Sebuah Penolakan

1215 Words

Keduanya duduk menjaga jarak, enggan menatap satu sama lainnya. Dia, gadis yang bersandar pada dinding bercat abu itu merengut. Dia terlalu kesal dengan pria di dekatnya. Tak lama, Annelis melirik ponsel yang sedari tadi berbunyi dengan sinis. Dia terlalu malas untuk mengangkat panggilan itu. “Apa kau masih marah kepada pak Aarav?” tanya Danish melihat Annelis yang melipat kedua tangannya dengan wajah ditekuk. Gadis itu melihat Danish sebentar, lalu meraih ponselnya dengan kasar. Melihat itu Danish hanya menggeleng pelan. Annelis dan Aarav memang tidak pernah akur, tetapi jika otak mereka sama-sama lemot, keduanya seolah melupakan dendamnya dan berlaku selayaknya sepasang kekasih. “Halo, Annelis. Apa Danish sudah memberi tahumu?” Suara Aarav terdengar dari seberang. “Hm.” “Syukurlah

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD