"Cinta. Tidak butuh saksi, tidak butuh bukti juga pengakuan. Namun butuh kesetiaan dan kesabaran di setiap desah nafas."
~Arial~
Angga membalikkan badannya seratus delapan puluh derajat lalu menatap Arial yang sedang serius membuat catatan kecil di pojokan bukunya dengan hati-hati supaya enak untuk di lihat.
"Al," panggil Angga.
"Apaan?" sahut Arial tanpa menoleh.
"Gak sadar lo diliatin dia terus?" lanjut Angga sedikit berbisik dan sekilas melirik kearah Elsa.
"Biarin aja. Resiko orang ganteng," jawab Arial begitu entengnya.
Angga berdecih jijik, "Secakep apa sih lo? Cuma pacaran sama kepiting laut," makinya kembali membalikkan tubuhnya kedepan.
"Kata nyokap gue juga, di mana-mana mah gue yang paling cakep," jawab Arial bangga teringat atas pujian Wulan untuknya.
Angga kembali membalikkan tubuhnya lagi menghadap Arial, "Iya lah. Orang emak lo sendiri yang bilang. b**o!" rutuknya tajam.
Arial hanya tertawa kecil.
"Pake ketawa lagi lo!" sentak Angga.
"Angga!" tegur seseorang dengan tegas. Rupanya Bu Amanda dengan tatapan matanya yang membulat tengah menatap Angga.
Angga spontan merapikan cara duduknya dan kembali menghadap lurus ke depan.
"Mampus lo!" maki Arial pelan dari belakang dan penuh kemenangan. Ia menyunggingkan senyumnya tanpa merubah posisinya yang sedang menulis.
Angga mendesis, "Maaf Bu," ucapnya kemudian untuk Bu Amanda.
Suasana kembali hening. Namun tatapan mata Elsa begitu liar menatap Arial. Senyum-senyum sendiri seperti orang gila bahkan mulutnya meracau pelan entah apa yang ia katakan. Mungkin semacam memuji ciptaan Tuhan yang selama ini ia kejar.
"Udah deh. Dia gak akan nengok!" celetuk Novi pelan kepada teman sebelahnya.
Meski yang dia ucapkan begitu pelan, tetap saja membuat Bu Amanda yang sedang mempersiapkan materi ajaran menoleh tajam ke arahnya.
"Biarin!" tajam Elsa.
"Novi! Elsa!" Bu Amanda mulai buka suara lagi setelah mendengar suara Elsa.
Dua gadis tersebut langsung menegakkan tubuhnya dan siap menatap Bu Amanda.
"Kalian berdua, maju kemari!" perintah Bu Amanda.
"Aduh!" Elsa terlihat meringis.
"Ayo!" buru Novi segera bangkit dari tempat duduknya.
"Iya Bu," ucap Elsa dan Novi bergantian. Dalam sela-sela bernapasnya mereka menyiapkan seribu nyawa cadangan agar tidak mudah runtuh saat mendengarkan omelan dari Bu Amanda.
"Kalian berdiri di dekat pintu, sampai jam pelajaran Ibu selesai!" tegas Bu Amanda tidak dapat dibantah. Semuanya hening dan menegangkan kecuali... Kevin! Laki-laki itu tetap merasa santai dalam suasana mengerikan seperti saat ini.
"Pangeran! Tolongin Tuan Putrinya dong!" celetuk Kevin mantap.
Angga menepuk dahinya dengan gemas. Sementara itu Arial menghembuskan napasnya dengan kasar. Menyayangkan waktunya yang selalu dia habiskan bersama manusia tak berotak seperti Kevin. Dalam hatinya dia mengutuk keras tingkah Kevin. Rasanya ingin sekali melemparkan Kevin ke dasar jurang saat ini juga.
"Buktikan cinta lo dan biarkan Bu Amanda jadi saksi cinta kalian berdua!" lanjut Kevin setelah beberapa saat.
"Kevin! Maksud kamu apa?!" tanya Bu Amanda tidak mengerti dengan kelakuan gila muridnya dan menahan rasa kesalnya. Nadanya terdengar lebih tinggi.
"Arial udah gak zomblo, Bu! Dia udah jadian sama Elsa," jawab Kevin bangga.
"Etdah! Gue pikir jadian sama si Nita," celetuk Juno langsung mendapatkan tatapan tajam dari Nita.
Arial menundukan kepalanya menghindari tatapan Bu Amanda.
"Aaaacccciiiiiieeeeeee!!!!" Seketika teriakan itu menggema mengisi seluruh sudut ruang kelas.
"Akhirnya cinta Elsa udah gak bertepuk sebelah tangan lagi," timpal Bastian.
"Sudah! Sudah!" pekik Bu Amanda benar-benar pusing. Wanita paruh baya itu berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya, "Kevin, berdiri di depan!" hukumnya kemudian pada Kevin.
Tanpa bantahan dari sepasang bibirnya, Kevin menurut lantas berdiri di samping Novi.
Semuanya kembali kondusif. Elsa menundukkan kepalanya menatap lantai. Gadis itu merapatkan kakinya.
"Arial. Jelaskan materi presentasi milikmu di minggu lalu," tunjuk Bu Amanda teringat saat minggu lalu Arial belum menyelesaikan presentasinya karena harus terpotong waktu.
Arial mengangguk sebelum akhirnya dia berdiri di depan dan membelakangi sosok gadis yang kini telah menjadi kekasihnya. Sekilas manik cokelat tajam di matanya menangkap manik mata indah milik Elsa.
"Saya akan menjawab pertanyaan dari Juno minggu lalu." Arial diam sejenak. Membuka catatan kecil yang berisi tiga pertanyaan dari tiga siswa yang paling hobi membuat Arial mampus karena pertanyaan mereka, "Kemosintesis merupakan salah satu contoh reaksi anabolisme yang menggunakan energi kimia sebagai sumber energi. Kemosintesis dilakukan oleh organisme yang tidak berklorofil namun mampu melakukan asimilasi karbon. Berikut ini merupakan salah satu contoh reaksi kemosintesis:
(NH4)2CO3 + 3O2 → 2HNO2 + CO2 + 3 H2O + energi
Bakteri apa yang berperan dalam proses kemosintesis tersebut termasuk dalam genus tersebut?" lanjut Arial mengulang pertanyaan milik Juno.
Yang lain sibuk memperhatikan penjelasan dari Arial.
Arial menarik napasnya perlahan-lahan, "Bakteri yang membantu proses kemosintesis tersebut adalah bakteri nitrifikasi. Bakteri nitrifikasi adalah kelompok bakteri yang mampu menyusun senyawa nitrat dari senyawa amonia dan umumnya berlangsung secara aerob. Proses nitrifikasi terdiri dari dua tahapan yaitu nitritasi dan nitratasi. Proses pembentukan senyawa nitrit (HNO2) dari senyawa amonium karbonat ((NH4)2CO3) merupakan proses nitritasi. Proses ini dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas dan Nitrosococcus," jawabnya mantap tanpa melihat catatan kemudian disusul oleh tepuk tangan meriah.
Kevin menggeleng-gelengkan kepalanya takjub. Terkesima dengan kapasitas otak Arial yang sepertinya melebihi dari ukuran terabyte yang ada.
"Apa masih belum jelas?" tanya Arial ke seluruh temannya. Semuanya diam, "Gimana, Jun?" Akhirnya Arial melempar pertanyaan kepada Juno.
"Oke. Jelas, makasih," jawab Juno puas.
"Baik. Saya lanjutkan," Arial kembali membuka catatan kecilnya. Lalu membacakan pertanyaan milik Fahri, "Tolong jelaskan salah satu organ yang berfungsi untuk bernapas pada berudu?"
Semuanya diam menyimak. Sementara Arial bersiap-siap untuk menjawab pertanyaan dari Fahri, "Berudu merupakan salah satu fase dalam metamorfosis katak. Berudu hidup di air sehingga beradaptasi dengan bernapas menggunakan insang luar dan memiliki ekor. Pada perkembangan selanjutnya, muncul kaki pada berudu dan terbentuk lekukan yang menutupi bagian insang sehingga berudu berkaki tersebut bernapas dengan insang dalam. Setelah itu berudu berkaki berubah menjadi katak muda yang bernapas dengan paru-paru namun masih memiliki ekor. Ekor tersebut lama kelamaan akan mereduksi sehingga terbentuklah katak dewasa," jelasnya panjang lebar, tangannya menggambarkan ilustrasi di papan tulis.
Arial menatap kearah Fahri, "Gimana Ri, jelas?" tanyanya.
"Iya. Terimakasih," balas Fahri. Arial mengangguk.
"Selanjutnya, saya akan menjawab pertanyaan dari Elsa," lanjut Arial sontak membuat semuanya berteriak mem-bully-nya.
"AAAACCCCIIIIIIEEEEEEE!!!!!!!"
"CUIT! CUIT! UHUUYYYYYYY!"
"HAHAHA!!!"
Sorakan ramai dari teman-temannya membuat kelas tidak kondusif. Sampai Bu Amanda ikut bersuara menengahi kegaduhan, "Sudah! Sudah!" pekiknya berhasil membuat seisi ruang kembali normal.
"Enzim apakah yang dihasilkan Aspergillus niger yang digunakan untuk produksi cita rasa dalam keju?" Arial kembali bersuara membacakan pertanyaan milik Elsa setelah semuanya diam.
Semuanya kembali menyimak penjelasan dari Arial, "Aspergillus niger menghasilkan enzim diantaranya amilase, selulase, lipase, dan pektinase. Amilase digunakan dalam pembuatan bir, pembuatan roti. Selulose digunakan untuk pengentalan cairan kopi. Lipase digunakkan dalam pengolahan s**u sebagai cita rasa dalam keju. Pektinase digunakan dalam pembuatan anggur dan sari buah untuk membantu penguraian," jawab Arial.
"Udah tuh! Pertanyaan lo udah di jawab sama sang pangeran," celetuk Angga kepada Elsa mulai ketularan virus yang ada pada otak Kevin.
Semuanya tertawa.
"Oke. Karena udah selesai. Saya akhiri sekian dan terima kasih," ucap Arial beranjak dari tempatnya berdiri.
Bu Amanda membereskan buku-bukunya.
***
Bel pulang berbunyi nyaring mengisi seantero sekolah. Arial bernapas lega. Kevin menepuk pundak Arial saat dia hendak bangkit dari duduknya setelah Pak Heri berlalu keluar dari kelas.
"Sini gue ajarin buat peka." Kevin berbisik.
Arial hanya diam.
"Elsa kan balik sendiri. Ajak tuh," lanjutnya diam-diam melirik ke arah Elsa.
Arial malah berdecak sebal, "Gue sibuk," dalihnya menenteng tas dan segera pergi.
"Eh, nih anak, diajarin sama yang tua!" geram Kevin menatap Arial yang semakin jauh.
Angga terkekeh, "Sabar Pak Bos! Udah ayok cabut!" serunya.
Sementara itu Elsa yang masih sibuk membereskan buku-buku pelajarannya merasa lesu. Berharap kalau Arial akan menawarkan tumpangan untuknya. Namun harapan itu tak kunjung datang. Ia pun berusaha untuk tetap bersikap santai dan tenang sekaligus bersabar.
"Gue heran deh. Lo itu beneran pacaran sama Arial kok gak ada romantis-romantisnya?" celetuk Novi tiba-tiba.
"Gak usah romantis-romantis. Dosa!" tegas Elsa segera berlalu yang sebenarnya mengharapkan perhatian dari Arial.
"Heh!" pekik Novi bergegas mengejar langkah Elsa, "Jangan ngambek dong," katanya penuh rasa bersalah, "Maaf, El."
"Gak perlu minta maaf," balas Elsa datar.
"Lo pulang sendiri kan? Bareng aja yuk sama gue?!" Tawar Novi bersemangat.
"Gak perlu! Biar dia balik sama gue," seru Arial dari arah yang tak terduga.
Mendengarnya Elsa segera mencari keberadaan Arial yang ternyata sedang berdiri di sampingnya. Entah sejak kapan laki-laki itu hobi mengikutinya.
"Ya udah deh. Gue duluan!" pamit Novi segera melesat cepat dari hadapan Elsa. Sehingga Elsa tidak sempat mencegatnya.
Elsa menundukkan kepalanya. Dia mulai segan dengan kehadiran Arial yang berhasil membuat degup jantungnya tidak menentu. Padahal beberapa hari yang lalu dia masih berani membentak serta memarahi Arial. Tapi sekarang, seakan tak memiliki nyali sedikitpun meski hanya untuk membuka obrolan ringan.
Arial menatap Elsa dengan datar, "Gak ada alesan lagi buat lo gak ikut balik bareng gue," ucapnya seakan dapat membaca pikiran Elsa.
Suanasa yang kian sepi membuat Elsa merasa semakin gugup, "Lain kali aja deh, Al," tolaknya halus meski dia sangat mengharapkan ini terjadi.
"Besok-besok gue gak bisa. Tiga hari lagi ada pertandingan," jelas Arial.
Elsa diam. Otaknya berputar keras agar Arial mAh membujuknya.
"Kenapa?" tanya Arial masih menahan kesabarannya agar tidak habis begitu saja.
Elsa masih diam. Namun kali ini dia menatap wajah Arial.
"Jujur aja. Kalo sekarang lo lagi seneng diajak balik bareng gue," celetuk Arial percaya diri.
Kedua alis Elsa nyaris tertaut, "Apa sih lo?" Dia pergi begitu saja bersama rasa gengsinya.
"El," panggil Arial menyejajarkan langkahnya. "Gue mau nanya," lanjut Arial.
"Nanya apa?" balas Elsa agak ketus.
Arial diam sejenak. Dia meyakinkan diri mengenai pertanyaan yang akan dia lontarkan kepada Elsa, berharap tidak menyakiti perasaan gadisnya, "Kok lo suka sih sama gue?" tanya Arial hati-hati.
Elsa menghentikan langkahnya, "Kenapa? Malu pacaran sama gue?!" balasnya dengan sorot mata tajam dan lebih berani.
Arial menatapnya hanya dengan raut datar, "Bukan gitu maksud gue," sanggah Arial.
"Kalo lo malu pacaran sama gue, kenapa kemarin malah nembak gue?" Elsa kembali bersuara dan melangkahkan kakinya.
Salah paham. Dua kata yang paling Arial hindari untuk terjadi. "Gue nanya gitu karena gue yakin, lo belum sepenuhnya kenal gue," jelas Arial yang malah semakin memperumit keadaan.
Menyebalkan! Demi Tuhan, Elsa sangat membenci kalimat yang disampaikan Arial tadi, "Kenapa? Lo mau putusin gue? Lo gak mau ngasih kesempatan buat gue ngerti tentang lo? Oke!" tegas Elsa segera berlalu dari hadapan Arial bersama hatinya yang terasa hancur dan kedua matanya mulai memanas siap menumpahkan segala bentuk tangisnya.
"Emang seharusnya lo gak bales perasaan gue, Al," lirih Elsa meneteskan bening di matanya.
Namun dengan cepat tangan kekar itu mencegah Elsa untuk pergi dari hadapannya begitu saja. Arial mendekap erat tubuh Elsa ke dalam pelukannya. Membiarkan Elsa menumpahkan air matanya. Ini kali pertamanya Arial merasakan detak jantung yang berbeda, hangat namun memburu, "Maaf," ucap Arial. Mungkin belum waktunya. Batinnya.
***
Elsa turun dari motor yang di kendarai Arial, "Makasih," ucapnya singkat.
Arial hanya mengangguk. Membantu Elsa melepaskan helm yang dipakainya kemudian mengaitkan tali pengaman di pergelangan tangan kirinya.
Elsa terlihat menundukan kepalanya, "Maaf," ucapnya lagi.
"Gak gue maafin," balas Arial langsung melesat pergi tanpa sepatah kata lagi. Ucapannya tadi hanya sekedar jahil kepada Elsa.
Elsa yang masih terbawa perasaan meneteskan air matanya lagi. Ada hal yang baru dia sadari, yaitu terlalu memaksakan perasaan Arial untuk membalas perasaannya. Dia segera berjalan masuk ke dalam rumahnya
***
"Hari yang mantap, Bro! Gila. Keren gak?" gaduh Kevin setelah mencetak beberapa foto dan melemparkannya ke arah Arial.
Arial yang sedang diam sambil membaca komik online di ponselnya mengalihkan pandangannya ke arah beberapa foto itu. Fotonya yang sedang memeluk Elsa yang sudah resmi menjadi gadisnya.
"Kalo gak salah itu dua jam yang lalu setelah bel pulang sekolah." Kevin kembali bersuara dengan santainya dia merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya.
"Bener-bener lo, Vin. Kayak gak ada kerjaan," ucap Arial setelah melihat foto itu.
"Emang," balas Kevin dengan bangga.
"Yah lo, Al. Orang gila kayak si Kevin mah bebas," tambah Angga dengan santai.
Arial tertawa miris. Ia hanya bisa geleng-geleng kepala.
Daripada semakin lama menyaksikan kegilaan Kevin yang semakin permanen. Arial memilih bangkit dari duduknya dan mengambil stick PS, "Ayo mabar," ajaknya pada Angga tanpa ekspresi.
Sekilas ada rasa puas yang menyeringai antusias di dalam diri Arial yaitu emosi Elsa beberapa jam yang lalu.