Part 05: Cari Muka di Depan Dosen

1074 Words
Setelah kepergian Sam, Dea langsung ngelesot di lantai begitu saja, namun tiba-tiba pandangannya berpusat pada sebuah benda yang berada satu meter di depannya. Itu kan ..... dompet. Dea langsung merangkak mengambil dompet itu untuk ia teliti depan belakang kanan kirinya. "Ah elah... masih ada ya orang pakai dompet kayak gini zaman sekarang," sambil menyentil-nyentil dompet itu iseng, "jadul banget, sih!" Lanjutnya masih terus nyerocos sendiri. Namun tiba-tiba rasa penasarannya mencuat. Sudah dibilang sejak awal kan kalau Dea itu tukang kepo, jadi pasti dia akan menyelidiki apapun sampai ke ujung-ujungnya. Dea membuka dompet kulit berwarna coklat itu dengan perlahan dan bisa kalian simpulkan ini milik siapa, seharusnya Dea tau yang jadul-jadul ini pasti miliknya dosen tua itu. Di dalamnya hanya ada foto Sam dan beberapa ATM tanpa KTP atau tanda pengenal lainnya. Tiba-tiba secercah ide brilian muncul di otaknya begitu saja, "gue harus cari muka, nih." gumamnya sambil tersenyum devil. Dea kemudian berdiri, merapikan hoodienya sejenak setelah itu keluar dari kelas Teknik Informatika itu. Pak Sam I'm coming! *** "Pak Sam sudah pulang?" Dea menatap satpam itu dengan delikan kecil. "Kalau alamatnya, Bapak tahu tidak?" Dea menatap satpam itu harap-harap cemas, sang satpam langsung menatap curiga ke arah Dea, soalnya yang menanyakan alamat Sam itu bukan hanya Dea saja tetapi banyak mahasiswi lain yang menanyakannya untuk sekedar modus. Dirinya tidak akan kecolongan lagi pokoknya! "Memangnya kenapa Mbak mau bertemu dengan Bapak Sam?" Sang satpam malah mengintrogasi Dea. Dea mengernyit bingung awalnya namun selanjutnya mengangkat dompet Sam tinggi-tinggi. "Dompetnya Pak Sam ketinggalan. Mau saya balikin takutnya ada yang penting, Pak." Pintar sekali otak Dea dalam membuat alasan. Satpam itu langsung lega mendengarnya. Sepertinya Dea ini orang yang baik. "Baik, saya tuliskan alamatnya sebentar." Dea langsung mengembangkan senyumnya, yah ... satpamnya gampang banget dikibulin. Setelah mendapatkan alamat dari satpam tersebut. Dea memutuskan untuk langsung mendatangi alamatnya, gaspol pokoknya. Demi tidak mengulang semester Dea harus melakukan berbagai macam hal. Dea menunggu di depan gerbang dengan kesal. Kenapa tidak ada kendaraan umum yang lewat, sih?! Bapaknya emang nggak adil sama dia, Kakak nya aja udah di kasih kendaraan pribadi sejak SMA tapi Dea masih belum boleh bawa kendaraan sendiri sampai sekarang, bahkan sampai dirinya mogok makan 3 hari Bapaknya masih tidak terpengaruh sama sekali. Dea jadi mendengus miris membayangkannya, "jangan-jangan gue beneran anak pungut lagi," gumamnya membayangkan cerita n****+ yang sering dia baca, orang tua tiri yang memperlakukan anaknya tidak adil. Tiba-tiba sebuah motor Ninja berhenti di depannya, sang pengemudi melepaskan helm full face nya lalu mengibaskan rambutnya di udara seperti gerakan slow motion. Ealah ... udah macam FTV aja. Dea menyipit menatap sang pengemudi itu, "Dea!" Panggil nya membuat Dea langsung berdiri tegak. Itu kan .... Dea masih mengingat-ingat orang itu. "Dia siapa, sih?" Akhirnya Dea menyerah. Sudahlah Dea paling malas soal mengingat dan lagian dirinya juga merasa nggak kenal dengan orang itu, pemuda itu mendekat ke arah Dea dengan senyum yang merekah seperti biasa, "aku Benua." Pemuda itu memperkenalkan diri. Dea membulatkan bibirnya sambil mengangguk-angguk kecil. Oalah ... si bocah yang ditolongnya waktu itu. "Sorry ya gue lupa, maklumlah udah kebanyakan mikir tugas." Dea menyengir kuda, apa tadi katanya mikir tugas? Tugas Mbahmu kui, orang Dea aja nggak pernah ngerjain tugas sama sekali. Benua tidak mempermasalahkan nya, dia malah menatap Dea dengan kernyitan heran, "kok kamu berdiri di sini sendirian?" Dea meringis sambil menunjuk jalanan yang lengang itu. "Gue lagi nunggu kendaraan umum, tapi belum ada yang lewat." Jawabnya membuat Benua mengangguk paham. "Kamu mau ke mana?" Benua memiringkan kepalanya sedikit ke kanan membuat Dea yang berada di depannya langsung speechless begitu saja. Tuh anak ... sumpah gemesin banget! Dan juga cara bicara Benua itu masih seperti bocah menurutnya, pakai kosakata aku-kamu lagi. Dea kan jadi geli sendiri dengernya. "Lucu yha lo, ngomongnya pake aku-kamu." Ceplosnya langsung membuat Benua terdiam sejenak, lalu mengulum bibirnya. Dea terkekeh pelan, "lo kok sering banget ke kampus ini, Nu?" Melupakan jika dirinya yang aslinya diberi pertanyaan, Dea malah balik bertanya. Benua terdiam beberapa saat, matanya menerawang nampak berpikir. "Oh kebetulan Kakak aku dosen disini," Dea mengangguk paham. "Kamu mau kemana, De?" Benua mengulangi pertanyaan nya. Dea menunjukkan alamat yang dibawanya pada Benua, "gue mau kesana." Benua melihat nya beberapa saat lalu kemudian mengangguk kecil. "Mau aku anter De? Aku tau alamatnya." "Serius, nih? Gratis gak?" Memang sudah putus urat malunya, alih-alih bertanya 'ngerepotin gak?' Dea malah bertanya 'gratis gak?' Tuh muka emang badak sekali! Benua langsung tertawa mendengarnya, tawanya sungguh merdu, ditambah Benua menutupnya dengan tangan. Kalem banget. "Hahaha kamu lucu banget yha." "Loh serius gue, kok malah diketawain deh." Benua menggeleng tidak habis pikir, setelah itu mengambil helm yang tersampir di jok belakang motornya untuk dia berikan pada Dea. Dea menerimanya dengan alis bertaut, seolah minta penjelasan. "Buat kamu mah gratis, tapi ada satu syarat." Dea memicing curiga. Awas aja kalo ini dihitung utang. "Paan tuh?" Benua tersenyum, sampai memperlihatkan gigi rapinya. Mengangkat HP yang ada ditanganya perlahan. "Aku minta nomor w******p kamu." *** Tok tok tok! Dea mengetuk pintu rumah minimalis itu sambil menatap sekeliling. Rumah ini sepertinya hanya bisa menampung tiga orang jika dilihat dari ukuranya, terdapat satu garasi yang memuat 2 mobil di sebelahnya. Dan satu taman mini di depanya dengan kolam ikan emas yang tambah mempercantik rumah ini. Adem banget rasanya! "Eh, Bapak. Hehe." Bukanya salaman sopan seperti mahasiswi lain saat ketemu dosen nya. Dea malah melambai gaje sambil tertawa garing. Sam melotot saat mendapati penampakan ini di depan rumahnya, di kampus ketemu Dea di rumah juga ketemu lagi. Lama-lama bisa edan dirinya! "Kamu ngapain kesini?!" Dea memundur beberapa langkah mendengar pekikan itu, ya ampun santai aja kali Pak! "Kalem Pak, selow." Dea mengangkat kedua tanganya untuk menahan Sam kalau-kalau dia mau meledak. Sam melotot tidak santai. "Ngapain kamu disini, HAH?!" Dea merengut mendengarnya, kok kayak gak seneng gitu sih dosenya ngelihat dia. Padahal kan Dea imut. "Ini saya mau balikin, dompet Bapak, kan." Dea dengan memanyun menyodorkan dompet kulit coklat bawaannya ke depan wajah Sam langsung. Sam mengernyit awalnya, namun tak lama ia menerima dompet itu. Kemudian menatap Dea dengan tanda tanya. Seolah mengerti Dea pun menjelaskan, lagian tuh mulut kadaluarsa kapok kalo jarang dipake. "Saya nemuin di kelas, kayaknya tadi jatuh." Sam hanya mengangguk-angguk. Hellow ... gak ada makasih-makasihnya gitu?! "Yaudah deh Pak, saya balik dulu." Dea memutar tubuhnya dengan jengkel. Ia kira dosen nya bakal baikin dirinya setidaknya bilang makasih kek, tapi nyatanya realitanya burek banget. "Tunggu!" Dea menoleh ke arah belakang bingung. Sam menipiskan bibir. "Biar saya antar, sudah mau gelap soalnya."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD