Memastikan Nuri kembali dengan aman, Dika terdiam melihat istrinya yang masuk ke dalam tanpa ragu. Dika juga terdiam bersandar di kursi mobilnya memejamkan kedua matanya.
"Kita ke perusahaan!" seru Dika di balas anggukan sopir pribadinya.
Dika juga sudah memastikan datang tepat waktu dengan pertemuan pemegang saham kali ini. Membahas tentang turunnya pemasukan, membuat Dika sedikit sibuk menenangkan para pemilik saham meski Dika pemegang kendali dari perusahaan. Usaha properti yang dia geluti selalu berjalan dan juga usaha IT yang di miliki keluarganya memang sering beradu banding dengan perusahaan lain. Membuat Dika ikut serta mengambil alih perusahaannya.
Pertemuan dengan pengusaha IT Singapura pun tidak mudah dilakukan mengingat pemiliknya begitu sulit untuk di hubungi. Apalagi Dika tahu jika menyangkut tentang keluarganya, mereka akan semakin tidak mudah di jumpai.
Masih di dalam perjalanan Dika teringat tentang istrinya Raisa dia melihat toko ponsel di seberang sana hingga dia terpikirkan jika istrinya itu tidak memiliki ponsel sama sekali.
"Berhenti di depan!" seru Dika.
Sopir itu mengganggu dia memarkirkan Mobilnya di pinggir jalan melihat Tuan mudanya keluar dari mobil. Sempat dia bertanya untuk menemaninya, tapi Dika melarangnya dan memilih untuk pergi seorang diri.
Masuk ke sebuah toko ponsel Dika tersenyum tipis dia membeli 1 buah ponsel yang cukup bagus untuk Raisa, Dika berjalan keluar dari toko itu setelah mendapatkan pesanannya sembari membawa paperbag di tangannya. Dika berharap dia dapat secepatnya kembali ke Villa bertemu dengan istrinya itu, meski suatu hal yang tidak mudah bagi dirinya untuk tetap tinggal di sana. Apalagi Nuri berpesan agar dia dapat pulang lebih awal dari biasanya.
Dika membuang nafas kasar dia sangat malas sekali jika harus kembali berhadapan dengan Nuri tapi dia sudah janji akan kembali lebih awal hingga saat mobil melaju kembali Dika keluar dari mobil dan memberikan paper begitu kepada sopir pribadinya.
"Kau berikan ini kepada Nona muda, di villa. Katakan kepadanya jangan menungguku!"
Pesan dari Dika dibalas anggukan oleh sopirnya, hingga Dika melihat mobil melaju dengan kecepatan sedang dan berbalik berjalan masuk ke dalam perusahaan dia disambut oleh beberapa pemilik saham yang juga baru saja datang di sana.
"Selamat pagi Tuan Andika Pratama! Sungguh sesuatu keberuntungan bisa bertegur sapa seperti ini dengan Anda," sapa tuan Damar kepada Dika dengan ramah.
Dika menyambutnya dengan ramah juga bahkan dia melihat kearah sekretarisnya yang menghampirinya saat dia sedang berbincang dan membalas sapaan dari tuan Damar.
"Tuan, mereka semua sudah siap berada di ruang rapat, silakan!" seru Ben dibalas anggukan oleh Dika.
Hingga mereka kini berjalan memasuki kantor dan masuk ke sebuah ruangan dimana Para investor sudah ada di sana menyambut ramah kedatangan Dika dan Tuan Damar, Rapat itu berlangsung dengan sangat baik sehingga tidak ada perdebatan diantara mereka yang mendiskusikan tentang investasi dan juga pemasukan saham perusahaan
Cukup lama melakukan rapat besar perusahaan kali ini, membuat Dika bersandar di kursinya, setelah dia keluar dari ruang rapat. Dika menoleh kearah ketukan pintu ruangannya di mana sekertaris nya masuk dan menghampirinya.
"Tuan, tuan Damar ingin bertemu dengan Anda," ucap Ben.
"Hmm," angguk Dika.
Dika berdiri menyambut kedatangan Tuan Damar kali ini.
"Maaf, saya mengganggu waktu Anda sebentar, Tuan," ucap Tuan Damar dengan ramah.
"Anda tidak perlu sungkan, Tuan," angguk Dika.
Seorang yang datang lagi, wanita paruh baya berjalan masuk setelah dia dibukakan pintu oleh Ben sembari membawa nampan berisikan pesanan dari tuannya. Berbalik dan pergi wanita itu keluar kembali ke tempat kerjanya.
Damar mencoba untuk menenangkan dirinya dan juga mencoba berbicara kepada Dika.
"Saya ingin mengajak Anda untuk hadiri ke acara pelelangan yang cukup menawarkan berbagai banyak barang antik yang tentunya tuan Dika akan menyukainya. Saya dengar juga di sana ada menawarkan kalau dengan batu permatanya dari air mata duyung, begitu diminati oleh kalangan elit. Bukankah Anda baru saja memiliki seorang istri, itu adalah hadiah yang akan sangat membawa keberuntungan bagi keluarga Anda, lebih tepatnya Saya ingin Anda ikut berpartisipasi dalam acara lelang yang diselenggarakan oleh investor kami," ucap Tuan Damar.
"Hmmm," angguk Dika.
"Tempatnua di pulau estelle yang dimiliki oleh tuan muda Noah yang mengundang langsung Anda," ucap Tuan Damar.
Dika terdiam dia tahu dan mengambil surat undangan yang diberikan oleh Tuan Damar kepadanya, melihat hari yang akan diselenggarakan oleh mereka tentang acara pelelangan yang cukup menarik bagi dirinya. Meski sempat ada hal yang membuat Dika kecewa dengan acara pelelangan tahun kemarin, hingga membuatnya malas mengikuti acara pelelangan lagi tapi kali ini diadakan oleh keluarga Noah yang cukup terkenal dengan usahanya.
"Aku akan usahakan untuk hadir. Tapi aku tidak bisa berjanji," balas Dika.
"Dengan Anda menerima undangan kami saja itu adalah sebuah penghargaan bagi kami. Saya tidak akan berlama-lama dan akan kembali," angguk Tuan Damar berdiri dari duduknya, setelah dia meminum kopi yang ada dihadapannya untuk menunjukkan rasa menghargai kepada Dika.
Mereka saling berjabat tangan dan Dika terdiam setelah melihat tuan Damar benar-benar keluar dari ruangan.
"Kalung permata yang memiliki keberkahan cukup menarik, tapi ada hal yang sangat membosankan harus aku lewati terlebih dahulu, sebelum pergi ke acara pelelangan itu sangat membosankan," guman Dika.
Dika meminum kopi yang ada di hadapannya melihat ke arah Ben yang berjalan menghampirinya.
"Apakah Tuan berniat untuk berbulan madu? Saya baru saja mendapatkan kabar bahwa nona Nuri akan pergi ber bulan madu dengan Tuan?" tanya Ben.
"Kau tahu dengan sangat cepat?" balas Dika.
"Tentu saja, nona Nuri memberitahukan kabar itu di media sosialnya," jelas Ben.
"Wanita itu benar-benar ingin membuat dirinya malu sendiri dengan apa yang dia lakukan. Kau siapkan waktu dan tempat untuk aku berbulan madu dengan wanitaku!" ucap Dika membuat Ben terdiam dia tidak mengerti wanita mana yang dimaksud oleh Dika.
Ben hanya mengangguk, yang dia tahu dia memang harus menyiapkan segala hal nya agar berjalan dengan baik apalagi tuan mudahnya, juga harus mempertimbangkan ajakan tuan Damar kali ini. Meski Ben tidak terlalu banyak berharap karena Dika berulang kali selalu menolak acara pelelangan seperti itu yang menurutnya sangat membosankan.
*******
Setelah tahu Dika pergi ke perusahaannya, Raisa berjalan di halaman rumah setelah sarapan pagi. Dia juga menghampiri taman dimana ada terdapat danau kecil disana dan juga 1 pohon tempat pertama dia berbicara dengan Dika dalam waktu yang lama. Disana juga, Raisa mengatakan ingin jadi istri Dika.
"Dia tidak berbicara apalagi berpamitan," gerutu Raisa duduk bersandar di bawah pohon.
Seorang pelayan wanita berjalan diikuti oleh seorang pria menghampiri Raisa yang masih terdiam mencoba mengingat pecahan memori yang sering muncul akhir-akhir ini. Terutama wajah seorang wanita tersenyum lembut ke arahnya tapi di dalam mimpi Raisa wanita itu begitu tegas kepadanya. Hingga membuat Raisa ketakutan melihat wanita itu, menjauh darinya.
"Siapa wanita itu, kenapa aku sama sekali tidak mengingat dirinya bahkan wajahnya pun samar di ingatanku?" gumam Raisa.
Nona ada supir pribadi Tuan datang mengantarkan sesuatu untuk anda ucapan pelayan wanita membuyarkan Lamunan Raisa dia melihat ke arah supir pribadi Dika yang memberikan bingkisan kepada nya.
"Tuan berpesan jangan menunggunya, Nona," ucap pria itu.
Raisa terdiam lalu melihat ke arahnya dan mengangguk mengerti dengan ucapannya. Pelayan dan juga pria itu kembali membiarkan Raisa seorang diri di sana, menikmati suasana di pagi hari di taman itu. Meski ada rasa sedikit kecewa terhadap suaminya raisa membuka terbaik yang ada di hadapannya.
Kotak sebuah ponsel membuat raisa mengangkat sebelah alisnya membuka dan melihat ponsel dengan layar lebar sekitar 7 inc di tangannya kali ini. Raisa mencoba untuk menyalakan ponsel itu hingga dia tersenyum tipis juga mengangkat sebelah alisnya ketika wajah jelas Dika menjadi wallpaper ponselnya itu.
Suasana hati raisa kini berubah menjadi tersenyum ketika melihat perlakuan dari suaminya itu. Meski hanya sebuah foto di balik layar ponselnya.
"Percaya diri sekali dia, sampai-sampai takut aku bertanya tentang nya dan berharap aku menunggunya," gerutu Raisa sebuah pesan masuk kedalam ponselnya membuat Raisa terkejut hingga dia membuka pesan itu.
"Aku tidak menerima ucapan terima kasih, yang aku mau adalah tubuhmu sebagai ucapan terima kasihnya!"
Pesan dari Dika dengan nama suami tercinta ku membuat Raisa tidak percaya jika suaminya itu benar-benar melakukan hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh Raisa membenarkan nama kontak Dika sebagai suaminya.
"Hmmm," balasan untuk pesan Dika sangat singkat dia kirim untuknya.
"Dia bahkan membuat kontak namanya sendiri sesuka hati," gumam Raisa menahan tawanya.
Melihat wallpaper di layar ponselnya dan juga nama kontak dirinya membuat Raisa tertawa tertahan mengingat tingkah laku suaminya itu.
"Aku tidak tahu jika menjadi istri kedua jauh lebih menyenangkan, bahkan menjadi kannya tingkah sesuka hati dirinya memperlakukan aku, benar-benar membuatku tidak percaya dengan keputusanku. Meminta dia menikahiku," gumam Raisa.
Raisa kembali melihat layar ponselnya wajah tampan Dika begitu jelas menatap ke arahnya. Membuat Raisa teringat kembali apa yang dilakukan oleh pria itu tadi malam terhadap tubuhnya. Menyimpan ponselnya, Raisa kembali menikmati suasana di depan danau yang begitu menyejukkan dan menenangkan hatinya.
Raisa juga mencoba untuk mengingat-ingat kembali serpihan memori di dalam dirinya yang sempat ada pecahan ingatan wajah seorang wanita dibenaknya dan juga seorang pria yang membuat Raisa tampak penasaran dengan ingatannya.
"Sebenarnya aku ini siapa? Kenapa yang aku ingat hanya namaku saja, bahkan sekilas aku mengingat seseorang memanggil namaku, hingga aku tahu bahwa itulah namaku. Apa aku harus menemui pria tua itu lagi, di mana dia pertama kali menemukan ku?" gumam Raisa.
Raisa bangun dari duduknya merasa dirinya sudah merasa bosan duduk disana, Raisa meraih paperbag yang ada di sampingnya dan berjalan meninggalkan teman itu hingga dia menghampiri beberapa pelayan yang sedang berbincang di taman.
"Hei, apa kau tahu bahwa tuan muda kita akan berbulan madu!" seru salah satu pelayan berbicara kepada temannya.
"Tahu dari mana kau?" balas temannya.
Perbincangan mereka membuat Raisa tampak penasaran sehingga dia mencoba untuk mendekat dan mendengarkannya.
"Pagi sekali, aku melihat chat Story Nona Nuri yang mengatakan bahwa dia akan berbulan madu dengan suaminya, siapa lagi jika bukan tuan muda kita yang sudah menjadikan dia istrinya," jelas pelayan itu.
"Hei, kau lupakah tentang peringatan tuan muda jangan kamu mengatakan kan hal lain di sini! Jika tidak Tuan tidak akan memaafkanmu," protes temannya.
"Iya Iya, aku tahu. Lagipula Nona muda tidak ada disini dia sedang menikmati taman dan danau yang tenang di sana," elak pelayan itu.
Raisa terdiam dia semakin menyadari akan posisinya sebagai istri kedua dari Dika, antara menyesal dan tidak kini dirasakan oleh Raisa, hingga dia berjalan pergi memasuki Villa Tanpa disadari oleh mereka yang sedang berbincang.
Seorang pelayan bernama Dera berjalan menghampiri Raisa tersenyum ramah dan memberikan satu kap puding rasa coklat di hadapannya.
"Nona, coba cicipi puding buatan saya yang pertama ini saya baru saja belajar dari koki untuk membuatnya khusus untuk Anda!" seru Deta.
Raisa terdiam dia melihat kearah Dera yang tampak bersemangat dihadapannya.
"Simpanlah di kamar, nanti aku akan memakannya," balas Raisa.
Dera terdiam dia tahu apa yang terjadi dengan Raisa. "Apakah Anda baik-baik saja Nona? Anda bisa bercerita kepada saya jika ada hal yang membuat Anda tidak nyaman disini. Biar saya melakukan sesuatu untuk Anda?" tanya Dera.
"Terima kasih, tapi tidak ada hal yang membuatku terganggu. Aku hanya ingin sendiri saja, kau bawalah puding ini! Nanti aku akan mencobanya dari bentuk dan aromanya sepertinya cukup menyenangkan untuk menikmatinya," jelas Raisa, dia tersenyum tipis dan berjalan setelah dibalas anggukan oleh Dera yang tidak percaya jika Raisa baik-baik saja.