When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Hari Sabtu menjelang siang, bel pintu apartemennya berbunyi, Keenan yang beres memandikan serta memakaikan baju ganti Baby A dan Baby B dan membaringkan keduanya di atas stroller, menduga itu adalah Nadya. Gadis itu memang berjanji akan datang pagi ini, bahkan sebenarnya sejak kejadian waktu, setiap hari Nadya datang dan baru pulang ketika malam tiba. Ia membantu Keenan mengasuh kedua bayi kembar yang ia temukan tersebut. Keenan membuka pintu apartemen dan terkejut sebab yang datang bukan Nadya melainkan orang lain, seseorang yang tidak pernah ia sangka akan muncul di depan pintunya. “Ayah?” tanya Keenan, raut wajahnya dengan sangat jelas menampakkan rasa kaget. “Ya, ini aku. Kenapa? Kamu tampak sangat terkejut melihat kedatanganku? Seperti sedang melihat hantu saja?” Rasyid Malik, sang