Rintihan Memori

1800 Words
Mundur beberapa langkah ketika Raisa merasakan ada tekanan tak terduga dari Dika. "Kamu ...." "Kesalahan," sela Dika. "Hmm, sudah ku duga. Pria akan mengatakan itu untuk mempertahankan image nya!" "Pertahankan apa?" tatap Dika. "Ya, melakukan dan menikmati, tapi tak mengakui," jelas Raisa. "Kau ingin aku mengakui jika kamu masuk dan tinggal di kamarku?" balas Dika. Raisa tertegun, dia menyadari kesalahan dia yang terlalu banyak berbicara dan tidak tahu jika Dika tidak akan perhitungan terhadap apa yang dia lakukan. Mencoba untuk berbalik dan pergi, namun sebuah tangan menahannya dan Dika menarik Raisa duduk di sebuah sofa kecil disana. "Siapa kamu?" tatap Dika. "Hah?" "Kamu sedang berpura-pura jadi siapa?" tatapan Dika semakin penasaran akan gadis yang ada di hadapannya, identitasnya bahkan sangat sulit untuk diketahui. "Kau menyentuhnya," ucap Raisa menahan tekanan Dika. Dika tertegun, dia menyadari salah satu tangannya memegang sesuatu yang lembut di hadapannya. Membuatnya bergegas melepas tangannya itu dan duduk di samping Raisa yang memperbaiki posis pakaiannya, gaun itu bahkanterangkat sedikit ke atas memperlihatkan bagian putih milik paha Raisa mengejutkan Dika yang melihatnya menjadi salah tingkah. Di dalam kondisi canggung seperti itupun, Raisa semakin malu ketika gemuruh di perutnya semakin membuatnya salah tingkah. "Kau, belum makan?" Dika menoleh dan menatap nya. "Aku belum sempat." "Kenapa?" "Malam tadi tidur di kamarmu, dan aku selalu bangun siang," jelas Raisa ragu-ragu. "Hmm, gadis pemalas," rutu Dika. Dika berdiri dari duduknya berjalan beberapa langkah. Namun dia berhenti dan melihat Raisa yang masih terdiam, dia tertegun melihat kondisi Raisa yang belum merapihkan pakaiannya dengan baik. "Rapihkan pakaianmu! Makan denganku," seru Dika, dia berjalan terlebih dahulu keliar dari ruangan itu. Meski merasa canggung, Raisa bergegas merapikan pakaiannya, setelah dia melihat Dika yang sudah keluar terlebih dahulu dari ruangan itu tanpa menunggunya. Lain dengan Raisa dan kecanggungan ya kali ini ketika keluar dari ruangan kerjanya, Dika tersenyum tipis dan merasakan kembali sesuatu yang sempat dia pegang oleh tangan kirinya yang Bahkan sama sekali tidak pernah dia terpikirkan untuk melakukan hal seperti itu terutama kepada wanita selain Nuri. "Lembut sekali rasanya nyaman dan membuat sesuatu di bawah sana bergerak secara alami," ucap Dika, dia merutuki pikiran dan juga dirinya kali ini reaksinya memang tidak bisa dipungkiri ketika melihat tubuh putih mulus Raisa dan juga bibirnya merah ranum yang sempat bersentuhan dengannya. Duduk di kursi meja makan Dika dan Raisa saling bersitatap dalam diam satu sama lain, namun tidak ada diantara mereka yang melakukan aktivitas untuk memulai memakan makanan yang ada di hadapannya. "Tuan, ada telpon dari tuan Ben!" Seorang pelayan memberikan telpon rumah kepada Dika, melihat ke arah Raisa dan mengisyaratkannya untuk makan terlebih dahulu darinya. Dika pergi meninggalkan meja makan setelah Raisa mengangguk. Tersenyum tipis dan pergi menjawab panggilan telpon dari Ben. "Dia tersenyum, apa tidak salah. Bukankah seharusnya dia marah karena aku di kamarnya?" gumam Raisa, dia memilih mengabaikannya dan memanjakan perutnya yang kelaparan sedari tadi. Duduk si sofa ruang tamu Dika terlihat tampak suram berbicara berbicara kepada sekretarisnya. "Apakah kau tidak mampu menanganinya?" tatapan tajam Dika tidak menyukai ketika tahu jika Nuri datang ke kantornya hari ini. Membuat Dika tampak malas sehingga dia meminta sekretarisnya untuk menangani Nuri kali ini, dia tampak malas untuk bertemu dan meladeni istrinya itu hingga memilih untuk diam di villa. Tanpa menunggu jawaban dari band Dika menutup panggilan telepon nya, menyimpan ponselnya di atas meja bersandar di sofa dan menutup kedua matanya Dika semakin tidak memahami apa yang dipikirkan oleh Nuri kali ini. Gadis itu akan jauh lebih leluasa dengan tumpukan permintaannya yang membuat Dika merasa bosan dan lelah mencoba untuk meraih cintanya kembali dari wanita yang sudah mengisi kehidupannya selama 7 tahun. Namun Nuri berubah drastis ketika sesuatu hal terjadi. Saat itu keluarga Dika Pratama menekan dirinya untuk mengambil alih perusahaan dan menjadi seseorang yang cukup berpengaruh hingga keluarga Pratama memilih untuk mencabut segala fasilitas yang diberikan kepada Dika. Dan diambil alih oleh Nuri yang menanggung semua biaya kehidupannya dengan penuh cinta. Dika sama sekali tidak menyerah jika garis itu memanfaatkan cinta dan ketulusannya sesuai permintaan dari keluarganya itu. Hingga saat Dika sedang di puncak cintanya di patahkan oleh Nuri yang menolak dirinya hingga dia harus menangani kesulitan dia malam itu. Dika juga berjanji akan memenuhi semua permintaan dari Nuri namun setelah berjalan 3 tahun Dika tidak lagi menemukan cinta dan perhatian dari gadis itu. Tapi tetap saja menyetujui perjanjian pernikahan dan menjadi istrinya kali ini meski Dika sudah berusaha untuk mencari cinta dari istrinya itu, namun sama sekali tidak berhasil dia temukan cinta yang dulu begitu tulus memperhatikan dirinya mencintainya dengan kelembutan. "Apakah aku akan menemukan dan mendapatkan cinta itu kembali?" gumam Dika. Dika membuka kedua matanya dan melihat seorang gadis berdiri tepat dihadapannya dengan pandangan dan tingkah yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata, terlihat sangat manis ketika Raisa terlihat canggung dan jatuh lagi bicara kepadanya. "Kenapa?" Pertanyaan Dika mengejutkan gadis itu hingga dia mencoba untuk berjalan menghampiri dan duduk di hadapannya. Mengangkat sebelah alisnya Dika ketika melihat Raisa terlihat ragu-ragu sembari meremas gaun yang dia pakai. "Apa kau sudah selesai makan?" Dika mencoba untuk bertanya kembali untuk membuyarkan rasa kecanggungan di antara mereka berdua, dibalas anggukan oleh Raisa. Dika hanya bisa tersenyum tipis dan mencoba untuk membiarkan gadis itu mengatakan apa yang dia pikirkan kali ini. "Bolehkah aku bertanya kepadamu? Kenapa membawaku ke sini?" Pada airnya hal yang sama sekali tidak terpikirkan oleh Raisa untuk bertanya dia lontarkan. Dika mengangkat sebelah alisnya terdiam dan menatap Raisa, terlalu banyak rahasia yang dimiliki oleh gadis yang ada di hadapannya itu namun Dika tidak memungkiri bahwa dirinya pernah menyentuh gadis itu. "Aku membawamu kesini karena saat itu kau berada di dalam mobil dan kecelakaan, tapi bukan hanya itu saja kamu juga sudah membantuku saat aku dalam kesusahan," jelas Dika, dia tidak mungkin mengatakan kepada Raisa tentang apa yang terjadi kepada dirinya yang menyentuh tubuh gadis itu. "Kalau begitu, apakah aku bisa tetap disini?" tanya Raisa. "Kenapa, kau merasa nyaman di sini?" balas Dika. "Lebih tepatnya mereka tidak akan menemuiku jika aku tinggal di tempatmu," jelas nya. "Mereka?" "Hmm, mereka yang mencoba untuk menjualku pada pria-p****************g bahkan berniat untuk berebut kegadisanku," jelas Raisa. "Apakah kau tahu apa yang sedang kau bicarakan?" tanya Dika, dia bahkan sudah merenggut kegadisan, apakah Raisa akan memaafkan dirinya karena sudah melakukan hal yang sama sekali tidak diinginkan oleh gadis itu. "Aku tahu kamu yang sudah mendapatkannya, tapi itu jauh lebih baik di bandingkan mereka. Karena kau tidak melakukan lebih dari itu, termasuk menyiksa dan menjadikan b***k dan pelayan mereka di sana," jelas Raisa. Raisa sedikit mencoba untuk memberanikan diri berbicara dengan rasa yang dia tahan. "Jangan berbicara lagi jika kau tidak sanggup mengatakan nya. Kamu bisa sesuka hati tinggal di sini, hanya saja aku tidak suka dengan gadis pemalas seperti apa yang kamu lakukan di kamarku," ucap Andika membuat Raisa terkejut, namun dia merasa lega ketika tahu jika begitu memperbolehkan dirinya untuk tinggal di villa itu. "Apakah kau akan memberitahuku Siapa dirimu dan dari mana asalmu?" tambah Dika. "Aku akan melakukan apapun yang kamu inginkan, apalagi sebuah pertanyaan tapi seperti apa yang kamu ketahui aku sama sekali tidak bisa menjawabnya. Apalagi memberitahu tentang asal-usulku, karena pada kenyataannya memang aku sama sekali tidak mengingat apapun. Yang aku tahu aku seorang diri bernama Raisa dan tidak tahu aku ini siapa," jelas Raisa. Dika terdiam dan mengangguk dia memahami kondisi Raisa kali ini. "Ikut denganku!" ajak Dika, berdiri dari duduknya. "Kemana?" tanya Raisa. "Memeriksa kondisimu!" tegas Dika. "Hah, memeriksa apa?" "Kehamilanmu," goda Dika. "Apa? Itu ...." Dika tersenyum, memukul dahi Raisa pelan. "Memeriksa kondisi dirimu yang habis kecelakaan, gadis bodoh!" seru Dika. Raisa tertegun, dia seakan pernah mendengar seseorang mengatakannya. Tapi dia tidak memahami perasaannya itu, hingga bergegas pergi mengikuti Dika masuk ke dalam mobil dan menuju ke rumah sakit terdekat dan memeriksakan diri. Berjalan memasuki rumah sakit Raisa merasa begitu banyak sorot mata yang memandangnya dirinya namun saat ia mendengar dan menyadari tentang mereka yang memperhatikan dia dan Dika berjalan berbisik membicarakan tentang pria di samping nya itu. "Ternyata kau begitu terkenal, dimana-mana bahkan beberapa perawat pun tidak kau lepaskan dari ketampananmu," gerutu Raisa dengan malas. "Kenapa Apakah kamu tidak merasa aku tampan? Atau kamu cemburu dengan mereka yang begitu banyak menyukai ku?" goda Dika tersenyum ketika melihat Raisa mendelik dengan malas. Menghadapi ucapan dari pria dengan penuh kepercayaan di hadapannya, Raisa berjalan lebih cepat dari Dika. "Sudahlah, akan sangat melelahkan jika berbicara tentang hal itu. Kau tidak akan mau mengalah," ucap Raisa masuk ke dalam ruangan. Dika membiarkan seorang dokter untuk memeriksa kondisi tubuh Raisa, hingga dokter itu menjelaskan didepan keduanya duduk saling berhadapan. "Sepertinya ada luka di bagian kepala Nona Raisa dan mengacaukan memori ingatan yang semakin memudar ketika tekanan fisik dan juga rasa trauma semakin membuat daya ingat tidak ada," jelas dokter itu. Dika dan Raisa mulai memahaminya, pertahanan memori gadis itu begitu rentan sesuai apa yang dikatakan oleh Ben sekretarisnya. "Apakah dapat di sembuhkan?" tanya Dika. "Tenang saja, ini akan membaik dengan sendirinya dan hanya memerlukan ketenangan dan suasana hati yang baik," jelas Dokter. "Apakah itu berbahaya?" tanya Raisa. "Datanglah untuk memeriksa kondisi Anda kesini jika ingin melihat perkembangamnya," balas Dokter. "Apakah kau mau melakukan pemeriksaan denganku?" tanya Dika. "Ya, aku akan merasa aman denganmu," angguk Raisa. "Baiklah, kita akan selalu memeriksa kondisimu," tegas Dika. Setelah di balas anggukan oleh Raisa, Dika berpamitan pada dokter dan pergi dati rumah sakit. Gadis tu tampak bersemangat kali ini setelah berbincang dengannya. Pada akhirnya Dika memilih untuk tinggal di villa tanpa kembali ke rumah utama bersama dengan istrinya. Di malam hari ketika Dika keluar dari ruang kerjanya berjalan menaiki tangga dia terpikirkan untuk melihat keadaan Raisa. Setelah dia menegaskan gadis itu untuk tinggal di kamarnya sendiri tanpa bersama dengannya. Kamar dirinya dan juga sama Raisa hanya berseberangan beberapa langkah dari tangga langkah kakinya nya memang tidak bisa dikendalikan olehnya sehingga dia kini berdiri di balik pintu kamar Raisa. Dia tidak percaya jika akan melakukan hal seperti ini kepada gadis yang bahkan baru saja dia kenali. "Apakah dia benar-benar sudah tidur?" gumam Dika. Dia melihat jam tangan nya dan waktu menunjukkan memang sudah tengah malam dia berada di ruang kerja tanpa bertemu dengan Raisa setelah kembali dari rumah sakit. Mengurungkan niatnya untuk membuka pintu, Dika berbalik dan melangkah untuk kembali ke kamarnya, namun tiba-tiba dia mendengar rintihan dari kamar bisa membuat dia mengerutkan dahinya penasaran apa yang terjadi dengan gadis itu. Semakin jelas suara itu ketika Dika mendekatkan pendengarannya di balik pintu kamar Raisa. Rintihan dan tangisan begitu sangat jelas terdengar hingga dia penasaran akan apa yang terjadi dengan Raisa memegang pada pedal pintu Dika lakukan. Namun begitu jelas ketika mendengar tangisan gadis itu membuat Dika bergegas membuka pintu kamar Raisa hingga dia terkejut ketika melihat kondisi Raisa kali ini. Dika sama sekali tidak pernah melihat seorang wanita dapat melakukan hal seperti itu di hadapannya bahkan tanpa suara sedari tadi, hingga Dika mencoba untuk berjalan menghampirinya dengan Raisa yang meringis dan menangis tanpa menyadari kedatangannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD