalanya. Sepertinya pukulan Ryan berhasil membuat kepalanya terasa sakit. Penyihir Hyunfi mengangkat tangannya. Tongkat benbentuk ular muncul di tangannya. “Kita lihat apakah kalian bisa melawan kali ini.” Penyihir Hyunfi mengangkat tongkatnya ke atas. Kepala kobra yang menjadi ujung tongkatnya memunculkan sinar berwarna hitam menembus langit. Tanah berguncang. Dari belakang Penyihir Hyunfi muncul sesuatu. Air di belakang sana perlahan naik. Ada sesuatu yang muncul ke permukaan. Ani menutup mulutnya. Itu kobra raksasa. “Kurung ular itu!” jerit Bi Narti. Adi paham apa maksud Bi Narti. Dia menghentakkan kakinya. Dalam sekejap, ular itu sudah terkurung dalam gundukan tanah Adi. Adi menahan kakinya, berusaha memperkuat lapisan tanah yang mengurung ular itu. Bayu dan Farhan melakukan hal yang serupa. Mereka menghentakkan kaki, membuat kurungan tanah berbentuk tempurung. Mereka membuat lapisan. Total tiga lapisan kurugan tanah. Sejauh ini belum ada pergerakan. Ular di dalam kurungan itu juga tidak melakukan apa-apa. Bayu dan Farhan tetap waspada, begitu juga Adi. Ani dan Bi Narti tidak henti-hetinya berdoa semoga mereka bisa mengalahkan Penyihir Hyunfi. Tar! Kurungan tanah pecah. Adi, Bayu, dan Farhan terpental beberapa meter. Kurungan tanah itu pecah bukan karena ular melawan, melainkan ada total 10 ular raksasa berdiameter 3 meter dan panjang 20 meter berada di dalam sana. Kurungan tanah itu tidak sanggup menampung ular sebanyak itu. Ani dan Bi Narti langsung menghampiri mereka bertiga, membantu berdiri. Ryan mengepalkan tangannya geram. “Apa yang akan kamu lakukan sekarang, Pangeran?” Penyihir Hyunfi tertawa. Ryan mulai jengah mendengarkan tawanya. Penyihir itu sepertinya hobi sekali tertawa. Ryan menghentakkan kakinya. Tanah berguncang. Muncul seekor naga dari dalam tanah. Ya. Naga tanah yang dimunculkan Ryan sewaktu latihan. Penyihir Hyunfi terperanjat. Apa itu? Bagaimana bisa Ryan memunculkannya. Tentu saja dia kaget. Tidak ada seorang pun pemilik kekuatan tanah yang bisa melakukan hal semacam itu. Penyihir Hyunfi menatap Ryan tidak percaya. Siapa Ryan sebenarnya? Bagaimana bisa dia memiliki kekuatan itu. “Apakah kamu terkejut?” Ryan menatap Penyihir Hyunfi. Dia tidak gentar sama sekali. Harus Penyihir Hyunfi akui, dia memang sedikit terkejut. Tapi tetap saja, Ryan tidak akan bisa mengalahkannya. Butuh waktu yang lama agar kekuatan itu bisa dikendalikan. Lihatlah. Ryan baru saja bisa menggunakan kekuatan. “Kita lihat apakah kamu bisa menggunakan kekuatanmu itu.” Penyihir Hyunfi menyuruh ular-ularnya untuk menyerang naga milik Ryan. Ryan juga melakukan hal yang sama. Naganya menyemburkan api tanah. Dua ular terkena, berubah menjadi batu. Penyihir Hyunfi berdecih. Itu cukup mengesankan. “Kekuatanmu mengesankan, Pangeran!” Ryan menganggap pujian Penyihir Hyunfi barusan bermakna ambigu. Tapi Ryan lebih condong ke arah sebuah ejekan. Ryan mengepalkan tangannya. Dua ekor ular yang tadi menjadi batu langsung hancur. Gumpalan tanah berjatuhan ke dalam air laut. Ryan tersenyum. Naganya terbang di depannya sekarang. Delapan ekor ular kobra raksasa yang tersisa berdiri di belakang Penyihir Hyunfi. Penyihir Hyunfi memperhatikan naga tanah milik Ryan. Ukurannya lebih besar ketimbang ukuran ularnya. Naga tanah Ryan berdiameter 4 meter, dan panjangnya nyaris 40 meter. Tentu saja, Ryan sengaja membesarkan ukurannya , berbeda saat pertama kali dia memunculkan naga tanah itu di tempat latihan—ruang bawah tanah. Ryan menunggu apa yang akan Penyihir Hyunfi lakukan selanjutnya. Jika semakin banyak ular yang akan dia munculkan, maka Ryan memiliki dua pilihan; memperbesar ukuran naga tanahnya, atau memunculkan yang lain. “Aku penasaran dari mana asal kekuatanmu, Pangeran.” Satu ekor ular masuk ke dalam air, menghilang. Adi, Bayu, dan Farhan sudah begabung kembali. Adi sedikit pincang, kakinya yang menjorok ke dalam pasir tadi sepertinya keseleo. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD