Nona Muda

1866 Words
Hari yang tak pernah Raisa duga, dia tidak tahu jika sebuah pernikahan adalah hal yang tidak sulit bagi Dika. Beberapa hari dari awal dia meminta pernikahan, Raisa tidak pernah jika itu benar akan terjadi. "Kenapa aku tidak ada alasan untuk menolak?" gumam Raisa mengenakan jubah handuknya dengan pandangan kosong. Setelah memastikan dirinya bersih, Raisa berjalan keluar dari kamar mandi. Berada di kamar utama dan juga seorang Dika yang masih ada disana, membuat Raisa percaya jika hari itu nyata adanya sebuah pernikahan dan juga sanggaan istri miliknya. Tersenyum tipis, dia berjalan menghampiri setiap bingkisan yang ada di atas meja. "Ini ... Bingkisan saat kita ke toko kah?" tanya Raisa meraih dan membuka paperbagnya. Dika membuka kedua matanya mendengar pertanyaan istrinya, dia menoleh dan menopang kepalanya miring oleh sebelah tangannya. "Masih mau di kenakan? Bukankah itu masih harus di cuci dulu?" balas Dika. "Ini pakaian yang aku coba tadi, kenapa kamu beli semua?" tanya Raisa. "Kamu sudah mencobanya, ya harus di belikan?" balas Dika tanpa merubah posisinya melihat Raisa yang membuka semua paperbagnya. "Ya, tapi tidak semua juga kan, Ka!" tatap Raisa menyayangkan pakaian yang begitu banyak di hadapannya. "Kamu hanya cukup mengenakannya dengan baik, jika tidak mau kenakan baju. Apa yang mau kamu pakai?" tanya Dika. "Bukankah masih ada pakaian yang dari pelayan, aku akan mengenakannya!" seru Raisa. "Tidak! Kamu pakai pakaian yang ada, bila perlu gunakan bajuku saja," cegah Dika, dia tidak ingin istrinya mengenakan pakaian pelayan. Pada akhirnya Raisa dan Dika, berdiri di tengah-tengah pesta lebih tepatnya pesta sederhana yang dilakukan oleh Dika dan juga para pelayan di villanya, dilakukan di halaman rumah sembari mereka melakukan barbeque dengan bersemangat kali ini. Meski mereka sempat saling berbisik satu sama lain tentang tuan muda dan nona muda mereka yang duduk di kursi meja makan. Mereka membicarakan tentang pakaian yang dikenakan oleh Raisa terlihat begitu manis ketika yang dia kenakan adalah pakaian Tuhan muda mereka sendiri. "Kenapa aku merasa, bukankah istrimu. Sampai-sampai aku tidak memiliki pakaian wanita di sini," ucap Raisa ketika dia harus mengenakan pakaian suaminya sendiri. Mengingat Dika yang melarangnya untuk mengenakan pakaian dari pelayan tadi. "Hmm, ini jauh lebih baik bahkan Kamu terlihat sangat cantik dan menggoda," balas Dika tersenyum tipis ketika memperhatikan istrinya yang hanya mengenakan kemeja warna putih dan juga celana kebesaran yang dikenakan oleh Raisa. "Ya apapun yang tuan muda katakan memang selalu benar," acuh Raisa, dia memalingkan wajahnya dan tersenyum bersemangat ketika seorang pelayan berjalan dengan beberapa makanan di tangannya dan menyimpannya di hadapan mereka berdua. Menikmati makan malam di tengah-tengah suasana pesta sederhana yang dilakukan oleh Dika dan beberapa pelayannya, menjadi kebahagiaan yang begitu sempurna ketika mereka menyambut dengan baik dan menikmati pesta makan malam nya. Tidak ada di antara mereka yang tidak bahagia dengan pernikahan Dika dan Raisa mereka saling menyambut satu sama lain dan menikmati barbeque di malam itu. Raisa begitu menyukai keramahan Dika terhadap para pelayan di villa, bukan hanya sekedar pelayan melainkan persis seperti satu keluarga yang saling menghormati satu sama lain. "Makan dengan benar, jangan terlalu banyak melamun. Sampai membuat isi kepalamu kosong tanpa makanan!" Ucapan Dika membuat Raisa mengerutkan dahinya, hingga dia menggerutu di dalam hati tentang suaminya yang sama sekali tidak bisa berbicara dengan manis terhadapnya. "Sepertinya adalah sebuah hal yang tidak baik, jika aku menikah Jangan pria yang sama sekali tidak pandai berbicara manis," gerutu Raisa. "Kamu mau seorang suami yang pandai dari dari sisi mana, Sayang? Dari pekerjaan aku handal, perusahaan aku juga ada, bahkan untuk memuaskan mu juga aku bisa. Apakah kamu mau mencobanya?" balas Dika. Raisa tertegun mendengar penutyran Dika, seketika dia menjadi salah tingkah berharap tidak ada pelayan yang mendengar ucapannya. Raisa menghela nafas lega ketika melihat mereka yang sedang menikmati makanan dimeja lainnya. Saling tertawa bercerita merayakan makan malam hari ini. Raisa menoleh ke arah suaminya Raisa menatap tajam, hingga dia 1 potong steak di tangannya mengenakan sendok garpu dan masuk tepat ke dalam mulut Dika yang terkejut mendapati perlakuan dari istrinya itu. Tapi Dika tahu jika Raisa sangat mudah sekali terprovokasi maka dari itu, dia memilih untuk selalu menggoda nya hingga menjadi sesuatu hal yang begitu menyenangkan setiap kali menggoda Raisa. Menikmati makan malam yang begitu menyenangkan Raisa bersandar di penyandang kursi menoleh ke arah suaminya yang tersenyum tipis menatap dirinya. "Apakah begitu menyenangkan ketika membuatku sampai kekenyangan seperti ini?" tanya Raisa setelah apa yang dilakukan oleh Dika menyuapinya berulang kali hingga dia harus menghabiskan makanan yang ada di hadapannya itu. "Aku ingin tubuhmu yang kurus ini berisi setelah menjadi istriku dan akan semakin menyenangkan jika Kamu benar tumbuh dengan baik selama menjadi istriku," balas Dika. "Aku bukan anak kecil yang akan tumbuh hanya karena beberapa makanan," protes Raisa "Tapi aku menyukainya, apalagi saat sisa makanan berada tepat di bibirmu yang menggoda ini." Raisa tertegun ketika mendapati Dika mengatakan hal seperti itu bahkan Dika mengambil sisa makanan di pelipis bibirnya menggunakan mulutnya sendiri. Sedikit menghisap bibir Raisa, Dika lakukan hingga membuat debaran jantung gadis itu berdetak begitu kencang antara terkejut dan juga takut jika ada orang lain yang melihat apa yang dilakukan oleh Dika kepadanya. Tersenyum tipis Dika menatap kearah Raisa yang menjadi salah tingkah dan juga canggung. Namun saat dia hendak berbicara lagi kepada istrinya itu, tiba-tiba Ben datang dan masuk juga menghampirinya. "Tuan, saya sudah mendengar kabar tentang apa yang terjadi hari ini. Selamat atas pernikahan tuan dan Nona Raisa," sapa Ben sembari memberikan ucapan selamat atas pernikahan Dika dan Raisa kali ini. Perasaan yang Ben rasakan kali ini melihat wajah tuan mudanya jauh lebih baik diperlihatkan oleh Dika kepadanya. "Bagaimana dengan tugas yang aku berikan kepadamu?" tanya Dika. "Saya sudah menyelesaikannya Tuan dan itu berjalan jauh lebih baik," jawab Ben dibalas anggukan oleh Dika. "Nikmatilah makan malam ini, aku akan mengantar istriku terlebih dahulu untuk beristirahat. Ini sudah sangat larut sekali apalagi dia yang sudah kekenyangan seperti saat ini," ucap Dika dibalas anggukan oleh Ben. Namun Raisa memajukan bibirnya tampak kesal mendengar ucapan dari Dika. Dika berdiri dari duduknya setelah sekretarisnya pergi menghampiri para pelayan yang sedang menikmati pesta, hingga sekretarisnya itu tidak mencoba untuk mengganggunya lagi. "Kemarilah Sayang! Bukankah ada banyak hal yang harus kita lakukan malam ini?" tatap Dika tersenyum tipis melihat reaksi Raisa setiap kali dia menggodanya. Raisa tertegun mendengar ucapan dari suaminya itu yang semakin sembarangan berbicara dan menggodanya. "Memangnya apa yang akan kita lakukan, sepertinya aku sangat lelah hari ini," elak Raisa, dia memalingkan wajahnya berdiri dari duduknya dan berjalan terlebih dahulu dari suaminya. Dika hanya bisa tersenyum tipis, dia melihat ke arah sekretarisnya yang mengangguk dan pergi masuk ke dalam rumah mengikuti istrinya yang menjadi salah tingkah karenanya. Namun setelah mereka berada di dalam rumah, Dika tersenyum tipis berjalan menyusul istrinya hingga dia meraih tubuh Raisa dan menggendong nya. "Akan jauh lebih baik jika kita segera sampai di kamar, Sayang. Ada seseorang yang tergoda akan dirimu," ucap Dika. Dika tersenyum tipis menatap wajah istrinya yang tersipu malu dan Raisa merangkul pundak suaminya untuk bertahan dirinya di dalam pangkuan suaminya kali ini. Dika yang sudah berjalan menaiki tangga hingga debaran jantungnya terdengar begitu sangat jelas, membuat wajahnya tersipu malu dan menyusupkan kepalanya di dadã suaminya itu. Melihat tingkah istrinya, Dika tersenyum tipis tanpa ragu-ragu lagi dia membuka pintu kamar dan menutup nya. Masih dengan Raisa yang ada di dalam pangkuannya, Dika berjalan hingga menurunkan tubuh istrinya di atas tempat tidur yang sudah dihias dengan taburan bunga mawar merah dan aroma yang harum, begitu membuat nyaman mereka yang menghirupnya. "Sejak kapan kamar ini dia begitu indah seperti ini?" tanya Raisa. "Sejak kita benar-benar berada sangat dekat seperti ini, Sayang. Aku tidak menyadari jika bibirmu ini begitu sangat menggoda, padahal saat itu aku sama sekali tidak melihat bibir ini," jawab Dika menatap dan menyentuh bibir Raisa dengan tangannya. Raisa tertegun mendengar jawaban dari Dika, membuatnya semakin tersipu malu. Belum sempat Raisa membalas ucapan Dika, Dika meraup bibir merah ranum istrinya. Hingga ciumán dan balasan dari Raisa mempererat ciuman di antara mereka berdua. Apalagi Raisa juga merangkul pundak suaminya meremas rambut halus Dika mempererat hubungan mereka. Setiap sentuhan dan cumbuan dari Dika membuat Raisa hanya bisa mengerang dan mendesah mendapati perlakuan yang sangat lembut dari suaminya itu kali ini. Lain dari saat pertama mereka melakukannya, malam pertama yang dibicarakan oleh semua orang benar-benar terjadi dan dirasakan oleh Raisa dan Dika dengan penuh semangat dan juga gairâh yang begitu besar di antara keduanya. Remasan terakhir dari tangan Dika menjadi aktivitas terakhir setelah Dika menuntaskan segala hal yang membara dibenaknya. Begitupun dengan Raisa menyambutnya dengan sangat baik hingga ciumân yang begitu erat menjadi akhir aktivitas mereka untuk melepas kelajangan mereka. Dika merebahkan tubuhnya di samping Raisa tersenyum tipis menoleh ke arah istrinya yang masih terengah-engah dengan sisa-sisa nafas dan kenikmatan yang dia dapatkan hingga sebuah kecupan Dika lakukan di pipi istrinya itu. Membuat Raisa tersenyum tipis dan menoleh kearahnya. "Jika aku tahu malam pertama adalah sebuah hal yang begitu istimewa dan menyenangkan, aku akan melakukannya setiap saat," ucap Dika. Raisa mengerutkan dahinya sembari memajukan bibir mengendengar hal itu dari Dika, apalagi ini bukan malam pertama hanya antara dia dan Dika saja, melainkan ada istri lainnya. Dika tersenyum tipis dia memahami apa yang sedang dipikirkan oleh istrinya itu. "Jangan terlalu banyak berpikiran yang tidak-tidak, aku akan melakukan malam pertama berulang kali denganmu, tidak ada pengecualian!" tegas Dika mengecup kening istrinya. Raisa tersenyum tipis dan mengangguk dia percaya akan ucapan dari Dika, hingga rasa kantuk menyerang bisa hingga dia menguap berulangkali dihadapan suaminya. Dika hanya bisa tersenyum tipis dan membiarkan istrinya itu tertidur dalam kelelahan, setelah apa yang mereka lakukan malam ini memastikan istrinya tertidur pulas dengan baik. Dika berjalan menghampiri balkon kamarnya masih terlihat beberapa pelayan pria yang berbincang di taman, masih menikmati momen makan malam sederhana di tempatnya. Terlihat sekretarisnya juga ikut menikmati makan malam itu. Dika tersenyum tipis dia berbalik dan masuk ke dalam kamar kembali memastikan istrinya benar-benar tertidur. Hingga Dika yang sudah membersihkan tubuhnya sedari tadi, dia berjalan keluar dari kamar dan menghampiri sekretarisnya dan juga beberapa penjaga di vilanya yang ikut berkumpul disana. Kedatangan Dika disambut dengan hangat oleh Ben dan juga beberapa pelayan bersamaan dengan penjaga yang menikmati momen pesta malam pernikahan Dika yang sangat sederhana. Namun tampak menyenangkan bagi semua orang di sana. "Tuan, tadi pagi Nona Nuri datang ke kantor dan bertanya tentang Anda, dia sangat ingin memastikan Anda kembali dengan sangat cepat ke rumah utama," ucap Ben. "Jika sedang berada di sini, usahakan untuk tidak membicarakan tentang wanita manapun. Apalagi sampai terdengar oleh Raisa!" Ucapan Dika membuat Ben terkejut, begitu pun dengan mereka yang ada disana terlihat Dika berbicara dengan keadaan sangat tenang sembari menikmati kopi panas yang ada di hadapannya. Apa yang terjadi dengan Tuan Muda nya kali ini, benar-benar adalah sebuah perubahan yang begitu besar. Ketika tuan muda nya sama sekali tidak ingin mendengar nama Nuri di hadapannya Ben. Meski seperti itu, Ben juga tidak tahu harus berpihak kepada siapa tentang kedua istri Dika, tapi dia akan tetap mendukung Tuan mudanya itu selama Dika dan tidak mempengaruhi Tuan mudanya itu. Menikmati sisa-sisa pesta malam pernikahan Dika, mereka kini berbincang satu sama lain bersama dengan Ben dan juga penjaga di sana. Seesekali Dika juga memberi ketegasan kepada mereka yang ada di sana, agar tidak membahas tentang istri pertamanya Nuri dihadapan Raisa, Dika tahu jika Raisa adalah seorang wanita yang sedikit mudah terprovokasi terutama kecemburuannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD