Sentuhan dari bibir malu-malu di jakunnya membuat darah Jayden cukup berdesir, pria itu melirik Kenanga yang kini terang-terangan menantang tatapan matanya. Tangan Jayden yang semula memegang kedua tangan Kenanga perlahan turun, mengusap lengan wanita itu lembut.
Tubuh Kenanga meremang, ia memejamkan matanya saat merasakan sentuhan itu. Kini tangan Jayden berhasil merengkuh pinggangnya dan tiba-tiba menariknya dengan kuat hingga tubuhnya terhentak keras.
"Akhhhhhhh!" Kenanga berteriak kecil, tindakan Jayden itu benar-benar membuatnya kaget.
"Wanita sepertimu, bermimpi ingin memuaskanku?" Jayden tertawa kecil, melihat tubuh Kenanga penuh ejekan. "Tapi ... aku rasa memang tidak ada ruginya mencoba tubuhmu ini."
Jayden menarik tubuh Kenanga semakin erat dan mendorongnya ke dalam kamar. Tubuhnya yang seperti Titan dengan mudah menghempaskan Kenanga yang mungil itu. Setelah Kenanga terdampar di atas ranjang, Jayden segera menindihnya, merangkak layaknya serigala yang memindai mangsa.
Kenanga mendadak sangat gugup, wajahnya memucat saat melihat Jayden yang menurutnya begitu meresahkan. Tubuh yang mungil ditindih sedemikian rupa hingga kesusahan untuk bergerak. Tapi Kenanga berusaha untuk terlihat biasa saja.
"Kau meremehkanku, Tuan?" Kenanga menarik dasi Jayden dan mengangkat wajahnya, bibir mereka begitu dekat dan nyaris bersentuhan.
Jayden tersenyum "Sedikit informasi, aku pernah membuat wanitaku tidak bisa berjalan dalam semalam," kata Jayden lambat-lambat, ia melepaskan dasinya sendiri lalu mengikat kedua tangan Kenanga.
"Tidak bisa berjalan?" Kenanga begitu syok, pikirannya semakin liar.
"Ehem, mungkin kau juga akan merasakan hal yang sama." Jayden tiba-tiba menunduk tanpa peringatan.
Kenanga yang merasa Jayden akan menciumnya langsung menaikkan tubuhnya hingga wajah pria itu mengenai dadanya. Kenanga terkejut, Jayden kini mengangkat pandangannya hingga netra hazel itu terlihat menyala.
"Ternyata kau memang sangat nakal wanita mungil, kau ingin aku ...." Jayden mengendus d**a Kenanga dan turun ke perutnya.
Tubuh Kenanga semakin gemetaran, ia ingin sekali memaki, tapi entah kenapa otaknya tidak berfungsi. Sentuhan itu membuatnya gila, tapi tiba-tiba saja kedua matanya terbelalak lebar.
"Akhhhhhhh!" Kenanga berteriak sekeras-kerasnya, sangat syok tatkala Jayden tiba-tiba menggigit perutnya.
"What the fuckkkkk!" Kenanga memaki kasar, perutnya mungkin saja berdarah karena gigitan itu.
Jayden tersenyum sinis, ia melepaskan dasi yang mengikat tangan Kenanga lalu menjauhkan dirinya. "Sekali lagi kau berani menggodaku seperti ini, aku bisa melakukan hal yang lebih dari sebuah gigitan," ancam Jayden disertai lirikan mematikan.
Jayden bangkit dari posisinya, ia melepaskan kemeja yang dipakai hingga tubuh berotot itu terlihat. Kenanga sampai ternganga melihat tubuh Jayden yang sangat meresahkan.
Jayden menarik sudut bibir, ia segera berbalik untuk pergi ke kamarnya setelah membuang kemeja yang barusan dipakai. Jayden menganggap kemeja itu sudah terkena kuman dari wanita rendahan seperti Kenanga.
Kenanga semakin syok, seumur hidup baru bertemu pria arogan seperti Jayden ini. Namun di satu sisi, Kenanga sangat kagum. Sangat kagum karena Jayden sangat berbeda dengan para pria yang pernah ditemuinya.
"Dia berbeda," batin Kenanga sembari menatap bayangan Jayden yang telah lenyap dari pandangan.
***
Kenanga bangun dari tidurnya saat hari sudah cukup siang. Dirinya sempat kaget saat berada di tempat yang cukup asing. Kenanga lalu mengingat-ingat apa yang sudah terjadi.
"Ah, pria arogan itu," ucap Kenanga sembari menggaruk kepalanya.
Kenanga merasakan pergelangan tangannya cukup nyeri, ia melihat lebam di sana.
Selain pergelangan tangan yang lebam, perut Kenanga juga terasa nyeri. Tentu saja karena gigitan Jayden semalam. Ia melihatnya dan meninggalkan bekas gigi yang memerah.
"Pria arogan itu memang kuat, tanganku sakit," rengek Kenanga.
Kenanga menghela napas panjang, dadanya tiba-tiba terasa sesak saat mengingat hidupnya sendiri. Rasanya tak ada kedamaian sama sekali dalam hidupnya hingga ia selalu bertemu dengan orang-orang asing setiap saat.
Tak ingin mengharu biru dengan hidupnya, Kenanga turun dari ranjang. Ia keluar kamarnya dan mencoba untuk melihat-lihat. Setelah ini ia tidak bisa berpikir akan melakukan apa, bukannya ia sudah dibeli oleh Jayden? Jadi terserah pria itu ingin melakukan apa.
Kenanga turun ke lantai satu, rumah Jayden ini cukup luas dengan tangga yang melingkar. Selain luas, rumah itu juga sepi sehingga membuat Kenanga kebingungan. Kenanga seperti mendengar ada aktivitas di samping rumah, ia mencoba untuk datang ke sana.
Namun, langkahnya mendadak terhenti tatkala melihat foto besar yang dipajang di dinding ruang tengah. Kenanga melihat foto itu dengan pandangan kaget.
Kaget karena disitu adalah foto Jayden bersama seorang wanita cantik dan anak laki-laki tampan. Dilihat dari fotonya saja mereka adalah keluarga yang sangat bahagia.
"Astaga, dia sudah punya istri dan anak?" Kenanga menutup mulutnya syok. Itu artinya ia menjadi simpanan suami orang?
Disela-sela keterkejutannya, Jayden tiba-tiba muncul dari arah samping rumah. Pria itu batu saja berenang, rambutnya basah dengan buliran air yang berjatuhan.
Kenanga menatapnya, pandangan syok itu masih tak bisa dilepaskan.
Jayden menekuk wajahnya, wanita ini kenapa? pikirnya.
"Tu-an, kenapa kau tidak mengatakan kalau sudah punya istri dan anak? Ahhh sial, bagaimana ini?" Kenanga mulai panik, ia merasa ketakutan jika tiba-tiba saja istri Jayden akan melabraknya.
Kerutan di dahi Jayden semakin dalam, ia kemudian melihat ke arah foto Agatha dan Rafael yang terpanjang di dinding. Jayden mulai paham apa yang wanita ini pikirkan.
"Kenapa? Bukannya sudah pekerjaanmu menjadi simpanan pria? Kenapa kau terlihat ketakutan?" kata Jayden begitu sinis.
"Ya, tapi ... ah pria memang sama saja. Sudah punya yang sempurna seperti ini, kenapa mencari yang lain?" Kenanga mencebikkan bibirnya, paling kesal jika ada pria yang sudah punya istri yang begitu sempurnanya tapi sibuk mencari kepuasan lain.
Jayden tanpa sadar mengulas senyum saat melihat wajah kesal Kenanga. Mengingatkannya pada wajah cemberut Agatha yang sangat disukainya.
"Agatha," ucap Jayden tanpa sadar.
"Hah?" Kenanga bertanya bingung.
Jayden menipiskan bibirnya, seketika ingat jika wanita yang di depannya ini bukan Agatha, wanita yang dicintai.
"Lupakan saja, sekarang hari sudah pagi. Kau bisa pergi jika ingin pergi," kata Jayden singkat.
"Pergi?" Kenanga kembali bertanya, semudah itukah Jayden melepaskannya.
"Ya." Jayden mengangkat alisnya. "Memangnya kau ingin terus di sini?"
Kenanga mengulum bibirnya, bagaimana bisa dirinya menjelaskan pada Jayden kalau ia tidak punya tempat untuk pulang? Semua yang dia punya saja sudah dirampas paksa oleh para orang tidak punya hati itu.
Jayden mengerutkan dahinya lagi, menatap wajah Kenanga yang menyiratkan kesedihan. Entah kenapa Jayden selalu merasa tidak tega melihat wajah Kenanga sedih seperti itu.
"Jay!"
Pandangan Jayden terputus saat mendengar suara Ethan, pria itu baru saja datang dengan penampilan yang sudah segar.
"Tumben jam segini belum siap? biasanya ..." Ucapan Ethan terhenti tatkala melihat sosok Kenanga, ia langsung menyoroti seluruh tubuh wanita itu dengan mata tajamnya. "Woi, habis basah-basahan. Wanita polos ini?" Ethan tersenyum penuh ejekan kepada sahabatnya. Ia sudah membayangkan Jayden dan Kenanga sudah melakukan hal-hal gila semalam.
Jayden tersenyum sinis, ia mendekat ke arah Kenanga dan tanpa peringatan merengkuh pinggangnya. "Dia bukan wanita polos," kata Jayden seraya mengecup pelipis Kenanga.
Kenanga terperanjat, Jayden ini benar-benar sangat meresahkan. Setelah tadi mengusirnya, kini tiba-tiba menciumnya.
"Ahh b*****t! Nggak perlu lu tunjukkin segala lah," maki Ethan sebal.
Jayden tertawa senang, membuat Ethan sebal ternyata cukup menyenangkan juga. "Kita bahas nanti, gue mandi dulu," kata Jayden.
"Bahas sekarang aja, gue ada perlu soalnya," sahut Ethan yang langsung saja duduk di sofa panjang ruang tengah tanpa menunggu perintah dari sang pemilik rumah.
"Baiklah." Jayden menyetujui saja. "Kau pergilah ke kamar," titahnya pada Kenanga.
Kenanga mengangguk tanpa memprotes, ia masih sangat syok karena kecupan manis di pelipisnya barusan.
"Pria ini benar-benar membuat jantungku tidak aman," batin Kenanga.
Jayden sendiri langsung duduk di samping Ethan, pria itu membuka tablet miliknya untuk menunjukkan beberapa data yang diminta oleh Jayden.
"Data tentang orang yang lu maksud. Ternyata masih baru, pantesan aja mau ngambil wilayah," kata Ethan mulai mode serius. "Dia udah lempar beberapa barang baru, kemarin ada yang ngasih gratisan di klub-nya Satria," imbuh Ethan.
"Satria? b******k, dia seharusnya tau apa konsekuensinya," umpat Jayden kesal tatkala nama salah satu orang yang dipercaya ikut campur masalah yang tak seharusnya.
"Demi uang semua orang bisa melakukan apa saja. Lu baca gih, profilnya. Gue merasa pernah kenal, tapi dimana?"
Jayden mengambil tablet itu, membaca dengan seksama profil b******n yang terang-terangan ingin mencari gara-gara dengannya. Dari fotonya, Jayden seperti pernah mengenal, tapi juga lupa.
"Roger Federer?"
"Yes, ga asing 'kan?" Ethan mengangguk-angguk pelan. "Lu kenal?" tanyanya kemudian.
"Roger Federer, aku seperti pernah mendengar." Jayden mencoba mengingat-ingat.
"Aku mengenalnya."
Suara itu berasal dari Kenanga yang ternyata mendengarkan semua percakapan antara Jayden dan Ethan. Gadis itu berdiri tak jauh dari mereka dengan sorot mata yang penuh kebencian yang nyata.
Bersambung~