Keenan yang sedang mengajar di lantai empat menatap ke bawah melalui jendela kelas, ke pelataran kampus yang cukup ramai. Ia menajamkan pandangannya dan mengenali seorang gadis yang sedang berbincang dengan seorang pria yang mengenakan jas mewah. Gadis itu adalah Nadira pacar sekaligus mahasiswi tempatnya mengajar, tapi Keenan tidak mengenal siapa laki-laki yang diajak bicara oleh Nadira. Yang jelas pria tersebut bukanlah maahsiswa, dosen atau civitas akademika tempatnya mengajar.
"Siapa laki-laki yang sedang mengobrol dengan Nadira itu?" gumam Keenan penasaran.
Keenan segera meraih smartphonenya dan menelepon Nadira, terdengar nada sambung dan ia pun bisa melihat Nadira di bawah sana mengambil smartphonenya. Tapi bukannya mengangkat panggilan dari dirinya, Nadira malah me-reject dan kemudian mematikan teleponnya. Keenan juga kemudian melihat kalau Nadira dan laki-laki itu pergi dengan sebuah mobil mewah yang terparkir tak jauh dari tempat mereka berbincang.
"Sialan! Siapa sebenarnya laki-laki itu dan kenapa Nadira malah menolak panggilan dariku!" tanpa sadar Keenan memaki dengan keras.
"Pak Keenan, Anda tidak apa-apa?" tanya salah seorang mahasiswa yang duduk di bangkunya, tak jauh dari Keenan.
Keenan segera tersadar kalau dirinya sedang berada di kelas dan juga tengah mengajar para mahasiswa. Ia memasukkan kembali smartphonenya ke dalam saku celana dan menatap para mahasiswa yang juga sedang melihat ke arahnya dengan penuh rasa penasaran.
"Saya ... maafkan saya tapi kita akhiri saja perkuliahan kita untuk saat ini. Ada hal penting yang harus saya lakukan. Kalian semua, tolong buat resume mengenai topik pembahasan kita hari ini. Lalu kumpulkan di ruang dosen besok paling lambat jam sepuluh pagi. Baiklah semuanya, selamat siang!" ucap Keenan yang langsung mengakhiri perkuliahan dan ia segera menyambar tas jinjing serta jaket kulitnya dan melangkah dengan cepat keluar dari ruangan.
Para mahasiswa tentu saja saling tatap dan kebingungan, meski tidak dipungkiri juga kalau sebagian dari mereka merasa senang karena bisa pulang lebih awal dari seharusnya. Langsung cabut ke kafe atau mabar untuk menaikkan rangking game mereka.
Keenan ingin memastikan siapa laki-laki yang bersama dengan Nadira dan ada hubungan apa diantara mereka berdua.
"Mereka pasti hendak berkencan! Pantas saja belakangan ini sikap Nadira kepadaku sangat dingin dan cuek. Ternyata dia diam-diam selingkuh di belakangku! Kurang ajar!" Keenan mengutuk saat dia berlari menuruni tangga. Dia tidak punya kesabaran untuk menunggu lift naik dari lantai bawah.
Dengan menggunakan motor sportnya, Keenan pun mengejar mobil mewah yang telah membawa Nadira bersama dengan laki-laki misterius yang ia duga adalah selingkuhannya Nadira. Keenan terus memacu kuda besinya dan dengan lincah meliuk-liuk menghindari keramaian lalu lintas.
"Itu dia! Aku akan menangkap basah dirimu sekarang Nadira! Kamu tidak akan bisa mengelak kalau selama ini kamu sudah selingkuh di belakangku! Tega sekali kamu mengkhianati ketulusan cintaku!" Keenan bergumam dengan kesal.
Beberapa belas meter lagi maka Keenan akan bisa mendekat dan menyusul mobil yang membawa Nadira. Akan tetapi, tiba-tiba saja di depannya seekor kucing melompat ke tengah jalan hendak menyeberang.
Kaget, dengan serta merta Keenan mengerem sekaligus, itu membuat motor yang ia kendalikan menjadi oleng dan akhirnya hilang keseimbangan. Keenan terjatuh di aspal dan sempat terseret selama beberapa meter hingga membuat lengan kirinya terluka dan berdarah. Orang-orang di sekitar segera membantu dirinya.
"Anda tidak apa-apa? Apa yang terjadi?" tanya salah seorang yang membantu Keenan.
"Tidak apa-apa, hanya tergores. Ada kucing tadi tiba-tiba menyeberang," ucap Keenan menjelaskan sedikit kronologi kecelakaan tunggal yang ia alami.
Orang-orang manggut-manggut, bersyukur karena Keenan tidak mengalami luka parah. Sebaliknya, Keenan mengutuk kejadian tersebut sebab ia jadi kehilangan jejak dari mobil mewah yang telah membawa Nadira.
Kesal dan kecewa, Keenan memutuskan pulang ke apartemennya meski dengan tertatih dan luka di lengan kirinya yang terus mengeluarkan darah. Di apartemennya, Keenan membersihkan dan kemudian membalut luka di lengannya tersebut dengan pembalut yang ada di kotak P3K.
"Sial! Sakitnya sekarang terasa menjadi-jadi!" Keenan kembali berkeluh, tapi ia punya cara untuk membuat dirinya tidak merasakan sakit dari luka di lengan kirinya tersebut. Ia melangkah menghampiri kulkas dan mengambil sebuah botol minuman yang ada di bagian paling bawah.
"Sebenarnya aku sudah berjanji tidak akan meminum minuman ini lagi. Tapi untuk membuatku tidak merasakan sakit karena luka ini, apa boleh buat!" gumam Keenan sambil membuka dan kemudian meneguk minuman tersebut. Rasa sakitnya memang secara perlahan tidak lagi ia rasakan.
"Sebaiknya aku menyuruh Nadira untuk datang ke sini dan membicarakan status hubungan kami berdua. Kalau dia mengaku memang dia telah berselingkuh di belakangku, mau tak mau akan aku putuskan saja dia, meski aku sangat mencintainya. Tapi, sial! Kenapa dia harus berselingkuh sih?! Apa yang kurang dari diriku?!" kembali Keenan memaki, ia lalu mengirimkan pesan chatting ke akun milik Nadira dan disertai sedikit ancaman kalau Nadira tidak mau datang menemuinya maka bisa dipastikan ia akan menjegal supaya Nadira tidak lulus beberapa mata kuliah yang ia ajar.
Tidak ada jawaban, pesan yang dikirimkan oleh Keenan hanya centang satu saja, menandakan kalau Nadira masih mematikan smartphonenya.
Merasa resah, gundah dan gulana, Keenan melampiaskan semua dugaan, prasangka dan kecamuk di dalam dirinya dengan kembali meneguk minuman dalam botolnya sampai habis. Ia bahkan mengambil beberapa botol lagi dan terus meneguknya, lupa kalau efek dari minuman itu akan membuat dirinya hilang kesadaran dan kemampuan mengontrol perilakunya.
***
Tak terasa malam pun datang, Keenan masih bermuram durja ditemani beberapa botol minuman. Nadira ternyata baru membuka pesan dari Keenan dan segera datang ke apartemen sang pacar, ia memiliki kunci cadangan dan segera masuk setelah beberapa kali memencet bel dan menelepon Keenan tapi tidak mendapatkan jawaban.
"Astaga! Keenan, apa yang sudah kamu lakukan?! Kamu berjanji kan tidak akan minum-minum lagi?!" Nadira terkejut ketika mendapati Keenan yang duduk sambil terus meneguk minuman dalam botolnya.
"A-ku tidak peduli! Kamu kenapa selingkuh? Nadira, kenapa kamu selingkuh?" ceracau Keenan, entah sadar dengan apa yang ia ucapkan atau tidak.
"Mulutmu bau alkohol, Keenan. Sebaiknya kamu istirahat dan tidur dulu, kita akan membicarakan semuanya besok pagi setelah kamu tidak dalam pengaruh minuman ini!" ucap Nadira memberikan saran.
"Siapa yang bau? Kamu yang bau karena selingkuh!" Keenan dengan suara yang serak dan jelas tidak dalam posisi mengendalikan ucapannya menuduh Nadira.
Nadira menghela nafas, semuanya tidak seperti yang dituduh atau dilihat oleh Keenan. Tapi Nadira merasa percuma saja menjelaskan semuanya kepada Keenan yang saat ini dalam pengaruh minuman.
"Ayo, aku akan mengantarmu ke kamar! Tidurlah lebih dulu dan besok baru kita bicara!" Nadia membopong Keenan untuk menuju ke kamarnya.
Keenan dengan langkah sempoyongan dipapah oleh Nadia sampai ke kamarnya, ia lalu dibaringkan di kasurnya.
"Selamat malam Keenan. Besok saat pikiranmu sudah jernih, kita akan bicara baik-baik!" ucap Nadira sambil menyelimuti Keenan.
Tapi, entah kenapa, Keenan malah menarik Nadira ke atas ranjang dan ia pun berguling lalu menindih tubuh Nadira.
"Keenan! Apa yang kamu lakukan?! Jangan Keenan!" pekik Nadira.
***