Ambisi

1830 Words
Sekumpulan wanita-wanita berkelas berada di pesta pernikahan keluarga utama di sana, termasuk saudari Nuri yang telah mengadakan sebuah pesta di sana yang cukup besar, membuat Nuri semakin besar kepala membanggakan dirinya dan juga keluarganya yang cukup berada. Namun hal yang paling dia salahkan adalah ketika Nuri berbicara lebih ampuh dari seharusnya. "Ternyata ada pria beruntung yang dapat menikahimu," ejek salah satu teman Nuri. "Kau pikir selama ini siapa yang lebih beruntung mendapatkan ku? Tentu saja Dika Pratama yang dulu bukanlah siapa-siapa, tapi menjadi orang ternama di kota setelah mengenal diriku dan juga keluargaku!" Keangkuhan Nuri membuat mereka yang mendengar nya tampak berwajah dua. Di depan mereka menyanjung dan memuji Nuri, namun di dalam hati mereka sama sekali tidak menyukai ketika nuri melebih-lebihkan apa yang dia miliki dan juga tidak seharusnya dia mengatakan hal seperti itu tentang suaminya. Nuri tersenyum bangga ketika pengantin pria berjalan ke arahnya. "Lihatlah bahkan pemilik pesta begitu menghormatiku hingga dia menyambut kedatanganku," ucap Nuri. "Iya, tapi kau seorang diri datang ke pesta tanpa suami yang kau banggakan itu!" seru salah satu teman Nuri. "Dia sangat sibuk dengan pekerjaannya. Tentu saja dia akan datang kesini, tapi aku tidak bisa menentukannya. Karena kesibukannya tidak bisa memberi dia waktu untuk datang hanya ke sebuah pesta kecil seperti ini," balas Nuri. Saat mereka tersenyum menyambut kedatangan pengantin pria, Nuri terdiam mematung ketika Gilbert Sau yang menikah dengan saudarinya tidak menyapanya apalagi menyambutnya, melainkan melewati mereka dan berjalan menyambut kedatangan Dika bersama sekretarisnya yang begitu mencolok dengan ketampanannya. "Astaga ... Dia tampan sekali! Aku bahkan jatuh cinta pada pandangan pertama!" seru salah satu wanita bergaun anggun di hadapan Nuri yang mematung. "Yoo ... Aku yakin kau akan datang! Jika tidak, bisa aku patahkan ponselmu yang tidak berguna itu. Menghubungimu tapi sama sekali satu kalipun kau tidak membalas pesanku!" sambut Gilbert berjalan menghampiri Dika. Dika menanggapinya dengan senyum tipisnya, mereka berjalan memasuki pesta meski ada Nuri disana. Tapi Dika sama sekali tidak melihatnya, apalagi menyapanya. Lebih tepatnya dia berpura-pura tidak melihat Nuri. Dika juga meminta Gilbert memberinya ruangan khusus tanpa ada orang lain dapat masuk mengganggunya. "Tuan, apakah tidak berniat memberitahu nona muda?" tanya Ben. "Tidak." "Hahaha, suasana hatimu ini, benar-benr mudah sekali berubah ya Bro! Baiklah, aku akan membuatmu nyaman disini, tidak akan ada orang yang tahu keberadaanmu disini," sambut Gilbert. "Itu jauh lebih baik," angguk Dika. Gilbert tahu apa mau Dika kali ini, memang sangat tidak mudah untuk mengembalikan suasana hati Dika. Maka dari itu, dia menyiapkan ruangan khusus untuk Dika dan kembali ke pesta. Ada beberapa pelayan yang membawakan makanan dan kebutuhan Dika juga sekretarisnya. "Tuan?" tanya Ben. "Kau diam, aku mau istirahat!" tegas Dika. Ben mengangguk, dia menuruti apapun yang di ucapkan Dika. Awalnya, Ben mengira jika tuan mudanya itu memang terpikirkan akan ucapan istrinya untuk sampai dan datang di pesta bersama. Tapi Dika mengulur segala pekerjaannya agar jauh lebih lambat. Pertemuan dengan beberapa klien pun Mengadakan pertemuan dengan beberapa client tidak seperti biasanya, Dika selalu bergegas untuk menyelesaikan pertemuan klien dan bekerja sama. Namun kali ini Dika lebih banyak berbincang dengan beberapa kolega hingga melupakan waktu untuk pergi ke pesta bersama dengan Nuri. Ben juga tidak memahami jika Tuan mudanya itu akan datang ke pesta pernikahan hanya untuk menunjukkan dirinya di depan Nuri dan mengatasnamakan tentang persahabatan antara dirinya dengan Gilbert. Pemuda itu begitu kesulitan untuk membujuk Dika agar hadir di pernikahannya, untuk membuat Dika hadir. Tapi kali ini dia sendiri yang datang ke pesta pernikahan temannya itu tanpa pemaksaan. Ben membiarkan Dika tidur di ruangan khusus yang disediakan oleh tuhan Gilbert dan dia diam di ruangan itu memastikan kondisi tuan mudanya. Di dalam pesta Nuri tampak geram dan kesal ketika dia bahkan tidak terlihat oleh Dika sama sekali namun dia memaklumi ketika Dika mungkin mengira bahwa Nuri masih berada di rumah. Namun ada hal yang tidak mungkin jika Dika membiarkan Nuri menunggunya dengan waktu yang sangat lama lain dari kebiasaan Dika terhadapnya. "Katakan kepadaku, di mana Dika berada?" tanya Nuri kepada Gilberth yang berada di tengah-tengah pesta. Namun ke acuhan pengantin pria hanya bisa membuat Nuri tampak geram dan kesal hingga dia memilih untuk memberontak dan mencari dengan paksa ke setiap ruangan. "Lihatlah, dia malah mempermalukan dirinya sendiri yang tanpa dihiraukan oleh suaminya!" Ucapan dan ejekan dari teman-temannya membuat Nuri tampak kesal hingga dia memilih untuk pergi dari pesta, setelah dia mendorong saudari nya yang sebagai pengantin wanita namun tertahan oleh suaminya. Nuri yang kesal di permalukan oleh suaminya sendiri yang bahkan mengacuhkannya membuat dia geram hingga menelpon kedua orang tuanya dan mencoba untuk mengancam kedua orang tua Dika. Nuri pergi dari pesta itu ditemani kekesalannya dan rasa malu yang dia dapatkan dari suaminya itu yang bahkan tidak memahami dirinya. "Tuan, nona Nuri sudah pergi dari pesta," ucap Ben berjalan masuk menghampiri Dika yang sudah bangun dari tidurnya. "Ya, kau berhasil membuatnya malu!" seru Gilbert masuk ke ruangan itu. "Hanya tinggal tunggu telpon dari kedua orang tuaku," ucap Dika. "Kau sangat kuat dan dapat menjatuhkan mereka. Tapi kenapa malah mempertahankannya?" tanya Gilbert. "Aku punya caraku sendiri untuk membalas penghianatannya!" tegas Dika. Ben terdiam begitupun Gilbert, mereka tahu jika selama ini Dika tidak pernah percaya akan apa yang dilakukan Nuri. Tapi kali ini, Dika sama sekali tidak mudah di tebak apa yang sedang dia lakukan. Benar saja beberapa menit kemudian ada panggilan telepon dari keluarga Dika tentang apa yang dia lakukan kepada Nuri yang bahkan mengacuhkannya. Dika tersenyum menyeringai dan pergi keluar dari ruangan itu di ikuti oleh sekretarisnya dan melewati Gilberth yang tersenyum bersemangat ketika mengetahui Dika sudah mau keluar dari ruangannya dan menunjukkan batang hidungnya. Namun di luar dugaan, Dika yang melewati dirinya tanpa berbicara sepatah katapun kepada-nya membuatku terdiam. "Lihatlah dia bahkan tidak mengucapkan selamat atas pernikahan ku datang dan pergi begitu saja!" gerutu Gilbert, setelah dia melihat Dika keluar dari gedung pesta pernikahannya meninggalkan dirinya tanpa mengucapkan satu kata pun selama bertemu dengannya. Namun tiba-tiba seorang pria berjalan menghampirinya dan memberikan satu kotak kecil dihadapan Gilberth yang terkejut melihat anak buah Dika menghampirinya dan memberikan kotak itu. "Cukup tahu diri ketika dia ingat untuk memberikan ku hadiah pernikahan." Gilbert tersenyum tipis ketika dia mendapati hadiah yang dia inginkan selama ini dari Dika. Duduk di kursi penumpang, Dika meminta supir pribadinya untuk lebih kencang membawa kendaraannya. Dibalas anggukan oleh sang supir dan kendaraan mereka melaju dengan kecepatan tinggi, hingga tidak membutuhkan waktu yang lama jika hanya untuk sampai di kediaman Pratama. "Lihatlah, anak kita ini! Mempersulit orang tua yang sudah tua ini!" teriak Tuan Pratama. Ibu Rima selalu tersenyum menyambut kedatangan putranya. "Kamu sudah makan, Ka?" tanya nya. "Belum, Mah." "Kau tidak bertanya tentangku?" tuan Pratama merajuk di hadapan istrinya. "Kau tidak melakukan apapun, di meja makan kita berbincang dan mengemanjakan perut kita!" seru ibu Rima. Di balas anggukan Dika, kedua orang tuanya kini ikut berjalan memasuki dapur dan makan malam setelah merwka menunggu kedatangan putra satu-satunya itu. "Makan yang banyak!" ibu Rima menuangkan kuah sop kesukaan putranya juga suaminya. "Aku ingin istri sepertimu Mah!" seru Dika. "Kau yang memaksa menikah dengannya! Apa dia terlihat mirip denganku?" cetus ibu Rima. "He, tidak," seringai Dika. "Kau menyusahkan diri sendiri!" geeutu ibu Rima duduk di samping suaminya. "Apa dia mempersulit Ayah?" tanya Dika. "Makan yang benar! Nanti kita bicara." Tegas tuan Pratama. Dibalas anggota Andika dan istrinya Tuan Pratama memaafkan makanan yang ada di hadapannya dan juga sudah disediakan oleh istri tercintanya yang membuat ia tampak bersemangat kali ini setelah makan malam selesai Dika dan kedua orang tuanya duduk di ruang tamu sembari berbincang satu sama lain titik Sebenarnya apa yang sudah kau lakukan kepada putri Anderson itu sampai-sampai mereka menyindirku tadi. Tanya Tuhan Pratama hanya melakukan hal yang seharusnya kulakukan beberapa tahun lalu balas jika Tuan Pratama tahu jika Dika tidak bersungguh-sungguh dalam pernikahan ini namun dia tetap melakukan pernikahan itu setelah janji pernikahan dilakukan antara Tuan Anderson dan Pratama sempat ayahnya itu hendak untuk membatalkannya nama Andika menolaknya hingga pernikahan itupun terjadi jika ingin meyakinkan tentang perasaannya cinta yang dalam bahkan terlalu dalam untuk nuri dari Dika. Kau jangan menghawatirkan tentang perusahaan Ayah ini kalau fokus aja Untuk masalah rumah tanggamu tegas Tuan Pratama. Panggilan telpon dari Nuri membuyarkan mereka bertiga. Telpon yang dilakukan Nuri pada ibu mertuanya di dengarkan oleh Dika dan ayahnya. "Mah, aku ingin Dika membuat anak denganku!" seru Nuri. "Bukankah itu bagus?" balas ibu Rima membalas ucapan Nuri di balik telpin ikut di dengarkan Dika dan suaminya. "Tapi Dika selalu tinggal di luar Mah! Aku belum memiliki kesempatan tidur dengannya!" rengek Nuri. "Telpon dia, dan minta dia pulang!" tegas ibu Rima. "Dia tak mengangkatnya. Aku tidak apa dia tinggal di luar, juga tidak akan membuatnya berpaling dariku. Tapi aku ingin anak segera!" ucapan Nuri terdengar sebuah ancaman. Hanya di balas seringai dari Dika, dia meraih telpon ibunya dan mematikan telpon Nuri. "Memang aku tidak tahu apa yang dia lakukan saat ini," seringai Dika melihat ibunya. "Anak ini, sana istirahat! Aku dengar dari sekretarismu, kau belum istirahat!" seru tuan Pratama. "Mengingat istirahat, ada tempat yang akan membuatku nyaman tidur!" seru Dika tersenyum tipis. "Kau akan pergi?" tanya Ibu Rima. "Hmm, disana aku akan tudur nyenyak," angguk Dika. "Pergi nanti pagi! Ini sudah malan," ucap Ibu Rima. "Tidak apa Mah, aku akan pergi. Jangan khawatirkan ucapan mereka!" pamit Dika bergegas pergi tanpa menunggu jawaban dari kedua orang tuanya. Duduk di dalam mobilnya Dika tampak bersemangat apalagi setelah satu minggu ini dia merasa sesak dalam hidupnya. "Pergi ke vila!" seru Dika tersenyum bersemangat. **** Masih di vila utama, Raisa masih terpikirkan apa yang di ucapkan oleh Dika, seketika dia teringat apa yang di ucapkan oleh pelayan di rumah itu tentang kenyataan bahwa Dika memang sudah memiliki seorang istri tapi pria itu, masih juga mempertimbangkan permintaan Raisa yang menginginkan untuk menjadi istrinya. "Sebenarnya aku juga masih ragu tentang meminta sebuah pernikahan ini, tapi itu akan jauh lebih baik untuk kehidupanku saat ini. Apalagi aku juga masih belum mengetahui identitasku yang sebenarnya," gumam Raisa. Dua hari setelah Dika pergi, setiap malam Raisa kesulitan dalam tidurnya. Lain di saat dia bersama Dika dia selalu memiliki pola tidur yang jauh lebih baik dari apa yang dia alami beberapa hari ini. Di tengah malam beberapa pelayan sering melihat Raisa terjaga tanpa mencoba untuk tidur di malam hari. Perasaan yang mulai terbiasa akan kehadiran Dika membuat Raisa merasa sendiri kali ini, hingga dia merasa yakin dengan permintaannya tentang pernikahan antara dirinya dan Dika. Berjalan dan pergi masuk ke dalam kamar mandi, Raisa membersihkan tubuhnya yang lelah karena berdiam diri. Pecahan memorinya sedikit-sedikit selalu ada dalam mimpinya sepintas. Namun tidak dia hiraukan apalagi mengingatnya. Setelah Raisa membersihkan tubuhnya dia bergegas keluar dari kamar dan pergi menuruni tangga untuk melakukan makan malam yang belum sempat ia lakukan titik Beberapa pelayan menyambut kedatangannya dan nenyiapkan makan malam khusus untuk Raisa. Gadis itu mulai mencoba untuk memperbaiki dirinya agar jauh lebih baik dari sebelumnya. Setelah makan malam dia kembali ke kamarnya membaca buku melihat taman yang gelap di balkon kamarnya, hingga rasa kantuk mulai menyerang ya namun saat ia berada di atas tempat tidur sama sekali tidak bisa membuat dia tertidur dengan nyenyak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD